Dalam filsafat sosial ungkapan objektifikasi bisa dikatakan selaku bentuk tindakan sosial yg memperlakukan seseorang atau adakala binatang, sebagai objek atau benda. Istilah ini identik menjadi kepingan dr dehumanisasi, dimana langkah-langkah mengingkari kemanusiaan orang lain. Oleh karena itulah objektifikasi bisa dikaitkan dgn beragam hal, salah satunya yaitu kaitannya dgn seksualitas, yg memunculkan perumpamaan objektifikasi seksual, artinya memperlakukan seseorang sebagai objek kehendak seksual belaka.
Salah satu ahli yg mengemukakan pendapatnya perihal terjadinya proses menjadikan individu sebagai seseorang yg objektif apabila mempunyai satu atau lebih sifat termasuk diantaranya yaitu memperlakukan orang lain mirip alat untuk kebutuhan orang lain, memperlakukan orang lain seakan-akan bisa ditukarkan, memperlakukan orang lain seolah-olah boleh dirusak atau dihancurkan, memperlakukan orang lain seolah-olah tak perlu memedulikan perasaan & pengalaman mereka, & lain-lain.
Daftar Isi
Objektifikasi
Objektifikasi bisa dibilang selaku salah satu momen dialektis yg simultan dlm konstruksi realitas sosial, yg terjadi sehabis momen eksternalisasi & sebelum momen internalisasi sebagaimana yg dikemukakan oleh Berger & Luckmann. Secara spesifik, momen objektifikasi mengacu pada hasil yg telah diraih dengan-cara mental maupun fisik dr tindakan eksternalisasi insan.
Pada tahap objetifikasi masyarakat dilihat sebagai realitas yg objektif (society is an objective reality), atau bisa dikatakan selaku proses interaksi sosial dlm dunia intersubjektif yg dilembagakan atau mengalami proses institusionalisasi.
Pengertian Objektifikasi
Objektivikasi yakni proses dr penyampaian pemikiran atau pertimbangan tiap-tiap individu dgn cara berinteraksi dgn individu lain, saat dimana pemikiran atau pertimbangan dr individu tersebut menerima akad sehingga menjadi gagasan umum di masyarakat, maka tatkala itu realitas subjektif berkembang menjadi realitas objektif atau yg biasa disebut sebagai objektivikasi.
Pengertian Objektifikasi Menurut Para Ahli
Adapun definisi objektifikasi berdasarkan para andal, antara lain:
- Martha Nussbaum
Seorang filsuf bernama Martha Nussbaum beropini bahwa seseorang menjadi obyektif jika satu atau lebih dr sifat-sifat berikut dipraktekkan padanya:
- Instrumentalitas (memperlakukan orang selaku alat untuk tujuan orang lain)
- Penolakan otonomi, kemalasan (memperlakukan orang sebagai orang yg kurang mempunyai otonomi atau tak bisa memilih nasib sendiri)
- Kelambanan (memperlakukan orang selaku orang yg kurang dlm hal keagenan atau acara)
- Kesesuaian (memperlakukan orang sebagai suatu hal yg mampu dipertukarkan dgn objek lain)
- Kekerasan (memperlakukan orang selaku orang yg kurang dlm hal integritas batas & dapat dilanggar “sebagai sesuatu yg diizinkan untuk dipecah, dihancurkan, didobrak”)
- Kepemilikan (memperlakukan orang seperti mereka dapat dimiliki, dibeli, atau dijual)
- Penolakan subjektivitas (memperlakukan orang seakan-akan tak perlu memperhatikan pengalaman atau perasaan mereka)
Nussbaum mendapatkan pemahaman orang ihwal objektivitas terlalu sederhana untuk dijadikan sebagai konsep normatif di mana orang mengevaluasi implikasi moral dr seksisasi perempuan. Dengan demikian, proyeknya yakni untuk memperjelas desain tersebut dgn menguji 7 dimensi objektifikasi seperti yg telah disebutkan di atas & membedakan antara bentuk jinak & berbahaya dlm keadaan yg berlawanan dlm kaitannya dgn seks.
Nussbaum beropini bahwa topik objektifikasi tak hanya penting bagi seksualitas, yg telah dibahas panjang lebar, tetapi pula bagi pandangan Marxis perihal kapitalisme & perbudakan. Nussbaum berpendapat bahwa dengan-cara berpeluang tak semua bentuk objektifikasi merupakan langkah-langkah negatif yg inheren & bahwa objektifikasi tak selalu ada tatkala salah satu dr tujuh sifat terjadi.
- Rae Langton
Rae Langton merekomendasikan tiga sifat lagi untuk disertakan ke daftar Nussbaum seperti yg telah disebutkan di atas:
- Reduksi badan/Reduction to body (perlakuan terhadap seseorang mirip yg diidentifikasi dgn tubuh, atau potongan badan mereka)
- Reduksi penampilan/Reduction to appearance (perlakuan terhadap seseorang khususnya dlm hal performa atau bagaimana tampilan mereka teramati menurut indra)
- Pembungkaman/Silencing (perlakuan terhadap seseorang seakan-akan mereka diam, tak memiliki kemampuan untuk mengatakan)
Macam Objektifikasi
Istilah objektifikasi dapat dikaitkan dgn beragam hal, diantaranya yaitu:
-
Objektifikasi diri
Objektifikasi diri terjadi tatkala individu memperlakukan dirinya sendiri selaku objek untuk dilihat & dievaluasi menurut performa. Objektifikasi diri pula bisa diartikan sebagai objektifikasi yg terjadi tatkala orang menatap diri mereka selaku objek untuk dipakai, bukan sebagai insan.
Objektifikasi diri yakni hasil dr objektifikasi, & umumnya dibahas dlm topik seks & gender. Baik pria maupun perempuan bergumul dgn objektifikasi diri, tetapi ini paling sering terlihat di antara wanita
-
Objektifikasi seksual
Objektifikasi seksual yaitu tindakan memperlakukan seseorang semata-mata selaku objek hasrat seksual. Objektifikasi dengan-cara lebih luas memiliki arti memperlakukan seseorang sebagai komoditas atau objek tanpa memperhatikan kepribadian atau martabatnya. Objektifikasi paling sering diteliti pada tingkat masyarakat, namun pula dapat merujuk pada perilaku individu & merupakan jenis dehumanisasi.
Meskipun laki-laki & perempuan dapat diobyektifikasi dengan-cara seksual, konsep ini utamanya terkait dgn objektifikasi perempuan, & merupakan gagasan penting dlm banyak teori feminis & teori psikologis yg diturunkan darinya. Objektifikasi seksual terhadap anak perempuan & perempuan berkontribusi pada ketidaksetaraan gender, & banyak psikolog mengaitkan objektivitas dgn aneka macam risiko kesehatan fisik & mental pada perempuan.
Teori Objektifikasi
Teori objektifikasi antara lain;
- Barbara Fredrickson & Tomi-Ann Roberts
Barbara Fredrickson & Tomi-Ann Roberts menyatakan bahwa obyektifikasi seorang wanita atau seorang gadis pada balasannya mampu memunculkan perasaan khawatir atau kesadaran diri yg meningkat. Wanita seharusnya secepatnya menginternalisasi status yg diberikan penduduk kepadanya & menyaksikan hasil ini sebagai pandangan utama dirinya.
Fredrickson & Roberts beropini bahwa dlm beberapa hal, objektifikasi wanita bahkan dapat memengaruhi kesehatan mental perempuan. Perspektif publik yg dikenakan pada tubuh perempuan dapat mengarah pada pemantauan badan & pola makan obsesif yg pada alhasil akan menimbulkan perasaan malu atau khawatir internal.
Fredrickson & Roberts beropini bahwa imbas dr kalangan feminis gelombang baru & para sarjana sudah menempatkan tubuh perempuan dlm perspektif sosiokultural, yg telah menjinjing pada dimensi gres perihal perspektif tubuh.
Akan tetapi, hal tersebut pula meremehkan pentingnya memandang tubuh perempuan dlm perspektif biologis & sosiokultural. Fredrickson & Roberts berpendapat bahwa yg satu tak boleh dibayang-bayangi oleh yg lain, karena efek adonan itulah yg sudah menciptakan konstruksi sosial di balik gambaran tubuh.
Teori objektifikasi menjajal untuk mendorong pemikiran umum di balik analisis sosiokultural badan wanita selangkah lebih maju dlm psikologi perempuan & gender. Seperti yg dinyatakan oleh Fredrickson & Roberts: “Mungkin pengalaman yg paling mendalam & meresap yaitu gangguan dlm fatwa kesadaran yg menimbulkan banyak gadis & wanita menginternalisasi praktik objekifikasi budaya & biasanya mengawasi tampilan tubuh mereka“.
Contoh Objektifikasi
Berikut ini salah satu pola proses objektivikasi yg dapat memudahkan pemahaman kita tentang bagaimana proses tersebut terjadi dlm masyarakat:
- Penelitian
Allan merupakan seorang peneliti yg tinggal di desa dgn dominan penduduk bermatapencaharian selaku nelayan. Selama proses observasi berjalan, Allan mengungkapkan bahwa terjadi penurunan penyu di maritim yg disebabkan karena penangkapan besar-besaran oleh nelayan.
Karena kedekatannya dgn para nelayan di desa tersebut, Allan sering berkumpul & berbincang-bincang dgn mereka. Saat berkumpul bersama, ia mengungkapkan pemikiran atau idenya pada para nelayan mudah-mudahan mereka tak menangkap penyu.
Gagasan yg dikemukakan Allan langsung disepakati oleh nelayan, sebab sebelumnya mereka sendiri sudah menyadari bahwa langkah-langkah menagkap penyu akan mengakibatkan kepunahan.
Akhirnya, semua nelayan yg ada di desa tersebut dengan-cara sedikit demi sedikit tak lagi menangkap penyu. Bahkan, sudah ada kesepakatan budpekerti bahwa apabila ada yg menagkap penyu maka akan dikenai sanksi. Aturan yg sudah dibuat & disepakati bahu-membahu oleh masyarakat kemudian disosialisasikan pada perjaka-cowok di desa tersebut yg nantinya akan berprofesi sebagai nelayan.
Berdasarkan teladan di atas, bisa kita katakan bahwa kehidupan sosial yaitu proses objektivikasi individu yg selalu mempunyai pemikiran untuk membuat peraturan dlm kehidupannya. Si aktivis hukum itu sendiri pula akan terpengaruh pada aturan yg sudah ia buat.
Mengacu pada usulan yg dikemukakan oleh Berger & Luckmann bahwa ada tiga momen dialektis dlm konstruksi sosial, yaitu eksternalisasi, internalisasi, & objektivikasi, maka ketiga elemen inilah yg bergerak dengan-cara berkelanjutan, yg bisa dimaknai bahwa kehidupan sosial adalah proses yg saling mensugesti antara objek & subjek.
Dari klarifikasi yg dikemukakan, perlu dimengerti bahwa dlm marxisme objektifikasi menjadi aspek terjadinya korelasi sosial dibahas selaku “reifikasi“, yakni ialah proses di mana kekerabatan sosial dianggap selaku atribut inheren dr orang-orang yg terlibat di dalamnya, atau atribut dr beberapa produk kekerabatan, mirip komoditas yg diperdagangkan.
Hal tersebut menyiratkan bahwa objek diubah menjadi subjek & subjek diubah menjadi objek, dgn hasil yakni subjek dijadikan pasif, sedangkan objek dirender selaku faktor penentu aktif. Hipostatisasi (Hypostatization) mengacu pada imbas reifikasi yg dihasilkan dr pikiran bahwa apa pun yg dapat dinamai, atau dipahami dengan-cara absurd, harus sungguh-sungguh ada, sebuah kekeliruan ontologi dan epistemologi.
Itulah tadi artikel yg bisa dikemukakan terkait dgn pengertian objektifikasi menurut para hebat, jenis, teori, & misalnya.