Ruang Lingkup sejarah meliputi empat hal yaitu sejarah sebagai kejadian, sejarah selaku dongeng, sejarah sebagai ilmu & sejarah sebagai seni. Bagaimana penjabaran ruang lingkup sejarah ini?, kita akan membahasnya disini.
1. Sejarah selaku kejadian
Apabila kita menyaksikan masa lalu, maka kita akan menemukan banyak sekali kejadian yg sudah terjadi. Namun kita harus bisa membedakan kejadian-kejadian tersebut -apakah penting untuk dipelajari atau tidak?-.
Sebuah insiden dibilang penting apabila kejadian tersebut menjadi sungguh kuat terhadap terjadinya insiden-kejadian yang lain atau kuat kepada kehidupan berikutnya. Bisa jadi, suatu insiden itu dianggap tak penting pada masanya namun akan dirasa sungguh penting pengaruhnya pada masa yg akan datang.
Berbicara perihal sejarah selaku insiden, kita dihadapkan dgn sebuah insiden penting, realita & aktualitas yg sudah terjadi pada masa lampau yg tak akan terulang lagi.
Peristiwa atau insiden penting inilah yg menjadi pokok pembicaraan dlm sejarah. Dengan kata lain, sejarah hanya akan membahas terkait kejadian-kejadian penting di masa lampau yg erat kaitannya dgn kehidupan manusia.
Nah, dr kejadian-insiden yg telah kemudian ini kemudian diperlukan kita dapat mengetahui relasi sebuah karena-akhir antara insiden yg satu dgn peristiwa yg lain dlm konteks pelaku, waktu & kawasan sehingga terbentuklah susunan rangkaian peristiwa yg terjadi di masa lalu hingga masa ketika ini.
Akan tetapi perlu kita ketahui bahwa sejarah selaku insiden yg sudah terjadi pada masa lalu menjadikan kita saat ini kesulitan dlm mengamati peristiwa tersebut sehingga yg dapat kita amati yaitu sejarah sebagai dongeng, yakni penelaahan sejarah selaku dongeng suatu insiden.
2. Sejarah selaku dongeng
Berbicara terkait sejarah sebagai dongeng tak bisa dilepaskan dgn insiden masa lampau yg disuguhkan ke dlm berbagai bentuk narasi maupun tafsiran. Kisah yg disuguhkan pun dapat dikerjakan dengan-cara lisan maupun tertulis.
Secara mulut, kisah dapat disampaikan dlm bentuk ceramah, pidato & sebagainya. Sedangkan dengan-cara tertulis, kisah dapat dituangkan dlm bentuk cerpen, majalah atau buku.
Oleh lantaran dikisahkan, maka sejarah dapat bersifat subjektif tergantung si penulis contohnya perihal perang kemerdekaan Indonesia melawan Belanda.
Di perang kemerdekaan ini, bila yg mengisahkan sejarah ialah orang Belanda, maka perang ini menjadi berisi perihal perang prajurit Belanda melawan pemberontakan tetapi bila yg mengisahkan merupakan rakyat Indonesia, maka perang ini berarti selaku perang melawan penjajahan Belanda.
Subjektivitas seperti ini terjadi lebih banyak disebabkan oleh aspek-aspek kepribadian si penulis atau penutur sejarah. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain (Dikutib dr Tarunasena,hal.15-20):
a. Kepentingan atau interes & nilai-nilai
Kepentingan & nilai-nilai dlm penulisan sejarah sungguh diputuskan oleh tujuan dr penulisan sejarah itu sendiri. Dalam penulisan tersebut berbagai kepentingan akan timbul, entah itu kepentingan individu, kelompok ataupun lembaga formal seperti negara.
Hal inilah yg mengakibatkan dongeng sejarah menjadi tak objektif, dgn kata lain bersifat subjektif. Subjektivitas ini diputuskan pula oleh nilai-nilai yg dimiliki si penulis sejarah seperti agama, keyakinan, moral, etika & sebaginya.
b. Kelompok sosialnya
Dalam kelompok sosial, kebanyakan seorang individu akan bekerjasama dgn orang lain yg memiliki status atau pekerjaan yg sama contohnya wartawan, guru, sejahrawan & lain sebagainya. Inilah yg dinamakan selaku kelompok sosial.
Nah, seorang guru bisa saja ia menuliskan dongeng sejarah untuk digunakan selaku bahan pengajaran di sekolah atau seorang wartawan yg menuliskan cerita sejarah untuk mengkritisi suatu kebijakan pemerintah dikala ini.
Dari kedua orang tersebut (guru & wartawan) bisa saja akan menciptakan goresan pena sejarah yg berbeda tergantung dr interpretasinya masing-masing.
c. Perbendaharaan pengetahuan
Pengetahuan yg dimiliki oleh si penulis akan mempengaruhi hasil tulisannya. Pengetahuan tersebut mampu berupa pengetahuan fakta dimana seorang penulis yg memiliki pengetahuan fakta lebih banyak pastinya akan dapat mengkisahkan insiden sejarah jauh lebih detail, lengkap & informasinya lebih banyak.
d. Kemampuan berbahasa
Seorang penulis yg memiliki kesanggupan berbahasa dgn baik, ia akan mampu menyampaikan fakta-fakta terkait kejadian sejarah sehingga orang lain dgn gampang dapat memahaminya.
Namun sebaliknya, meskipun fakta-fakta yg dikuasai oleh seorang penulis sangatlah banyak bila ia tak memiliki kemampuan berbahasa dgn baik, maka orang lain tak akan gampang mengerti terkait fakta sejarah yg dipaparkan.
Nah, untuk meminimalkan pengaburan sejarah atau dgn kata lain untuk membuat penafsiran sejarah dapat mendekati kebenaran (sesuai dgn peristiwa yg terjadi), maka pengerjaan dongeng sejarah mesti dapat dipertanggungjawabkan dimana motode serta analisisnya menggunakan pendekatan tertentu.
Dalam merangkai suatu dongeng sejarah, seorang sejahrawan mesti menghimpun jejak-jejak sejarah yg ditinggalkan oleh sejarah selaku kejadian kemudian melaksanakan penelaahan dgn sungguh teliti, bijaksana serta mampu dipertanggungjawabkan.
3. Sejarah selaku ilmu
Sejarah bisa dikatakan sebagai ilmu dikarenakan merupakan wawasan masa lalu (objek) yg disusun dengan-cara sistematis dgn metode kajian dengan-cara ilmiah, memakai pemikiran yg rasional serta bersifat objektif untuk mendapatkan kebenaran & fakta mengenai kejadian masa lampau (Wardata, hal.5).
4. Sejarah selaku seni
Sejarah tak hanya mampu dipandang dr sisi etika & akal saja melainkan mampu pula dipandang dr sisi estetika. Menurut pemikiran seorang sejahrawan & filsuf modern -Dithley- bahwa sejarah merupakan wawasan perihal cita rasa.
Ketika kita mengumpulkan jejak-jejak sejarah kemudian menyeleksinya dengan-cara ilmiah, maka data dr hasil seleksi itu belum bisa dibilang selaku sejarah melainkan hanya berbentuksumber lepas atau kronik yg kita pakai untuk menyusun sejarah selaku cerita.
Semuanya gres bisa dikatakan sejarah sesudah dirangkai atau disusun oleh seorang sejarawan atau peminat sejarah dgn memakai metode sejarah. Nah, inilah yg mengakibatkan walaupun beberapa orang menulis suatu cerita sejarah menurut sumber-sumber yg sama belum tentu akan memperoleh hasil yg sama.
Meski sejarah disusun berdasarkan bahan-bahan dengan-cara ilmiah tetapi penyajiannya menyangkut soal keindahan bahasa & seni penulisan sehingga kita pada umunya cenderung untuk menyimpulkan bahwa sejarah tergolong pula sebagai karya seni. Tetapi sejarah tak betul-betul seni dengan-cara mutlak sebab proses penelitiannya dijalankan dengan-cara ilmiah.
Nah, kita telah membahas wacana ruang lingkup sejarah. Untuk pembahasan selanjutnya, bisa Anda mampu cek di Bab 01 Hakikat & ruang lingkup ilmu sejarah.
Daftar Pustaka:
Hendrayana.2009.Sejarah 1 : Sekolah Menengah Atas & Madrasah Aliyah Jilid 1. Solo: PT. Titian Ilmu.
Listiyani,Dwi Ari.2009.Sejarah 1 : Untuk SMA/MA Kelas X .Jakarta:Grahadi.
Tarunasena.2009. Memahami Sejarah. Bandung:CV. Armico.
Wardaya.2009.Cakrawala Sejarah.Surakarta:PT. Widya Duta Grafika.