√ Naskah Ditolak Oleh Penyebar-Ilmu Buku? Ini Alasannya

Sebagai pihak yg berperan penting dlm proses produksi buku, penerbit buku memiliki hak untuk mendapatkan atau menolak naskah yg kita buat.

Menerbitkan buku ialah salah satu keinginan setiap penulis yg sejatinya tak dapat diwujudkan dgn gampang. Ada usaha panjang yg harus dilalui oleh seorang penulis hingga tulisannya berhasil diterbitkan oleh sebuah penerbit buku. Berangkat dr kondisi tersebut, kita bisa menyaksikan bahwa penerbit buku memiliki kewenangan yg besar untuk memilih nasib dr goresan pena yg sudah kita buat. Apabila tulisan kita dianggap baik, maka akan dgn gampang goresan pena kita diterbitkan oleh pihak penerbit, begitu pula sebaliknya. Tidak sedikit goresan pena-goresan pena yg baik intinya berasal dr naskah-naskah yg pernah ditolak oleh penerbit. Dengan adanya penolakan tersebut, banyak penulis yg kemudian mempelajari kembali banyak sekali hal terkait dgn dunia kepenulisan, baik dengan-cara substantif ataupun teknis kepenulisan. Dari pelajaran tersebut, penulis tersebut kemudian merasa siap kembali untuk mengajukan naskahnya pada pihak penerbit. Tentu hal tersebut bukanlah sesuatu yg mudah untuk dihadapi alasannya adalah menyangkut mental & nasib tulisan yg kita buat.

Pada sisi yg lain, tak sedikit pula para penulis yg berhasil meloloskan tulisannya tatkala sedang dijalankan evaluasi oleh pihak penerbit buku. Kita mampu menduga bahwa mereka yakni penulis-penulis yg memang sudah berpengalaman tatkala mesti berurusan dgn penerbit. Meskipun demikian, ada beberapa penulis gres pula yg mereka dengan-cara cermat mengamati standar goresan pena yg ditetapkan oleh sebuah penerbit. Artinya sejak awal mereka telah mempersiapkan aneka macam hal untuk menghadapi proses evaluasi di penerbit. Beberapa hal yg umumnya dijalankan ialah dgn melakukan observasi kecil-kecilan terhadap profil penerbit yg ditujunya. Kegiatan tersebut tentu berguna bagi penulis untuk meminimalisir ditolaknya naskah yg sudah dibuatnya tersebut. Kita tentu menyadari bahwa setiap penerbit memiliki ciri khasnya masing-masing. Dalam artian setiap penerbit mempunyai prioritas terbitannya sendiri. Untuk mengantisipasi penolakan dr pihak penerbit, berikut ada beberapa hal yg perlu kita ketahui.

  √ Hari Pertama Pelatihan Buku Ajar Bagi Guru SMA/SMK Telkom se-Indonesia

  1. Topik Tidak Terlalu Populer

Salah satu argumentasi yg sering dipakai penerbit buku untuk menolak naskah kita yakni terkait dgn topik yg kita angkat. Bagi penerbit yg mempunyai nalar keuntungan, hal tersebut menjadi kriteria tersendiri. Tatkala topik yg kita angkat tak sedang banyak dibahas oleh penduduk , maka kemungkinan buku kita untuk diterbitkan yaitu cukup kecil. Dengan kata lain, kita tak menyesuaikan keperluan masyarakat pada suatu topik yg sedang hangat dibahas oleh publik. Sebagai contohnya tatkala kita sedang memasuki masa-masa pemilihan lazim, maka buku yg sempurna untuk diterbitkan yakni yg terkait dgn politik. Akan cukup kesusahan bagi penerbit untuk menerbitkan goresan pena kita yg memiliki topik tak berhubungan dgn kondisi sosial pada dikala-saat tertentu. Meskipun demikian, bukan berarti goresan pena kita tak mampu diterbitkan sama sekali. Kita pasti perlu tabah untuk menunggu momen yg sempurna. Artinya akan ada waktu tersendiri bagi tulisan kita untuk mampu diterbitkan & sesuai dgn keinginan masyarakat.

Ketidaksesuaian topik yg kita angkat dgn keperluan masyarakat tersebut dengan-cara tak pribadi pula berdampak pada jumlah penjualan. Apabila kita memaksakan untuk tetap menerbitkan buku kita, maka kemungkinan yg timbul yakni tak banyak masyarakat yg mengenali buku kita. Dengan kata lain, pengguna dr buku kita condong kecil & cuma menjamah pada segmen-segmen tertentu saja. Tatkala kita menerbitkan buku ihwal sejarah kerajaan Singosari, maka segmen pasar tetap kita yaitu mereka yg memang menggemari hal-hal terkait dgn sejarah, utamanya kerajaan. Beberapa kelompok akademisi bisa jadi memakai buku kita. Hanya saja buku kita kurang digemari oleh masyarakat biasa yg sesungguhnya bukan target pasar kita. Oleh sebab itu, kita pula harus memikirkan segmen pembaca dengan-cara cermat. Penyebar Ilmu buku akan berani menerbitkan tulisan kita selama segmen pembaca yg kita target jumlahnya mampu dijumlah & kemungkinan memang direspon positif oleh penduduk .

  1. Ada Kemiripan dgn Buku Lain

Aspek lain lagi yg perlu kita ketahui yakni terkait dgn kemiripan buku yg ingin kita terbitkan dgn buku-buku lain yg telah ada di pasaran. Untuk mengantisipasi hal ini, kita mampu melaksanakan observasi terlebih dulu. Caranya adalah dgn memilih topik yg ingin kita angkat. Selanjutnya yaitu mencari gosip terkait dgn buku-buku yg telah ada. Kita bisa mencari informasi tersebut melalui internet atau dgn datang langsung ke beberapa toko buku. Tatkala kita ingin menulis perihal karakteristik partai politik yg ada di Indonesia, maka kita mesti memastikan bahwa bahasan yg ingin kita sampaikan belum pernah dibahas oleh penulis lain. Apabila kita memperoleh hal yg serupa temanya, maka kita perlu mengenali isi dr buku yg ditulis oleh orang lain. Perbedaan isi buku tersebut akan menjadi kunci penting bagi kita untuk terus melanjutkan buku yg kita tulis atau tidak. Pihak penerbit buku pasti tak mau apabila buku yg kita terbitkan ternyata telah ada di pasaran. Artinya kita cuma melaksanakan pengulangan & tak ada hal baru yg ditawarkan.

  1. Bahasa yg Digunakan Kurang Tepat

Penggunaan bahasa dlm menulis sebuah buku menjadi hal penting yg pula perlu untuk kita perhatikan bersama. Kita perlu menyadari bahwa setiap penulis memiliki gaya bahasanya masing-masing. Meskipun demikian, kita pula perlu memahami bahwa tak semua pembaca mengetahui bahasa yg kita gunakan. Oleh alasannya itu, menjadi hal yg penting bagi kita untuk memakai gaya bahasa yg relatif gampang dipahami oleh pembaca. Hal tersebut bisa kita kerjakan dgn cara melakukan analisis pada segmen pasar yg ingin kita tuju. Tatkala goresan pena kita memang dibentuk untuk tujuan akademis, maka kita bisa menggunakan bahasa-bahasa yg sering dipakai di golongan akademisi. Di segi lain, kita pula perlu memakai gaya bahasa yg lazim tatkala segmen pasar kita ialah masyarakat biasa. Pada faktor ini, pihak penerbit buku nantinya akan melakukan pengecekan terhadap segmen pasar yg kita tuju dgn gaya bahasa yg kita gunakan.

  1. Banyak Salah Ketik

Terakhir, banyaknya kesalahan yg kita buat sendiri terhadap goresan pena kita pula menjadi sumber problem bagi nasib goresan pena kita. Banyaknya kesalahan yg kita buat pula mempunyai efek pada keputusan penerbit buku untuk menolak naskah kita. Tentu pihak penerbit tak mau terbebani oleh kesalahan-kesalahan sepele yg kita kerjakan sendiri. Pada perkara tersebut, pihak penerbit umumnya akan mengembalikan naskah kita untuk diperbaiki. Selanjutnya, kesalahan tersebut bukan cuma terkait dgn teknis penulisan (typo), tetapi pula terkait dgn sistematika bab & hal-hal teknis yg lain. Oleh sebab itu, kita perlu membaca & mencermati ulang tulisan yg telah kita buat sebelum mengirimkannya pada pihak penerbit. Tatkala goresan pena kita jauh dr banyak sekali kesalahan yg dibuat dengan-cara pribadi, pihak penerbit tentu akan memberikan evaluasi tersendiri pada kita. Kita nantinya pula dianggap sebagai penulis yg cermat & bertanggung jawab terhadap tulisannya sendiri.

 

Referensi

Arifin, Syamsul & Kusrianto, Adi, 2009, Sukses Menulis Buku Ajar & Referensi, Jakarta: PT Grasindo.

[Bastian Widyatama]