Daftar Isi
Definisi Mubahala
Mubahalah berasal dr kata bahlah atau buhlah yg memiliki arti kutukan atau melaknat. Mubahalah berdasarkan istilah yakni dua pihak yg saling memohon & berdoa pada Allah supaya Allah melaknat & membinasakan pihak yg batil atau menyalahi pihak kebenaran.
Mubahala, adalah suatu perumpamaan yg digunakan Islam guna menegaskan seseorang itu benar benar bersalah. yg di dlm bersumpah itu di hadirkan anak & isteri dr kedua Pihak yg bersangkutan, lalu di selenggarakan Persumpahan di Dalam menjaga keyakinan masing-masing, menganggap kebenaran pendirian kedua belah Pihak, bila ternyata kedua belah Pihak bersikeras, biarlah Allah Ta’ala menurunkan Kutuk Laknatnya pada barang siapa yg masih saja bertahan pada pendirian yg salah.
Mubahala dipakai Rasulullah sebagai bentuk pertaruhan kebenaran yg sebetulnya. Tersangka & keluarganya bisa binasa atas peradilan Tuhan, bila benar benar terbukti bersalah.
Mubahal dengan-cara leksikal. Mubahâlah derivatnya dr klausul “bahl” (dengan timbangan ahl) yg bermakna membebaskan, melepaskan ikatan & belenggu dr sesuatu. Atas dasar ini, tatkala seekor induk hewan dilepaskan untuk menyusui anaknya dengan-cara bebas maka ia disebut selaku “bâhil.” “Ibtihâl” dlm doa bermakna bermohon & melepaskan urusan pada Tuhan.
Mubahâla dengan-cara teknikal. Dari definisi yg dengan-cara biasa digunakan dr ayat mubahâlah, mubahâlah mempunyai arti saling mengutuk & melaknat antara dua orang sedemikian sehingga orang-orang yg berdialog ihwal satu masalah agama atau mazhab mampu mencapai satu kata sepakat & bermohon pada Allah Swt supaya menghukum & membongkar kedok orang yg berdusta.
Mubahâlah artinya saling melaknat sehingga siapa pun yg berada di atas rel kebatilan menerima marah dr Allah Swt & orang yg berada di pihak kebenaran akan dikenal. Dengan cara demikian orang-orang mampu membedakan antara yg hak & yg batil.
Syarat mubahâlah
Orang yg ingin melaksanakan mubahâlah semestinya memperbaiki akhlaknya selama tiga hari sebelumnya. Berpuasa Mandi (ritual) Pergi ke sahara dgn orang yg ingin melaksanakan mubahâlah dengannya Melakukan mubahâlah pada saat antara waktu subuh (fajar shadiq) hingga menyingsingnya mentari pagi. Masing-masing saling mencengkraman kedua tangan kanannya. Ia memulai dr dirinya & berkata: Tuhanku! Engkau yakni Tuhan tujuh petala langit & tujuh petala bumi. Engkau mengetahui segala rahasia wujud, mahapenyayang & mahapengasih. Sekiranya orang yg menentangku (ini) mengingkari kebenaran & mengklaim kebatilan maka turunkanlah petaka & bencana alam dr langit. Dan jerumuskan ia ke dlm azab yg pedih! Dan setelah itu ia mengulang lagi doa ini & berkata: Sekiranya orang yg menentangku (ini) mengingkari kebenaran & mengklaim kebatilan maka turunkanlah petaka & petaka dr langit. Dan jerumuskan ia ke dlm azab yg pedih.
Mubahâlah tak terkhusus semata pada masa Rasulullah Saw. Orang-orang beriman pula mampu melaksanakan mubahâlah. Karena itu, tiada halangan bagi orang-orang beriman untuk bermubahâlah dgn siapa saja untuk menetapkan & membuktikan kebenarannya di hadapan musuh-musuh agama sepanjang menyanggupi syarat-syarat yg disebutkan sebelumnya. Akan tetapi mesti dipahami bahwa syarat-syarat mubahâlah yg dibutuhkan, keikhlasan & self-confident (percaya diri) tak mudah diperoleh oleh setiap orang. Dan orang yg ingin ber-mubahâlah tak boleh terburu-buru untuk menyatakan ingin melaksanakan mubahâlah karena boleh jadi yg dihasilkan ialah sebaliknya. Dalam pada itu, harus dikenali bahwa mubahâlah terkhusus perbedaan & perdebatan dlm duduk perkara agama & mazhab dimana pihak musuh, meski dgn adanya dialog & diskusi ilmiah, logis & rasional, tetapi ia tetap menampik kebenaran & bersikeras dgn keyakinannya yg batil. Dengan mengamati pelbagai penafsiran ayat mubahâlah menjadi terperinci bahwa ujung dr mubahâlah Nabi Saw selsai dgn kedamaian & ketenteraman.
Sumber
www.alhassanain.org