Proses Wawancara Yang Benar – Dalam proses pengumpulan produk jurnalistik. Jurnalis membutuhkan beberapa tahapan & proses yg harus dilalui, menurut pendapat Udi Rusadi, dlm bukunya berjudul Jurnalistik : Petunjuk Teknis Menulis. Beberapa langkah dlm memproduksi konten jurnalistik adalah proses perencanaan data, proses pengumpulan data, proses wawancara data, & proses penyajian data, atau publikasi.
Bagian krusial, dr proses pembuatan produk jurnalistik, yakni ada pada bagian wawancara. Oleh kesudahannya, pada bab wawancara, muncul banyak proses, langkah – langkah, & beberapa taktik jitu, sukses atau tidaknya suatu wawancara. Berikut salah satu stratgi jitu, yg menjadi patokan, proses wawancara bisa berlangsung berhasil atau tidak.
Daftar Isi
5 Proses Wawancara Yang Benar
1. Awali Proses Wawancara Dengan Memperkenalkan Identitas Anda
Tak kenal maka tak sayang. Nampaknya, filosofi itu, pula melekat betul, pada dunia jurnalisme. Agar narasumber mampu terbuka, dgn galian – galian informasi yg sedang ditanyakan oleh wawancara. Maka pewawancara harus memperkenalkan apalagi dulu, identitasnya.
Baca juga: jenis-jenis wawancara
Meliputi nama pewawancara, profesi pewawancara, hingga instansi mana, pewawancara itu melakukan pekerjaan di sebuah media. Kewajiban memperkenalkan nama, sebelum wawancara ini sendiri telah diatur wajib, dlm isyarat etik jurnalistik, sehingga mau tidak ingin pewawancara mesti menawarkan identitasnya. Pewawancara cuma boleh tak memperlihatkan identitasnya, ketika melaksanakan reportase yg sifatnya investigasi saja.
2. Posisikan Pewawancara Sejajar dgn Target Pewawancara ( Equality Reportase)
Kendati pewawancara & narasumber terjadi gap sosial. Di mana pewawancara lebih tinggi jabatannya dgn yg diwawancarai misalnya. Saat sedang melaksanakan proses wawancara, wartawan atau pewawancaranya harus memposisikan sejajar.
Misalnya ketika wartawan sedang mewawancarai pemulung. Wartawan tersebut mesti memposisikan sejajar, meskipun yg diwawancari pemulung sekalipun. Begitu pula dgn kelas sosial atas. Misal dikala wartawan sedang mewawancari pejabat publik. Pewawancara pula harus memposisikan dirinya sejajar. Dalam dunia jurnalistik, tak ada aba-aba etik, wartawan harus munduk – munduk seperti orang Jawa, saat sedang mewawancarai presiden, sekalipun.
3. Penulisan Identitas Narasumber Harus Cermat
Ketika pewawancara mewawancarai narasumber, berkaitan dgn suatu hal, yg sedang ingin diangkat menjadi sebuah produk jurnalistik. Pewawacara harus cermat betul, menuliskan identitas pewawancara, baik dengan-cara fonem, maupun penulisan nama.
Misalnya saja saat pewawancara sedang mewawancarai seorang narasumber bernama Soeharto. Pewawancara tersebut mesti menentukan betul, penulisan nama narasumbernnya Soeharo atau Suharto. Penulisan nama yg salah, & tak benar, membuat sebuah keterangan jurnalistik terjadi kesimpang siuran informasi.
4. Mengeksplorasi Pertanyaan Lebih Luas
Pewawancara mesti berani mengeksplorasi pertanyaanya lebih luas lagi, berkaitan dgn topik yg sedang digali, pada narasumber. Misalnya saja dikala pewawancara menanyakan wacana kasus korupsi EKTP yg banyak melibatkan banyak pejabat, ketika pewawancara berkilah, dgn pertanyaan – pertanyaan yg dijawab oleh narasumber, pewawancara harus berani, mengintimidasi & mengeksplor pertanyaanya menjadi lebih jauh.
5. Tidak Semua Narasumber Nyaman dgn Alat Rekam
Tidak semua narasumber tenteram dgn alat rekam. Baik alat rekaman rekorder dlm bentuk data audio, maupun alat rekam dlm bentuk visual.
Jika pewawancara akan merekam narasumber, dgn memakai alat rekam berupa kamera misalnya. Pewawancara mesti mencari posisi senyaman mungkin, & kesiapan – kesiapan yg mantap, semoga narasumber mampu menjawab pertanyaan – pertanyaan yg diajukan pewawancara dgn lancar.
Sebaliknya, jikalau alat rekam yg digunakan dlm bentuk ponsel pintar, Pastikanlah alat rekam yg digunakan berada pada posisi yg sempurna, di mana radius yg pas, alat rekam ini bisa dipakai untuk merekam narasumber.
Dengan mengikuti 5 proses wawancara yg benar di atas, proses wawancara akan berlangsung dgn lancar & optimal.
Daftar Pustaka
Rusadi, Udi. 2010. Jurnalistik : Petunjuk Teknis Menulis. Rineka Cipta : Jakarta.