√ Pengertian Aspek Perkembangan

Duniapengetian.Org – Jelaskan apa yg dimaksud dgn faktor pertumbuhan ? Menurut Santrock (1996) dlm bukunya Retno Pangestuti, pertumbuhan merupakan bagian dr perubahan yg dimulai dr masa konsepsi & berlanjut sepanjang rentang kehidupannya. Bersifat kompleks alasannya adalah melibatkan banyak proses mirip biologis, kognitif, & sosioemosional. 

F.J Monks, dkk (2001) menambahkan pengertian kemajuan merujuk pada proses menuju kesempurnaan yg tak mampu diulang kembali menurut pertumbuhan, pematangan, & berguru. Dalam kacamata psikologi, kemajuan mampu diartikan sebagai proses pergantian kuantitatif & kualitatif individu dlm rentang kehidupannya, mulai dr masa konsepsi, bayi, kanak-kanak, masa remaja, sampai dgn cukup umur. 

Dalam kamus Psikologi, Chaplin (2002) menjabarkan kemajuan sebagai pergeseran yg terjadi pada organism dr lahir sampai mati, adanya pertumbuhan & pergantian integrasi jasmani ke dlm fungsional & hadirnya kedewasaan.

Perkembangan mampu diartikan sebagai proses perubahan kuantitatif & kualitatif individu dlm rentang kehidupnnya, mulai dr masa konsepsi, masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, hingga masa akil balig cukup akal. 

Perkembangan dapat diartikan pula selaku suatu proses pergeseran dlm diri individu atau organisme, baik fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yg berjalan dengan-cara sistematis, progesif, & berkesinambungan (Syamsu, 2012).

Definisi Aspek Perkembangan

Perkembangan individu merupakan integrasi dr beberapa proses, yakni biologis, kognitif, & sosioemosional. Ketiga proses ini saling bekerjasama & saling mensugesti. Dengan demikian, obyek psikologi perkembangan adalah proses perubahan yg terjadi dlm diri individu meliputi beberapa aspek sebagai implikasinya, yakni: 

1. Aspek fisik & motorik

Berkaitan dgn perkembangan fisik & motorik, Kuhlen & Thompson menyatakan bahwa pertumbuhan fisik individu mencakup empat aspek (Hurlock dlm Retno, 1995), yakni: pertama, struktur fisik, yg meliputi tinggi tubuh, berat badan, & proporsi tubuh. Kedua, metode syaraf yg mempengaruhi kemajuan aspek yang lain, yakni intelektual & emosi. Ketiga, Kekuatan otot, yan akan mensugesti perkembangan motorik, Keempat, kelenjar endokrin yg menyebabkan munculnya pola-pola perilaku baru. Aspek pertumbuhan ini sangat mensugesti seluruh faktor pertumbuhan yang lain, sebagai acuan, struktur fisik yg kurang wajar (terlalu pendek/tinggi, terlalu kurus atau obesitas) akan kuat terhadap kepercayaan diri seseorang. Faktor kepercyaan ini berkaitan dgn aspek pertumbuhan emosi, kepribadian, & sosial.

  Jelaskan Hubungan Sosiologi Dengan Proses Perubahan Sosial DimasyarakatYang Di Kaji Pada Awal Masa Kelahirannya

2. Aspek kognitif atau intelektual

Perkembangan kognitif berhubungan dgn potensi intelektual yg dimiliki individu, yakni kesanggupan untuk berfikir & memecahkan masalah. Aspek kognitif pula dipengaruhi oleh perkembangan sel-sel syaraf sentra di otak. Penelitian mengenai fungsi otak (Woolfolk, 1995) dapat dibedakan berdasarkan kedua belahan otak, yakni otak kiri & otak kanan. Otak kiri berhubungan bersahabat dgn kesanggupan berfikir rasional, ilmiah, logis, kritis, analitis, & konvergen (memusat). Dengan demikian kegiatan yg banyak melibatkan fungsi otak kiri yaitu membaca, berhitung, berguru bahasa & melakukan penelitian ilmiah. Sedangkan otak kanan berkaitan akrab dgn kesanggupan berfikir intuitif, imajinatif, holistik & divergen (menyebar). Kegiatan yg secara umum dikuasai memakai otak kanan diantaranya yaitu melukis, bermain music, kerajinan tangan.

Ahli psikologi yg memberikan kontribusi teori penting mengenai perkembangan kognitif ialah Jean Piaget (1952). Menurutnya, tahap pertumbuhan kognitif berdasarkan periode usia yaitu yaitu selaku berikut: sensori-motori, usia 0-2 tahun, ra-operational, usia 2-7 tahun, operational konkrit, usia 7-12 tahun, & operational formal, usia diatas 12 tahun. Selain bekerjasama erat dgn aspek perkembangan fisik & motorik, perkembangan kognitif pula dipengaruhi & memengaruhi aspek kemajuan yang lain, mirip moral, & penghayatan agama, faktor bahasa, sosial, emosional. Sebagai pola, akseptor didik yg mempunyai kemajuan kognitif yg baik, dibutuhkan mampu mengetahui nilai & aturan sosial,memiliki daypikir moral yg baik & bisa menggunakan bahasa dengan-cara tepat & efisien (Retno, 2013).

3. Aspek pertumbuhan sosial

Perkembangan sosial individu ditandai dgn pencapaian kematangan dlm interaksi sosialnya, bagaimana ia mampu bergaul, menyesuaikan diri dgn lingkungannya & menyesuaikan diri kepada norma-norma kelompok (Retno Pangestuti, 2013). Robinson A (1981) mengartikan sosialisasi selaku proses yg membimbing anak kearah pertumbuhan kepribadian sosial sehingga bisa menjadi anggota penduduk yg bertanggung jawab. Perkembangan sosial seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial dimana ia berada, baik keluarga, sobat sebaya, guru, & penduduk sekitarnya.

4. Aspek perkembangan bahasa 

Menurut para mahir, bahasa merupakan media komunikasi yg digunakan untuk memberikan pesan (pertimbangan & perasaan) dgn menggunakan simbol- simbol yg disepakati berrsama, kemudian kata dirangkai menurut urutan membentuk kalimat yg bermakna, & mengikuti aturan atau tata bahasa yg berlaku dlm suatu komunitas atau penduduk (Sinolungan, 1997; Semiawan, 1998). Lenneeberg salah spesialis teori mencar ilmu bahasa yg sangat populer (1996) menyampaikan bahwa pertumbuhan bahasa tergantung pada pematangan otak dengan-cara biologis.

Sementara itu, Tarigan (2009) menjabarkan pertumbuhan bahasa menjadi beberapa tahapan, yakni tahap meraban (pralinguistik) pertama & tahap meramban (pralinguistik) kedua. Pada tahap meraban pertama, selama berbulan-bulan awal kehidupan, bayi menagis, mendekut, mendenguk, menjerit, & tertawa. Mereka seakan-akan menciptakan tiap-tiap jenis suara yg mungkin dibuat. Pada tahap meramban kedua, tahap ini disebut pula tahap omong kosong atau tahap kata tanpa makna. Awal tahap meraban kedua ini umumnya dimulai pada permulaan kedua tahun pertama kehidupan. Anak-anak menghasilkan suatu kata yg mampu diketahui , namun mereka berbuat seolah- olah mengatur ucapan mereka sesuai dgn pola suku kata.

5. Aspek perkembangan emosi 

Menurut Retno (2013), emosi ialah perasaan intens yg ditujukan pada seseorang atau suatu kejadian. Ragam emosi dapat terdiri dr perasaan bahagia mengenai sesuatu, murka pada seseorang, ataupun takut kepada sesuatu. Kebanyakan ahli yakin bahwa emosi lebih cepat beralu dibandingkan dengan suasana hati. Sebagai teladan, kalau seseorang bersikap berangasan, insan akan merasa marah. Berkaitan dgn faktor yg menghipnotis kemajuan emosi akseptor didik, sejumlah observasi wacana emosi anak memperlihatkan bahwa kemajuan emosi mereka bergantung pada faktor kematangan & faktor mencar ilmu (Hurlock dlm Retno, 2002).

  √ Pengertian Motivasi Berprestasi Serta Ciri Dan Faktornya

Reaksi emosional yg tak timbul pada permulaan kehidupan tak bermakna tak ada, reaksi tersebut mungkin akan muncul dikemudian hari, dgn berfungsinya system endokrin. Keatangan & belajar terjalin erat satu sama lainnya dlm menghipnotis perkembangan emosi. Untuk meraih kematangan emosi, remajaharus berguru memperoleh gambaran ihwal situasi yg mampu menjadikan reaksi emosional. Adapun caranya ialah dgn membahas aneka macam dilema pribadinya dgn orang lain. Keterbukaan, perasaan & masalah pribadi dipengaruhi sebagian oleh rasa kondusif dlm hubungan sosial & sebagian oleh tingkat kesukaannya pada orang target (Hurlock dlm Retno, 2002).

6. Aspek kepribadian & seni

Kata kepribadian dlm bahasa gila disebut dgn kata personality. Kata ini berasal dr kata latin, yakni persona yg bermakna topeng atau seorang individu yg berbicara lewat sebuah topeng yg menyembunyikan identitasnya & memerankan tokoh lain dlm drama (Buchori, 1982). Suadianto (2007) menjelaskan bahwa hal penting dlm perkembangan kepribadian adalah ketetapan dlm pola kepribadian atau persistensi. Artinya, terdapat kecenderungan ciri sifat kepribadian yg menetap & relatif tak berganti sehingga mewarnai timbul sikap khusus terhadap diri seseorang. 

7. Aspek pekembangan moral & penghayatan agama 

Istilah moral berasal dr bahasa latin mos/moris yg dapat diartikan selaku peraturan, nilai-nilai, budpekerti istiadat, kebiasaan & tatacara kehidupan (Retno, 2013). Sedangkan moralitas lebih mengarah pada sikap untuk menerima & melakukan peraturan, nilai & prinsip moral (Yusuf, 2011). Perkembangan moral berhubungan dgn aturan & konvensi

mengenai apa yg semestinya dilakukan oleh individu dlm interaksinya dgn orang lain (Santrock, 1995). Menurut kacamata teori psikoanalisa, kemajuan moral adalah proses internalisasi norma-norma masyarakat & dipengaruhi oleh kematangan biologis individu. Sedangkan dr sudut pandang Teori behavioristik, perkembangan moral dipandang sebagai hasil rangkaian stimulus-respons yg dipelajari oleh anak, antara lain berupa eksekusi & pujian yg sering dialami oleh anak. Menurut Wiliam James, salah satu keunggulan manusia sebagai makhluk ialah fitrah (perasaan & kemampuan) untuk mengenal Allah & melakukan anutan-Nya (Murphy, 1967). Dengan kehalusan & fitrah tadi, seseorang setidak- tidaknya niscaya mengalami, mempercayai bahkan menyakini & menerimanya tanpa keraguan, bahwa di luar dirinya ada suatu kekuatan yg Maha Agung yg melampaui apapun tergolong dirinya, yg demikian itu disebut selaku pengalaman religi atau keagamaan.