Daftar Isi
Definisi Ogoh-Ogoh
Buat orang awam ogoh-ogoh yaitu boneka raksasa yg diarak keliling desa pada dikala menjelang malam sebelum hari raya nyepi (ngerupukan) yg diiringi dgn gamelan bali yg disebut Bleganjur, kemudian untuk dibakar.
Ogoh-ogoh yakni karya seni patung dlm kebudayaan Bali yg menggambarkan kepribadian Bhuta Kala. Dalam pemikiran Hindu Dharma, Bhuta Kala merepresentasikan kekuatan (Bhu) alam semesta & waktu (Kala) yg tak terukur & tak terbantahkan. Dalam perwujudan patung yg dimaksud, Bhuta Kala digambarkan selaku sosok yg besar & menakutkan; biasanya dlm wujud Rakshasa. Selain wujud Rakshasa, Ogoh-ogoh sering pula digambarkan dlm wujud makhluk-makhluk yg hidup di Mayapada, Syurga & Naraka, seperti: naga, gajah,, Widyadari, bahkan Dalam perkembangannya, ada yg dibuat mirip orang-orang populer, seperti para pemimpin dunia, artis atau tokoh agama bahkan penjahat.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia edisi tahun 1986, Ogoh-ogoh didefinisikan selaku ondel-ondel yg bermacam-macam dgn bentuk yg menyeramkan.
Laura Noszlopy meneliti “Pesta Kesenian Bali; budaya, politik, & kesenian kontemporer Indosnesia” untuk Yayasan Arts of Afrika mendefinisikan ogoh-ogoh selaku berikut Ogoh-ogoh yakni patung yg berskala besar yg tebuat dr bubur kertas & bahan pelekat yg biasanya dibentuk oleh kaum dewasa Bali sebagai suatu bagian dr perayaan tahunan “upacara pembersihan” (ngerupukan), yg dilaksanakan sehari sebelum peringatan Nyepi, tahun baru Hindu atau hari Nyepi.
Cendekiawan Hindu dharma mengambil kesimpulan bahwa proses peringatan ogoh-ogoh melambangkan keinsyafan manusia akan kekuatan alam semesta, & waktu yg maha dasyat, kekuatan itu dapat dibagi dua, pertama kekuatan bhuana agung, yg artinya kekuatan alam raya, & kedua yaitu kekuatan bhuana alit yg mempunyai arti kekuatan dlm diri insan. kedua kekuatan ini mampu dipakai untuk menghancurkan atau membuat dunia bertambah indah.
Ogoh-ogoh sebenarnya tak memiliki hubungan langsung dgn upacara Hari Raya Nyepi. Sejak tahun 80 an, umat hindu mengusung ogoh-ogoh yg dijadikan satu dgn acara mengelilingi desa dgn menjinjing obor atau yg disebut acara ngerupuk. Sebelum mengawali pawai ogoh-ogoh para akseptor upacara atau pawai biasanya melakukan minum-minuman keras traditional yg dikenal dgn nama arak. Pada lazimnya ogoh-ogoh di arak menuju sutau tempat yg diberi nama sema (daerah persemayaman umat Hindu sebelum dibakar & pada ketika pembakaran mayit) lalu ogoh-ogoh yg sudah diarak mengelilingi desa tersebut dibakar.
Karena bukan sarana upacara, ogoh-ogoh itu diarak sesudah upacara pokok selesai dgn diiringi irama gamelan khas Bali yg diberi nama bleganjur patung yg dibuat dgn bahan dasar bambu, kertas, kain & benda-benda yg sederhana itu merupakan kreativitas & spontanitas masyarakat yg murni sebagai cetusan rasa semarak untuk memeriahkan upacara ngerupuk. Karena tak ada keterkaitannya dgn hari raya Nyepi, maka jelaslah ogoh-ogoh itu tak mutlak ada dlm upacara tersebut. Namun benda itu tetap boleh dibuat selaku pemanis kemeriahan upacara.
Fungsi Ogoh-Ogoh
Fungsi Ogoh-ogoh yaitu selaku representasi Bhuta Kala, dibentuk menjelang Hari Nyepi & diarak beramai-ramai keliling desa pada senja hari Pangrupukan, sehari sebelum Hari Nyepi. Menurut para cendekiawan & praktisi Hindu Dharma, proses ini melambangkan keinsyafan insan akan kekuatan alam semesta & waktu yg maha dashyat. Kekuatan tersebut meliputi kekuatan Bhuana Agung (alam raya) & Bhuana Alit (diri insan). Dalam persepsi Tattwa (filsafat), kekuatan ini dapat mengirimkan makhluk hidup, khususnya manusia & seluruh dunia menuju kebahagiaan atau kehancuran. Semua ini tergantung pada niat luhur insan, sebagai makhluk Tuhan yg paling mulia dlm menjaga dirinya sendiri & seisi dunia.
.