√ Perbedaan Archaebacteria dengan Eubacteria

Perbedaan Archaebacteria dgn Eubacteria – Awalnya makhluk hidup dibedakan menjadi 5 kalangan mirip protista, fungi, monera, animalia, serta plantae pada tahun 1969 seorang ahli yg berjulukan Robert H. Whittaker. Pengelompokkan tersebut dikenal dgn istilah sistem 5 kingdom yg mana dasar pengelompokkan tersebut disesuaikan dgn susunan sel, cara menyanggupi keperluan, serta tingkatan dr makhluk hidup tersebut.

Kemudian pada tahun 1977 oleh Woese dkk dipecah menjadi 6 kingdom yakni protista, fungi, archaebacteria, eubacteria, animalia, serta plantae. Yang mana perolehan ini didapat lantaran kingdom monera yg dibagi menjadi dua yaitu archaebacteria dgn eubacteria. Untuk pembahasan berikutnya akan dibahas terkait kingdom archaebacteria.

Pengertian Kingdom Archaebacteria

Istilah dr kata archaebacteria berasal dr bahasa Yunani yaitu dr kata archaio yg mempunyai arti antik & pula bacteria yg memiliki arti basil. Sehingga kalangan archaebacteria ialah golongan dr bakteri antik karena golongan kuman ini mampu hidup pada lingkungan yg ekstrim.

Golongan archaebacteria bisa hidup dlm lingkungan sungguh ekstrim seperti sumber air panas yg meraih 92 derajat Celsius. Selain itu terdapat pula jenis basil dr golongan ini yg mampu hidup pada kondisi lingkungan yg hampir beku seperti di Antartika.

Selain pada suhu yg panas & acuh taacuh, archaebacteria pula mampu hidup pada kondisi lingkungan dgn kadar garam maupun asam yg tinggi. Organisme archaebacteria ini ialah golongan organisme uniseluler atau makhluk hidup bersel satu.

Persamaan yg dimiliki dgn eubacteria yakni pada sel penyusunnya yg merupakan sel prokariotik. Namun dr kedua kingdom ini tetap memiliki perbedaan yg sangat fundamental baik dengan-cara biokimia maupun dengan-cara fisiologis.

  √ Ciri-Ciri dan Klasifikasi Kingdom Monera

Perbedaan Umum antara Archaebacteria dgn Eubacteria

1. Archaebacteria

  • Kelompok archaebacteria tak memiliki selaput ini,
  • Tidak terdapat organel yg dibungkus oleh membrane,
  • Tidak terdapat peptidoglikan pada dinding selnya,
  • Memiliki lipid membrane yg bercabang pada beberapa hidrokarbonnya,
  • Memiliki beberapa jenis RNA polymerase,
  • Asam amino inisiatornya berbentukmetionin yg memiliki kegunaan dlm permulaan sintesis protein,
  • Memiliki intron pada beberapa gen, dan
  • Menunjukkan respon berupa kemajuan yg tak terhambat pada antibiotik kloramfenikol & pula streptomisin.

2. Eubacteria

  • Sama seperti golongan archaebacteria yakni tak memiliki selaput inti & tak terdapat organel yg dikemas oleh membran.
  • Terdapat peptidoglikan pada dinding selnya,
  • Memiliki lipid membrane yg tak bercabang pada beberapa hidrokarbonnya,
  • Hanya memiliki satu jenis enzim RNA polimerase,
  • Asam amino inisiatornya berupa formil metionin yg memiliki kegunaan dlm permulaan sintesis protein,
  • Tidak memiliki intron dlm pengkodean gen, dan
  • Menunjukkan tanggapanberupa pertumbuhan yg terhambat pada antibiotik kloramfenikol & pula streptomisin.

Ciri-Ciri dr Kingdom Archaebacteria

1. Memiliki sifat uniseluler atau organisme bersel satu.

2. mempunyai ukuran mikro yaitu sekitar 1/10 mikrometer sampai >15 mikrometer.

3. Bisa hidup dlm lingkungan yg sangat ekstrim seperti pada tempat beku, sumber air panas, kawasan dgn kadar garam yg tinggi, serta pada lingkungan dgn kadar asam yg tinggi.

4. Dapat bertahan hidup pada kondisi lingkungan yg asam, air garam maupun alkali, bahkan mampu menahan tekanan yg lebih dr 200 atmosfer.

5. Memiliki membrane sel yg terdiri atas lemak, yaitu unit isoprene yg berbentukikatan eter.

6. Memiliki sifat sel prokariotik yakni tak mempunyai membrane inti.

7. Pada membrane sel memiliki lipid yg bercabang.

8. Dinding sel archaebacteria tersusun atas protein & pula polisakarida namun bukan peptidoglikan.

  √ Pengertian dan Ciri Eubacteria

9. Tidak mempunyai organel-organel sel mirip mitokondria, badan golgi, retikulum endoplasma, & pula lisosom.

10. Pada bagian ribosom terdapat RNA polymerase. Sehingga asam nukleat yg dimiliki pula berbentukRNA.

11. Reproduksinya terjadi dengan-cara fragmentasi, pembentukan tunas, maupun dengan-cara pembelahan biner.

12. Memiliki sifat sensitif pada toksin difteri.

13. Hidupnya soliter maupun berkoloni.

14. Beberapa dr jenis archaebacteria bergerak memakai flagel.

15. Pada lazimnya mempunyai sifat anaerob, namun beberapa spesies memiliki sifat aerob, anaerob obligat, serta anaerob fakultatif.

Reproduksi pada Kingdong Archaebacteria

Sama halnya pada basil pada umumnya, archaebacteria memiliki cara reproduksi aseksual yg terjadi dengan-cara fragmentasi, pembelahan biner, atau pembentukan tunas yg mana pada setiap potongan yg putus maupun pecah pada kepingan anggota tubuhnya untuk kemudian terbentuk suatu sel yg gres & dapat pula dgn cara membentuk organisme yg identik.

Apabila terjadi dgn cara pembelahan biner, maka reproduksi ini terjadi melalui sel yg membelah, yg mana awalnya cuma membelah menjadi dua, empat, delapan, & begitu seterusnya.

Pengklasifikasian pada Kingdom Archaebacteria

Dalam klasifikasi pada kingdom archaebacteria dibedakan menjadi 5 filum yakni crenarchaeota, euryarchaeota, thaumarchaeota, nanoarchaeota, serta khorarcaeota. Untuk klarifikasi lebih lanjut selaku berikut:

1. Crenarchaeota

Filum ini banyak ditemui pada wilayah laut, yg tergolong dlm filum ini yaitu thermophiles, hyperthermophiles, serta thermoacidophiles.

2. Euryarchaeota

Filum ini ialah filum yg paling banyak diteliti yg kebanyakan tergolong pada jenis basil halophiles & pula metanogenik.

3. Thaumarchaeota

Filum thaumarchaeota mempunyai kemampuan ammonia-oksidasi archaea atau yg lebih dikenal dgn istilah metabolisme energi.

4. Nanoarchaeota

Dalam filum ini cuma mempunyai satu anggota tunggal yakni nanoarchaeum equitans.

5. Korarchaeota

Bakteri dr filum korarchaeota ini acap kali ditemukan pada lingkungan dgn suhu yg tinggi seperti hyperthermophiles.

  √ Ciri-Ciri dan Klasifikasi Kingdom Monera

Pengelompokkan Bakteri Berdasarkan Metabolisme serta Habitatnya

1. Metanogen atau Metanogenik

Merupakan golongan dr archaebacteria yg mampu mereduksi CO2 menjadi H2O serta CH4 dgn memakai hidrogen. Bakteri metanogen ini mempunyai sifat anaerobik serta kemosintetik. Hidupnya berada di lumpur, rawa, & beberapa kawasan dgn kandungan oksigen yg sedikit.

Selain itu pula terdapat beberapa dr kuman metanogen yg dijumpai hidup dlm perut serta terusan pencernaan dr binatang ruminansia. Dalam nutrisi, metanogen ini mempunyai tugas penting seperti succinomonas amylolytica yg berperan dlm pemecahan amilum pada pencernaan sapi.

Metanogen pula mempunyai fungsi dlm pembuatan kotoran hewan karena perannya sebagai pengurai untuk menciptakan gas metana sehingga diperoleh materi bakar alternatif dr kotoran binatang. Hal tersebut dapat terjadi karena bakteri metanogen memperoleh masakan dr hasil pembusukkan sisa tanaman yg mati sehingga diperoleh gas metana.

2. Termoasidofilik atau Termofil Ekstrim

Kelompok ini ialah jenis archaebacteria yg mampu hidup pada lingkungan dgn suhu panas yg meraih 80 derajat Celsius maupun lingkungan dgn sifat asam. Cara hidup mereka dgn cara melaksanakan oksidasi pada air yg berdekatan dgn lubang hidrotermal bawah laut yg mengandung belerang. Kelompok ini ialah kalangan kuman yg berkerabat dgn eukariotik.

3. Halofilik atau Halofil Ekstrem

Berasal dr kata halo yg mempunyai arti garam & pula philos yg memiliki arti pecinta. Bakteri ini hidup pada lingkungan yg memiliki kadar garam tinggi. Untuk mendapatkan energi, basil halofilik ini melakukan respirasi dengan-cara aerobik & dr beberapa spesiesnya ada yg bisa berfotosintesis.

Kelompok basil halofilik ini mampu membentuk buih dgn warna merah intensif lantaran memiliki pigmen karotenoid & pula ungu yg berasal dr zat warna bakteriorhodopsin. Yang mana kedua pigmen warna ini diperoleh dgn santunan energi cahaya.

Nah, apabila ada pertanyaan terkait Perbedaan Archaebacteria dgn Eubacteria bisa ditulis di bawah ini.

Daftar Pustaka:

Campbel A Neil. (2010). Biologi Edisi Kedelapan. Erlangga: Jakarta.

Suharsono & Egi Nuryadin. (2018). Biologi Sel. LPPM Universitas Siliwangi: Tasikmalaya.

Suharsono & Popo Mustofa K. (2017). Biologi Umum. Tasikmalaya: LPPM Universitas Siliwangi.