√ Goa Kiskendo

Secara manajemen Goa Kiskendo terletak di desa Jatimulyo, kecamatan Girimulyo, kabupaten Kulon Progo, Provinsi Yogyakarta. Secara geologis, kawasan wisata ini terletak di atas pegunungan Menoreh yg berada di wilayah paling barat Yogyakarta sekaligus berbatasan dgn wilayah Purworejo, Jawa Tengah.

Gambar. Goa Kiskendo Jogja (Foto: Merlin Julian)

Goa Kiskendo berada di ketinggian 1200 meter dr permukaan laut (dpl) & berada di tengah-tengah hutan namun ketika ini sudah terdapat perkampungan & sudah menjadi jalan alternatif Jogja-Purworejo. Keadaan udara disini sungguh sejuk & dingin. Untuk jam-jam tertentu utamanya di musim penghujan akan tampakberkabut.

Penemuan Goa Kiskendo terjadi pada tahun 1820. Kemudian pada tahun 1964 daerah ini dijadikan selaku rekreasi religi. Sepuluh tahun kemudian yaitu tahun 1974-1975, Dinas Pariwisata Provinsi Yogyakarta kesengsem untuk membuatkan Goa Kiskendo sebagai kawasan rekreasi yg dikontrol dengan-cara resmi. Peresmian Goa Kiskendo dilaksanakan pada tahun 1979.

Pembangunan area sekitar goa dilakukan dgn berbelanja 17 kapling tanah milik penduduk sekitar. Pembelian dilakukan oleh Dinas DIY. Sekarang, wilayah sekitar goa dijadikan selaku taman, loket, kios & kawasan parkir.

Saat ini kompleks wisata Goa Kiskendo dikontrol oleh Dinas Pariwisata Kulon Progo. Dan pada tahun 2005 pengelolaannya melibatkan penduduk sekitar yaitu dgn membuat golongan sadar wisata Goa Kiskendo. Pada tahun 2007, kelompok masyarakat desa rekreasi Jatimulyo ditunjuk sebagai penggagas daerah wisata ini (Bca juga: Puncak Suroloyo).

Legenda Goa Kiskendo Yogyakarta
Goa Kiskendo berafiliasi erat dgn cerita dua tokoh raksasa (dari bangsa Jin) yg berjulukan Mahesasura (berkepala sapi) & Lembu Sura (berkepala kerbau). Keduanya bersaudara dimana Mahesasura ialah abang dr Lembu Sura. Kedua abang-beradik yg diketahui sungguh sakti ini membuat kerajaan Kiskendo di Goa Kiskendo.

Suatu sewaktu, Sang Mahesasura naksir dgn seorang dewi anggun dr negeri kahyangan (negeri bangsa jin yg ada di langit) yg bernama Dewi Tara atau Dewi Tarakasih. Kemudian, sang abang pun memerintahkan sang adik –Lembu Sura- untuk meminta restu pada Dewa.

  √ Pantai Baru Yogyakarta

Oleh karena sang dewi sangat elok, Lembu Sura pun menyarankan semoga Kakaknya mengurungkan niatnya untuk melamar sang dewi. Namun Mahesasura tetap bersikukuh ingin melamar Dewi Tara. Dengan berat hati, Lembu Sura pun pergi ke Negeri Kahyangan menemui para Dewa untuk memberikan maksud kakaknya itu.

Sesuai dgn praduga Lembu Sura bahwa lamaran kakaknya pun ternyata benar ditolak oleh Dewa. Mendengar info itu kemudian dgn dibantu oleh Lembu Sura, Mahesasura mengamuk & meluluh-lantahkan negeri Kahyangan. Ia pun menculik Dewi Tara & dibawa ke kerajaan Keskendo (Kerajaan Jin di Goa Kiskendo).

Para Dewa yg menghuni kerajaan Kahyangan tak mampu menandingi kekuatan Mahesasura & Lembusura. Kemudian mereka rapat untuk mencari solusi guna mengalahkan dua raksasa penculik dewi Tara. Akhirnya disepakati bahwa untuk mengalahkan dua raksasa tersebut perlu menggunakan ajian sakti yakni Aji Pancasona. Ajian sakti ini tak boleh sembarangan digunakan sebab dapat menjadi “boomerang” jikalau diberikan pada orang yg salah, bisa-bisa disalahgunakan. Para yang kuasa ini kemudian turun ke bumi, mencari sosok yg tepat untuk diberikan ajian pancasona ini bahkan mereka pula melaksanakan sayembara penyelamatan Dewi Tara.

Diputuskan bahwa ajian Pancasona ini akan diberikan pada petapa dr bangsa insan yg berjulukan Subali. Subali merupakan putra dr Resi Gautama & merupakan kakak dr Sugriwa. Ia bertapa selama puluhan tahun untuk membersihkan hatinya dr keinginan duniawi.

Bathara Guru, Bathara Narada & para ilahi yang lain mengunjungi Subali kemudian memberikan maksud kedatangannya. Subali pun diberikan Aji Pancasona yg dipakai untuk mengalahkan angakara murka di bumi & pasti untuk mengalahkan dua raksasa yg telah menculik Dewi Tara.

Setelah setuju, Subali & adiknya yg bernama Sugriwa kemudian melakukan perjalanan menuju Kerajaan Kiskendo. Dengan diam-membisu, Subali bisa mengeluarkan Dewi Tara dr dlm Goa tanpa kesulitan yg mempunyai arti. Namun apalah jadi, berkuatan sungguh besar menciptakan hati Subali menjadi sombong. Ia pun menyuruh Sugriwa untuk menjaga Dewi Tara di luar goa.

  √ Kedung Pengilon Bangunjiwo

“Kamu jaga di luar saja. Dewi Tara gue titipkan padamu. Tetaplah waspada. Jika nanti di sungai ini (sungai di sekeliling goa kiskendo) airnya menjadi merah memiliki arti gue telah membunuh raksasa itu. Tapi kalau airnya bewarna putih itu artinya gue yg mati. Jika gue mati, secepatnya ananda tutup pintu masuk goa ini dgn watu & ilmumu” Pesan Subali pada adiknya dgn nada angkuh (NB: mana ada darah insan bewarna putih?).

Kemudian Subali masuk ke dlm Goa & bertarung melawan Mahesasura & Lembu Sura. Meskipun bertubuhkecil, kekuatan Subali sungguh besar hingga bisa membunuh Mahesasura. Akan tetapi tatkala Mahesasura telah mati ia akan hidup kembali sesaat tatkala adiknya melangkahi mayatnya. Begitupun sebaliknya.

Melihat ketaknormalan ini, Subali pun sempat dibentuk kualahan. Kemudian ia berfikir untuk segera memakai ajiannya. Tak perlu waktu usang, badan Subali menjelma besar hingga bisa meladeni duel dua lawan satu.

“Dueerrrr…..!!” Bunyi suara dr dlm Goa. Subali memegang kepala Mahesasura & Lembusura lalu membenturkannya hingga kepala dua raksasa itu pecah. Merahnya darah dua raksasa itu & putihnya otak kepala raksasa mencemari sungai yg mengalir menuju keluar goa.

Melihat hal ini, Sugriwa berkesimpulan bahwa Kakaknya & dua raksasa yg menjadi musuhnya sama-sama tewas. Kemudian ia menutup Goa dgn batu besar & menyegelnya dgn ilmu.

Sugriwa kemudian bergegas membawa sang Dewi Tara ke negeri Kahyangan. Di sana ia disambut dgn semarak & kemudian dinikahkan dgn Dewi Tara. Merasa tak berjasa, ia menolak pernikahan ini namun setelah berfikir bahwa kakaknya telah mati. Ia pun kemudian menyaguhinya.

Subali yg sukses mengalahkan dua raksasa ini kaget tatkala tahu bahwa goa sudah ditutup dgn watu besar & disegel dgn ilmu Sugriwa. Ia pun marah besar & mengutuk adiknya. Dengan memakai Ajian Pancasona, Subali mendobrak batu tersebut hingga pecahannya terlempar beberapa ratus meter ke atas langit.

  √ Taman Tebing Breksi

Dengan marah hasilnya Subali mengunjungi negeri Kahyangan & berkelahi hebat dgn adiknya, Sugriwa. Namun pertengkaran kakak beradik ini tak berlangsung lama setelah sang ayah yg berjulukan Resi Gautama menjadi penengah terkait duduk perkara ini. Pada kesannya Sang ayah merestui Sugriwa menikah dgn Dewi Tara & menyatakan bersalah bagi Subali alasannya adalah sombong & menunjukkan informasi yg salah pada adiknya, “mustahil manusia memiliki darah bewarna putih”.

Perilaku Subali ini membuat keluarga Resi Gautama malu dihadapan para yang kuasa. Kemudian sang ayah pun mengutuk Subali dgn sabdanya bahwa kelak Subali akan mati ditangan seorang insan titisan Bathara Wisnu yg berjulukan Prabu Rama Wijaya.

Subali yg tak terima atas keputusan ini hasilnya lepas kontrol & menginformasikan perang dgn Sugriwa. Pada pertempuran kakak beradik ini, Sugriwa meminta tunjangan Prabu Rama Wijaya untuk memanah Subali. Dan pada risikonya Subali mati dipanah oleh Prabu Rama Wijaya. Namun sebelum kematiannya, Subali mengucapkan terima kasih pada ayahnya & mengakui bahwa ia telah bersalah.

Fasilitas di Goa Kiskendo
Fasilitas yg telah dibangun antara lain kawasan parkir, loket karcis, kios, tempat keterangan, papan informasi, taman bermain anak, taman bermain keluarga, panggung kesenian, toilet, gazebo dll.

Jalan menuju daerah rekreasi Goa Kiskendo sudah diaspal dengan-cara halus dgn kualitas baik sehingga bisa dilalui oleh kendaraan roda dua maupun roda empat. Akan tetapi keadaan jalurnya naik-turun & berkelok khas jalan pegunungan.

Dari Kota Yogyakarta kita bisa menuju ke lokasi ini melalui Jalan Godean, melalui sungai Progo, terus ke arah barat hingga ke kecamatan Jatimulyo Kulon Progo. Jaraknya sekitar 38 km dr Kota Jogja (Baca juga: Taman Lampion Jogja).

Daftar Pustaka:
Pusat keterangan wisata alam Goa Kiskendo, Kulon Progo.
Dari situs teamtouring.net & travel.tribunnews.com diakses tanggal 21 September 2017.