Pembahasan tentang macam-macam bid’ah sudah dibahas dengan-cara lengkap oleh para ulama hebat fiqih baik di abad salaf (ulama yg hidup dlm kurun waktu 300 hijriyah) maupun di kurun khalaf (ulama yg hidup diatas tahun 300 hijriyah) sehingga topik bid’ah bukanlah hal yg baru di zaman kini ini.
Akan tetapi meski telah dibahas tetap saja ada yg salah faham terkait bid’ah ini. Untuk itu, mari kita simak uraiannya berikut ini.
Daftar Isi
Apa pengertian bid’ah itu?
Nabi Muhammad saw dlm hadist banyak membahas wacana bid’ah namun Beliau tak mendefinisikan pemahaman bid’ah itu sendiri. Oleh karena itu, para ulama melakukan pendekatan dgn mendefinisikan bid’ah dlm dua pengertian yaitu dengan-cara bahasa & syara’.
Bid’ah dlm bahasa bermakna sesuatu yg diadakan tanpa adanya teladan sebelumnya, dgn kata lain tak ada di zaman nabi. Dalam pengertian syara’, bid’ah ialah sesuatu yg baru yg tak terdapat dengan-cara eksplisit (tertulis) dlm al Qur’an maupun hadits.
Macam-Macam Bid’ah Menurut Ulama Ahlussunnah Wal Jama’ah
Para ulama madzab empat (Hanafiyah, Malikiyah, Syafi’iyah & Hanabilah) dlm membicarakan kasus bid’ah banyak memakai ungkapan yg berlainan-beda bahkan terkesan berlawanan & tumpang tindih.
Hal ini disebabkan tak adanya standarisasi penggunaan ungkapan di dlm Islam. Terlebih, para imam mahzab hidup di zaman yg berlawanan & di lingkungan yg berbeda pula. Nah, yg perlu dikenang walaupun mereka berbeda dlm menggunakan perumpamaan, maknanya tetaplah sama.
Mayoritas umat Islam di Indonesia, Malaysia, Brunei & Singapura dlm bidang fiqih banyak yg mengikuti Madzab Syafi’i. Di dlm Tafsir Imam Qurtubiy juz 2 halaman 86-87 diterangkan bahwa Imam Syafi’i membagi bid’ah menjadi dua yakni bid’ah mahmudah (terpuji) & bid’ah madzmumah (tercela).
Berkata Imam Syafi’i bahwa bid’ah terbagi menjadi dua yakni bid’ah mahmudah (terpuji) & bid’ah madzmumah (tercela), maka yg sejalan dgn sunnah maka ia terpuji, & yg tak selaras dgn sunnah ialah tercela, beliau berdalil dgn ucapan Umar bin Khattab ra mengenai shalat tarawih : “inilah sebaik baik bid’ah”. (Tafsir Imam Qurtubiy juz 2 hal. 86-87)
Selain itu, Imam Baihaqi dgn sanad yg sahih dlm kitabnya Manaqib asy-Syafi’i menerangkan bahwa
Imam Syafi’i berkata :
” الدثات من المور ضربان، ماأحدث ما يالف كتابا أو سنة أو إجاعا أو
أثرا فهذه البدعة الضللة، والثانية ما أحدث من الي و ل يالف كتابا أو
سنة أو إجاعا وهذه مدثة غي مذمومة ““Perkara yg baru terbagi menjadi dua cuilan. Pertama, sesuatu yg menyalahi al Qur’an, Sunnah, Ijma’ atau Atsar (apa yang dilakukan atau dibilang sahabat tanpa ada di antara mereka yg mengingkari), inilah bid’ah yg sesat (dholalah). Kedua, kasus yg gres yg baik & tak menyalahi al Qur’an, Sunnah, maupun Ijma’, inilah sesuatu yg gres yg tak tercela (madzmumah)”.
Nah, klarifikasi singkat di atas menawarkan kita citra bahwa bid’ah itu terbagi menjadi dua macam yaitu bid’ah hasanah (baik) & bid’ah madzmumah (tercela).
Mungkin Anda akan menemukan penjelasan yg berlainan dr ulama lain. Agar tak gundah, lihatlah beberapa perumpamaan bid’ah yg dipakai oleh ulama pada umumnya di bawah ini.
- Bid’ah yg sejalan dgn Al Qur’an, Hadist, Ijma’ & Qiyas dinamakan sebagai bid’ah hasanah = bid’ah mahmudah = bid’ah huda (yang berpetunjuk) = Bid’ah lughowi (secara bahasa)= bukan bid’ah = Sunnah Hasanah = Sunnah = bid’ah bukan ibadah (ibadah ghoiru mahdah/muamalah) = bid’ah dunia = kreativitas yg baik = Mashlahah al-Mursalah. Bid’ah yg ini hukumnya ada empat yakni wajib, sunah, mubah & makruh.
- Bid’ah yg bertentangan dgn Al Qur’an, Hadist, Ijma’ & Qiyas dinamakan sebagai bid’ah = bid’ah dholalah = bid’ah madzmumah = bid’ah sayyiah = bid’ah agama (syariat) = bid’ah ibadah (ibadah mahdah) = kreativitas yg tercela. Bid’ah yg ini hukumnya haram.
Bingung menyaksikan ungkapan yg berlawanan-beda di atas?
Nah, untuk memudahkan penduduk dlm mengetahui bid’ah, mayoritas ulama pengikut Imam yg empat seperti Al Izzu bin Abdussalam, Imam An-Nawawi & Imam Abu Syamah yg bermazhab Syafi’i. Kemudian dr Madzhab Maliki mirip, Al Qarafi & Az-Zarqani.
Dari Madzhab Hanafi seperti Ibnu Abidin. Dari Madzhab Hambali mirip Ibnu Al Jauzi membagi bid’ah ke dlm lima hukum dlm Islam yaitu wajib, sunah, mubah, makruh/mungkar & haram.
a. Bid’ah wajib
Dalam kaidah fiqih dijelaskan bahwa sesuatu yg tanpanya kewajiban tak akan berjalan sempurna maka sesuatu itu pun menjadi wajib hukumnya. Maka, mempelajari ilmu tajwid yaitu wajib untuk mampu membaca Al Qur’an walaupun ilmu tajwid termasuk bid’ah. Contoh lainnya contohnya membayar pajak kendaraan bermotor, membukukan Al Qur’an, membukukan kitab Hadist dll.
b. Bid’ah sunah
Misalnya membangun sekolah, membangun jembatan, membangun jalan raya, memakai baju batik dsb.
c. Bid’ah mubah
Misalnya membaca tulisan ini melalui handphone, mengendarai sepeda motor, makan bakso, mengadakan acara tahlilan, mengadakan program 17 Agustusan, mengadakan program maulud nabi, mengadakan tradisi yasinan dll.
d. Bid’ah makruh atau mungkar
Misalnya mempercantik masjid, membangun rumah glamor disaat penduduk sekitar sedang kesusahan, menghiasi kitab Al Qur’an.
e. Bid’ah haram
Misalnya mengikuti fatwa-anutan menyimpang utamanya terkait aqidah mirip menyatakan Allah punya tangan, kaki, wajah, Allah sedang berjalan, duduk. Selain itu ada lagi contohnya sholat subuh empat rakaat, Adzan sambil bermain musik, sholat menggunakan bahasa Indonesia dll.
Nah, demikian pemahaman bid’ah & macam-macam bid’ah berdasarkan para ulama Ahlussunnah Wal Jama’ah.