√ Fungsi Faring

Sistem respirasi merupakan salah satu keperluan manusia untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Hal tersebut penting karena respirasi merupakan proses pertukaran gas di dlm tubuh. Respirasi menghirup oksigen yg dibutuhkan tubuh untuk melaksanakan aneka macam kegiatan & mengeluarkan berbagai gas beracun yg tak diharapkan badan setelah proses di dlm badan. Di dlm metode respirasi terbagi atas dua kepingan yakni metode respirasi atas & sistem respirasi bawah.

Fungsi-Faring

Faring & organ-organ lainnya tergolong dlm tata cara respirasi atas. Faring mempunyai topografi struktur yg khas yg setiap bagiannya memiliki fungsi & bentuk yg berlawanan-beda. Selain itu, pendarahan & persarafan faring & organ sekitar faring serta fungsi sfingter laring & gerakan plica vocalis pula penting bagi tata cara respirasi atas semoga mampu menjalankan aktivitasnya dgn baik. Kelainan atau gangguan pada faring mampu menggangu proses pernafasan atau respirasi & proses menelan yg dapat menggangu sistem di dlm badan.


Pengertian Faring

Faring ialah suatu kantong fibromuskuler yg bentuknya mirip corong, yg besar di pecahan atas & sempit di penggalan bawah. Kantong ini mulai dr dasar tengkorak terus menyambung ke esofagus setinggi vertebrae servikal ke-6. Ke atas, faring bekerjasama dgn rongga hidung lewat koana, ke depan bekerjasama dgn rongga lisan lewat ismus orofaring, sedangkan dgn laring di bawah berhubungan lewat aditus laring & ke bawah bekerjasama dgn esofagus.


Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm; penggalan ini merupakan penggalan dinding faring yg terpanjang. Dinding faring dibuat oleh (dari dlm keluar) selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot & sebagian fasia bukofaringeal. Faring terbagi atas nasofaring, orofaring & laringofaring (hipofaring). Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir (mucous blanket) & otot.


Bagian-Bagian Faring

Bagian-Bagian Faring

Berdasarkan letaknya, faring dibagi atas :


  1. Nasofaring

Batas nasofaring di penggalan atas yaitu dasar  tengkorak, di kepingan bawah yakni palatum mole, ke depan adalah rongga hidung sedangkan ke belakang adalah vertebra servikal.

Nasofaring yg relatif kecil, mengandung serta berafiliasi erat dgn beberapa struktur penting, mirip adenoid, jaringan limfoid pada dinding lateral faring dgn resesus faring yg disebut osa Rosenmuller, kantong Ratkhe, yg merupakan invaginasi struktur embrional hipofisis serebri, torus tubarius, sebuah refleksi mukosa faring di atas penonjolan kartilago tuba Eustachius, koana, foramen jugulare, yg dilalui oleh n.glosofaring, n.vagus & n.asesorius spinal saraf kranial & v.jugularis interna. Bagian petrosus os temporalis & foramen laserum & muara tuba Eustachius.


  1. Orofaring

Orofaring disebut pula mesofaring, dgn batas atasnya yakni palatum mole, batas bawah adalah tepi atas epiglotis, ke depan adalah rongga mulut, ke belakang ialah vertebra servikal.

Struktur yg terdapat di rongga orofaring, terdiri atas:

a) Dinding posterior faring

Secara klinik dinding posterior faring penting lantaran ikut terlibat pada radang akut atau radang kronik faring, bengkak retrofaring, serta gangguan otot-otot di penggalan tersebut. Gangguan otot posterior faring bareng -sama dgn otot palatum mole berhubungan dgn gangguan n.vagus.


b) Fosa tonsil

Fosa tonsil dibatasi oleh arcus faring anterior & posterior. Batas lateralnya yakni m.konstriktor faring superior. Pada batas atas yg disebut kutub atas (upper pole) terdapat suatu ruang kecil yg dinamakan fosa supra tonsil. Fosa ini berisi jaringan ikat jarang & biasanya merupakan tempat nanah memecah ke luar bila terjadi jerawat. Fosa tonsil diliputi oleh fasia yg merupakan serpihan dr fasia bukofaring, & disebut kapsul yg bahu-membahu bukan merupakan kapsul yg sesungguhnya.


c) Tonsil

Tonsil adalah massa yg tediri dr jaringan limfoid & di tunjang oleh jaringan ikat dgn kriptus di dalamnya.


Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil faringal (ademoid), tonsil palatina & tonsil lingual yg ketiga-tiganya membentuk bundar yg disebut cincin waldeyer. Tonsil palatina yg biasa disebut tonsil saja terletak di dlm fosa tonsil. Pada kutub atas tonsil seringkali ditemukan celah intratonsil yg merupakan sisa kantong faring yg kedua. Kutub bawah tonsil biasanya melekat pada dasar lidah. Permukaan medial tonsil bentuknya bervariasi & mempunyai celah yg disebut kriptus.


Epitel yg melapisi tonsil ialah epitel skuamosa yg pula meliputi kriptus. Di dlm kriptus biasanya didapatkan leukosit, limfosit, epitel yg terlepas, basil & sisa masakan. Permukaan lateral tonsil menempel pada fasia faring yg sering disebut pula kapsul tonsil. Kapsul ini tak melekat erat pada otot faring, sehingga gampang dilakukan diseksi pada tonsilektomi.


Tonsil menerima darah dr a.palatina minor, a.palatina asendens, cabang tonsil a.maksila eksterna, a.faring asendens & a.lingualis dorsal. Tonsil lingual terletak di dasar pengecap & dibagi menjadi dua oleh ligamentum glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini terdapat foramen sekum pada apeks, yakni sudut yg terbentuk oleh papila sirkumvalata. Tempat ini seringkali menunjukkan penjalaran duktus tiroglosus & dengan-cara klinik merupakan tempat penting bila ada massa tiroid lingual atau kista duktus tiroglosus.


  1. Laringofaring (Hipofaring)

Batas laringofaring di sebelah superior yaitu tepi atas epiglotis, batas anterior ialah laring, batas inferior ialah esofagus, serta batas posterior yaitu vertebra servikal. Bila laringofaring diperiksa dgn kaca tenggorok pada pemeriksaan laring tak eksklusif atau dgn laringoskop pada pemeriksaan laring pribadi, maka struktur pertama  yg terlihat di pecahan dasar lidah valekula. Bagian ini merupakan dua buah cekungan yg dibuat oleh ligamentum glosoepiglotika medial & lateral pada tiap sisi. Valekula disebut pula kantung pil.


Di bawah valekula terdapat epiglotis. Pada bayi epiglotis ini berupa omega & pada perkembangannya akan lebih melebar, walaupun kadang-kadang bentuk infantil (bentuk omega) ini tetap sampai dewasa. Dalam perkembangannya, epiglotis ini dapat menjadi demikian lebar & tipisnya sehingga pada investigasi laringoskopi tak eksklusif terlihat menutupi pita
bunyi. Epiglotis berfungsi pula untuk melindungi (proteksi) glotis tatkala menelan minuman atau bolus makanan, pada saat bolus tersebut menuju ke sinus piriformis & ke esofagus.

Nervus laring superior berjalan di bawah dasar sinus piriformis pada tiap segi laringofaring. Hal ini penting untuk dikenali pada pemberian analgesia lokal di faring & laring pada tindakan laringoskop eksklusif.


Otot-Otot Faring

Otot-Otot Faring

Otot-otot pada faring dibagi menjadi tiga bagian yaitu m. constrictor pharyngis superior, medius, & inferior. Serabut dr ketiga penggalan tersebut berjalan nyaris melingkar. M. stylopharingeus & m.salphingopharyngeus serabutnya berjalan dgn arah hampir longitudinal. Kontraksi otot-otot ini mampu mendorong bolus kedalam esofagus. Serabut paling bwah disebut m. cricopharyngeus. Otot ini melaksanakan imbas sfingter pada ujung bawah faring sehingga dapat menghalangi masuknya udara ke dlm esofagus ketika gerakan menelan.


Nama Otot

Fungsi Persarafan
M. Constrictor Pharyngis Superior Membantu palatum molle dlm menutup nasofaring , mendorong bolus kebawah Plexus pharyngeus
M. Constrictor Pharyngis Medius Mendorong bolus ke bawah
M. Constrictor Pharyngis Inferior Mendorong bolus ke bawah
M. Cricopharyngeus Sebagai sfingter pada ujung bawah laring
M. Stylopharyngeus Mengangkat laring selama proses menelan N. Glossopharyngeus
M. Salphingopharyngeus Mengangkat faring Plexus Pharyngeus
M. Palatopharyngeus

Mengangkat dinding faring, mempesona plica palatopharyngeal ke medial


Fungsi Faring

Fungsi Faring

Fungsi faring yg khususnya yakni ialah untuk respirasi, pada waktu menelan, resonansi bunyi & artikulasi.


Fungsi Menelan:

Proses menelan dibagi menjadi 3 fase, yaitu : fase oral, fase faringeal & fase esophagus yg terjadi dengan-cara berkesinambungan. Pada proses menelan akan terjadi hal-hal sebagai berikut:

  1. Pembentukan bolus masakan dengan ukuran dan konsistensi yang baik
  2. Upaya sfingetr menghalangi terhamburnya bolus selama fase menelan
  3. Mempercepat masuknya bolus kuliner ke dlm faring pada dikala respirasi
  4. Mencegah masuknya kuliner & minuman ke dalam nasofaring & laringe.Kerjasama yg baik dr otot-otot di rongga lisan untuk mendorong bolus kuliner kearah lambung
  5. Usaha untuk membersihkan kembali esofagus

Fase oral terjadi dengan-cara sadar. Makanan yg sudah dikunyah & bercampur dgn air liur akan membentuk bolus kuliner. Bolus ini akan bergerak dr rongga ekspresi lewat dorsumlidah, terletak di tengah pengecap akibat kontraksi otot intrinsic lidah. Kontraksi M.Levator veli palatine menjadikan rongga pada lekukan dorsum lidah diperluas, palatum mole terangkat & bagian atas dinding posterior faring (Passavant’s ridge) akan terangkat pula.


Bolus terdorong ke posterior lantaran lidah terangkat ke atas. Bersamaan dgn ini terjadi penutupan nasofring selaku akibat kontraksi M.Levator veli palatine. Selanjutnya terjadi kontraksi M.Paltoglossus yg menyebabkan ismus fausium tertutup, disertai oleh kontraksi M.Palatofaring, sehingga bolus kuliner tak akan berbalik ke rongga mulut.


Fase faringeal terjadi dengan-cara reflex pada selesai fase oral, yaitu perpindahan bolus masakan dr faring ke esophagus. Faring dan  laring bergerak ke atas oleh kontraksi M.Stilofaring, M.Tirohioid & M.Palatofaring. Aditus laring tertutup oleh epiglottis, sedangkan ketiga sfingter laring, yakni plika ariepligotika, plika ventrikularis & plika vokalis tertutup lantaran kontraksi M.Ariepliglotika & M. Aritenoid obligus. Bersamaan dgn ini terjadi pula penghentian aliran darah ke laring karena reflex yg menghalangi pernapasan, sehingga bolus masakan akan meluncur kea rah esophagus, karena valekula & sinus piriformis sudah dlm keadaan lurus.


Fase esophageal merupakan fase perpindahan bolus makanan dr esophagus ke lambung.Dalam kondisi istirahat introitus esophagus selalu tertutup. Dengan adanya rangsangan bolus masakan pada akhir fase faringeal, maka terjadi relaksasi M.Krikofaring, sehingga introitus esophagus terbuka & bolus masakan masuk ke dlm esophagus. Setelah bolus makanan lewat, maka sfingter akan berkontraksi lebih kuat, melebihi tonus introitus esophagus pada saat istirahat, sehingga masakan tak akan kembali ke faring. Dengan demikian refluks dapat disingkirkan.


Gerak bolus kuliner di esophagus penggalan atas masih dipengaruhi oleh kontraksi M.Konstriktor faring inferior pada akhir fase faringeal. Selanjutnya bolus masakan akan didorong ke distal oleh gerakan peristaltic esophagus. Dalam keadaan istirahta sfingter esophagus pecahan bawah senantiasa tertutup dgn tekanan rata-rata 8mmHg lebih dr tekanan didalam lambung sehingga tak akan terjadi regurgitasi isi lambung. Pada akhir fase esofagalsfingter ini akan terbuka dengan-cara reflex tatkala dimulainya peristaltic esophagus servikal untuk mendorong bolus makanan ke distal. Selanjutnya setelah bolus masakan lewat maka sfingter iniakan menutup kembali.


Pada saat mengatakan & menelan terjadi gerakan terpadu dr otot-otot palatum danfaring. Gerakan ini antara lain berupa pendekatan palatum mole kearah dinding belakang faring.


Gerakan penutupan ini terjadi sangat cepat & melibatkan mula-mula M.Salpingofaring & M.Palatofaring, kemudian M.Levator veli palatine bareng -sama M.Konstriktor faring superior. Pada gerakan penutupan nasofaring M.Levator veli palatine menawan paltum mole ke atas belakang hampIr tentang dinding posterior faring. Jarak yg tersisa ini diisi oleh tonjolan ( fold of).


Passavant pada dinding belakang faring yg terjadi akhir 2 macam mekanisme, yaitu pengangkatan faring sebagai hasil gerakan M.Palatofaring (bareng M.Salpingofaring) & oleh kontraksi aktif M.Konstriktor faring superior. Mungkin kedua gerakan ini melakukan pekerjaan tidak  pada waktu yg bersamaan. Ada yg berpen
dapat bahwa tonjolan Passavant ini menetap pada periode fonasi tetapi ada pula pertimbangan yg mengatakan tonjolan ini timbul & hilang secaracepat serempak dgn gerakan palatum.


Struktur Faring

Struktur-Faring

Faring ialah tabung fibromuskular yg melekat pada dasar tengkorang di atas & berafiliasi dgn esofagus di penggalan bawah. Dinding faring terdiri atas lapisan ukosa, fibrosa, & muscular. Faring terdiri dr tiga penggalan yakni nasofaring, orofaring, & laringofaring. Laringofaring ada dibelakang epiglotis & laring & berhubungan dgn esofagus dibagian bawah.


Faring merupakan terusan musculo membranosa dr basis cranii yg berhubungan dgn cavum timpani di sisi lateral. Faring mempunyai dinding musculomembranosa tak tepat dibagian depan. Jaringan musculomembranosa nantinya akan diganti dgn apertura nasalis posterior, isthmus faucium yg bermuara kedalam rongga verbal, & aditus larynges.


Kelainan Pada Faring

Berikut ini terdapat beberapa kelainan pada faring, terdiri atas:


  • NASOFARING

→ KARSINOMA NASOFARING

Definisi

Karsinoma nasofaring adalah jenis kanker yg tumbuh di rongga belakang hidung & belakang langit-langit rongga verbal. Definisi lain karsinoma nasofaring yakni keganasan yg berasal dr epitel atau mukosa & kripta yang  melapisi permukaan nasofaring.


Etiologi

Kanker dimulai tatkala ada satu atau lebih mutasi gen sehingga menyebabkan sel normal mengalami pertumbuhan di luar kendali, menyerang jaringan di sekitarnya, & balasannya menyebar (metastasis) ke jaringan/organ tubuh yang lain. Pada kanker nasofaring, proses ini dimulai dlm sel-sel skuamosa yg melapisi permukaan nasofaring.

Penyebab niscaya terjadinya mutasi gen yg menjadikan kanker nasofaring belum diketahui, namun terdapat beberapa aspek yg disangka mampu memajukan risiko terkena kanker nasofaring, antara lain: jenis kelamin, ras, usia, kuliner yg diasinkan, infeksi virus Epstein-Barr, riwayat keluarga, & kebiasaan merokok serta konsumsi alkohol.


Gejala

Pada tahap awal, kanker nasofaring tak menimbulkan tanda-tanda apapun, tetapi seiring pertumbuhan mungkin akan muncul tanda-tanda-gejala mirip:

– terdapat benjolan di leher akibat pembengkakan kelenjar getah bening

– terdapat darah pada air liur

– dr hidung keluar darah

– hidung tersumbat

– gangguan pendengaran

– sering terkena infeksi telinga

– pusing


Diagnosis

Pemeriksaan yg digunakan untuk mendiagnosis kanker nasofaring meliputi:

  • Pemeriksaan fisik oleh dokter
  • Magnetic resonance imaging (MRI) untuk menolong melihat penyebaran sel kanker di sekeliling kepala
  • CT-scan untuk menyaksikan sel kanker di kelenjar getah bening
  • Sinar X untuk menyaksikan sel kanker yg menyebar di paru-paru


Pengobatan

Pengobagan kanker nasofaring biasanya didasarkan pada beberapa aspek, mirip stadium kanker, tujuan pengobatan, kondisi kesehatan dengan-cara keseluruhan, & imbas samping obat. Pengobatan permulaan yg lazimnya diberikan ialah terapi radiasi atau kombinasi radiasi & kemoterapi.

Terapi radiasi yg biasanya dikerjakan selama 5-7 ahad ini dapat merusak dgn cepat sel-sel kanker yg berkembang. Terapi ini digunakan untuk kanker pada tingkatan awal. Adapun imbas samping yg terjadi dr terapi ini yaitu verbal terasa kering, kehilangan pendengaran, & terapi ini memperbesar risiko timbulnya kanker pada pengecap & kanker tulang.

Kemoterapi merupakan terapi yg memakai sumbangan obat-obatan. Terapi ini bekerja dgn mereduksi sel-sel kanker yg ada, tetapi adakalanya sel-sel yg sehat (tidak terkena kanker) pula tereduksi. Efek samping dr terapi ini yaitu rambut rontok, mual, lemas. Efek yg timbul tergantung pada jenis obat yg diberikan.

Pilihan pengobatan yg terakhir yaitu pembedahan yg bertujuan untuk mengambil kelenjar getah bening pada leher yg telah terkena kanker.


Pencegahan

  • Kurangi konsumsi makanan yg diawetkan dgn cara pengasinan, pengasapan atau menggunakan zat pengawet nitrosamine.
  • Berhenti merokok
  • Kurangi konsumsi alcohol
  • Mulailah contoh hidup sehat & berpikir aktual, serta cukup istirahat
  • Olahraga teratur
  • Melakukan pemeriksaan kesehatan dengan-cara terjadwal


Dampak yg ditimbulkan

Kanker nasofaring dapat menyebar ke organ tubuh lainnya, seperti kelenjar getah bening di leher, tulang, sumsum tulang, paru-paru, & hati. Selain itu, kanker nasofaring pula dapat menyebabkan sindrom paraneoplastik di mana sistem kekebalan badan bereaksi kepada kanker dgn menyerang sel normal.


→ Atresia Koana Kongenital

Definisi

Atresia Koana yakni Suatu kelainan congenital yg berupa penutupan kavum nasi posterior yg berhubungan dgn nasofaring oleh memmbran asing atau tulang.


Gejala kelinis

  • Tidak ada atau tak adekuatnya nafas dr hidung.
  • Terdapat sianosis.


Diagnosis

Diagnosis sebaiknya cepat dilakukan, usaha untuk melupakan kateter kecil melalui hidung apakah terjadi obstruksi.


Penatalaksanaan

 Jika kondisi bayi masi stabil, langkah-langkah bisa dikerjakan dgn measukkan susukan udara plastic kedalam ekspresi atau hidung bayi. Salanjutnya bila kedaan bayi buruk langkah-langkah oprasi direkomendasikan, dibawah anestesi lazim & memakai mikroskop oprasi, flap mukosa diangkat & lempeng tulang dikuratase dengan-cara hati – hati. Pipa plastic dimasukkan untuk waktu empat ahad untuk menjaga lubang tetap terjag tak mengalami penutupan kembali sampai kawasan sekitar sembuh.


  • OROFARING

FARINGITIS

Definisi

Faringitis yaitu sebuah peradangan pada tenggorokan (faring) yg biasanya disebabkan oleh infeksi akut.

Biasanya disebabkan oleh bakteri streptokokus grup A. Namun bakteri lain seperti n. gonorrhoeae, c.diphtheria, h. influenza pula dapat mengakibatkan faringitis. Apabila disebabkan oleh infeksi virus biasanya oleh rhinovirus, adenovirus, parainfluenza virus & coxsackie virus.


Gejala & tanda

Yang sering timbul pada faringitis adalah:

  • Nyeri tenggorokan & nyeri menelan
  • Tonsil (amandel) yg membesar
  • Selaput lendir yg melapisi faring mengalami peradangan berat atau ringan & tertutup oleh selaput yg berwarna keputihan atau mengeluarkan nanah
  • Demam
  • Pembesaran kelenjar getah bening di leher
  • Peningkatan jumlah sel darah putih.
  • Gejala tersebut bisa didapatkan pada infeksi karena virus maupun basil, tetapi lebih merupakan gejala khas untuk infeksi lantaran basil.

Faringitis Virus Faringitis Bakteri
Biasanya tak ditemukan nanah di tenggorokan Sering ditemukan nanah di tenggorokan
Demam ringan atau tanpa demam Demam ringan sampai sedang
Jumlah sel darah putih normal atau agak meningkat Jumlah sel darah putih meningkat ringan hingga sedang
Kelenjar getah bening wajar atau sedikit membengkak Pembengkakan ringan sampai sedang pada kelenjar getah bening
Tes apus tenggorokan menawarkan hasil negative Tes apus tenggorokan menawarkan hasil nyata
untuk strep throat Pada biakan di laboratorium tak berkembang kuman Bakteri berkembang pada biakan di laboratorium


Diagnosa

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala & hasil investigasi fisik.

ujuan utama dr pemeriksaan faringitis yaitu untuk membedakan etiologi dr penyakit ini. Langkah pemeriksaan utama yaitu anamnesis, pemeriksaan fisik, & pemeriksaan penunjang.

Demam balasan infeksi streptokokus biasanya lebih dr 38,30C. Faringitis dgn penyebab bakteri & virus biasanya bertahan dlm waktu 1 ahad, namun faringitis dgn penyebab noninfeksi biasanya lebih lama. Penting untuk menggali berita perihal riwayat penyakit pasien, seperti alergi, demam reumatik, & penyakit imunokompromis.

Pemeriksaan fisik yg khususnya pada faringitis yaitu investigasi tanda vital & investigasi THT. Pada investigasi tenggorokan, mampu ditemukan adanya :

  • Eksudat & kemerahan pada tonsil

  • Bercak kemerahan pada palatum molle, tampakan lidah mirip stroberi dgn papila yg merah & pengecap yg keputihan
  • Limfadenopati servikal


Pemeriksaan penunjang

  • Pemeriksaan kepada apus tenggorokan
  • Skrining terhadap basil streptokokus
  • Leukositosis


Pengobatan

  • Untuk meminimalisir nyeri tenggorokan diberikan obat pereda nyeri (analgetik) mirip asetaminofen, obat hisap atau berkumur dgn larutan garam hangat.
  • Aspirin tak boleh diberikan pada bawah umur & remaja yg berusia dibawah 18 tahun karena mampu mengakibatkan sindroma Reye.
  • Jika disangka penyebabnya yakni kuman, diberikan antibiotik. Penting bagi penderita untuk meminum
  • obat antibiotik hingga habis sesuai proposal dokter, semoga tak terjadi resistensi pada kuman penyebab faringitis.
  • Untuk menanggulangi infeksi & menangkal komplikasi (misalnya demam rematik), bila penyebabnya streptokokus, diberikan tablet penicillin. Jika penderita mempunyai alergi kepada penicillin bisa diganti dgn erythromycin atau antibiotik lainnya

Faringitis yg disebabkan oleh virus biasanya dikerjakan dgn istirahat yg cukup, karena penyakit tersebut dapat sembuh dgn sendirinya. Selain itu, dibutuhkan pula mengkonsumsi air yg cukup & hindari konsumsi alkohol. Gejala biasanya membaik pada keadaan udara yg lembab. Untuk menghilangkan nyeri pada tenggorokan, mampu digunakan obat kumur yg mengandung asetaminofen (Tylenol) atau ibuprofen (Advil, Motrin). Anak berusia di bawah 18 tahun semestinya tak diberikan aspirin selaku analgesik lantaran berisiko terkena sindrom Reye.

Pemberian pemanis  dapat dijalankan untuk menyembuhkan faringitis atau mencegahnya, yakni :

  • Sup hangat atau minuman hangat, dapat merenggangkan tanda-tanda & mencairkan mukus, sehingga dapat menangkal hidung tersumbat
  • Probiotik (Lactobacillus), dapat digunakan untuk menyingkir dari & meminimalkan demam
  • Madu, dapat digunakan untuk menghemat batuk
  • Vitamin C, mampu dipakai untuk menghindari demam, namun penggunaan dlm takaran tinggi perlu pengawasan dokter

Seng, digunakan dlm fungsi optimal sistem imun tubuh, karena itu seng dapat digunakan untuk menyingkir dari demam, & penggunaan dlm spray mampu digunakan untuk menghemat hidung tersumbat. Namun, penggunaannya perlu dlm pengawasan karena konsumsi dlm dosis besar & rentang waktu yg usang mampu berbahaya.


→TONSILITIS

Definisi

Tonsillitis yakni peradangan tonsil palatina yg merupakan pecahan dr cincin waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yg terdapat di dlm rongga lisan yaitu : tonsil paringea (adenoid), taonsilpalatina (tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil tuba eustachius (lateral grup band dinding faring / gerlach’s tonsil).

Penyebab infeksi lewat udara (airborn droplets), tangan & ciuman. Dapat terjadi pada semua umur, khususnya pada anak.

Tonsilitis akut sering dialami oleh anak dgn insidensi tertinggi pada usia 5-6 tahun, & pula pada orang cukup umur di atas usia 50 tahun. Seseorang terpredisposisi menderita tonsillitis kalau mempunyai resistensi yg rendah, memiliki tonsil dgn kondisi tak menguntungkan akhir tonsilitis berulang sebelumnya, sebagai potongan dr radang tenggorok (faringitis) dengan-cara umum, atau sekunder terhadap infeksi virus (biasanya adenovirus yg mengakibatkan tonsil menjadi mudah diinvasi basil).

Manifestasi klinik yg mungkin timbul pada tonsilitis sangat bervariasi untuk tiap penderita, diantaranya

  • rasa mengganjal atau kering di tenggorokan,
  • nyeri tenggorok (sore throat) rasa haus,
  • malaise, demam, menggigil,
  • nyeri menelan (odinofagia), gangguan menelan (disfagia),
  • nyeri yg menyebar ke telinga, pembengkakan kelenjar getah bening regional,
  • pergantian bunyi,
  • nyeri kepala, ataupun nyeri pada bagian pu
    nggung & lengan.


Diagnosis

Diagnosis dr tonsilitis akut atau berulang ditegakkan terutama berdasarkan manifestasi klinis. Meskipun demikian prosedur kultur & resistensi bakterial sangat dianjurkan. Hal ini berhubungan dgn ditemukannya jenis basil Streptokokus beta hemolitikus grup A pada 40% masalah, di mana tonsilitis yg terjadi sekunder kepada bakteri ini mampu memunculkan aneka macam komplikasi yg cukup berat. Jenis basil lain yg pula dapat ditemukan, antara lain: streptokokus alfa & gama, difteroid, stafilokokus aureus, & haemofilus influenza. Di samping itu bakteri anaerob pula telah ditemukan pada permukaan & poros tonsil, terutama grup bakteroides melaninogenikus.

Meskipun kebanyakan masalah tonsilitis mampu sembuh dgn penanganan konvensional, seperti istirahat (bedrest), asupan masakan yg baik, penurun panas (antipiretik), di mana tanpa pemberian antibiotik, tonsilitis biasanya berlangsung selama kurang lebih 1 ahad. Adapun pemberian antibiotik dlm kasus mirip ini, biasanya ditujukan untuk meminimalkan episode penyakit & lamanya gejala yg diderita mirip nyeri tenggorok, demam, nyeri kepala, ataupun pembengkakan kelenjar getah bening. Antibiotika sendiri menjadi indikasi jika pada investigasi kultur & resistensi didapatkan basil Streptokokus beta hemolitikus grup A, dgn tujuan mengeradikasi kuman & menangkal komplikasi lebih lanjut.

Beberapa komplikasi yg mungkin timbul akibat tonsillitis akut atau berulang, di antaranya :

  1. Abses peritonsilar (quinsy) : Biasanya timbul pada pasien dgn tonsillitis berulang atau kronis yg tak mendapat terapi yg adekuat.
  2. Abses parafaringeal : Timbul kalau infeksi atau pus (cairan abses) mengalir dr tonsil atau abses peritonsilar lewat otot konstriktor superior, sehingga gugusan nanah terbentuk di antara otot ini & fascia servikalis profunda. Komplikasi ini berbahaya karena terdapat pada area di mana pembuluh darah besar berada & menimbulkan komplikasi serius.
  3. Abses retrofaringeal : Keadaan ini biasanya disertai sesak nafas (dyspnea), ganggaun menelan, & benjolan pada dinding posterior tenggorok, & bisa menjadi sangat berbahaya bila bengkak menyebar ke bawah ke arah mediastinum & paru-paru.
  4. Adenitis servikalis supuratif
  5. Tonsilolith : Tonsilolith yaitu kalkulus di tonsil akibat deposisi kalsium, magnesium karbonat, fosfat, & debris pada kripta tonsil membentuk benjolan keras. Biasanya menimbulkan ketidaknyamanan, wangi verbal, & ulserasi (ulkus bernanah).
  6. Kista tonsil : Umumnya timbul sebagai pembengkakan pada tonsil berwarna putih atau kekuningan selaku balasan terperangkapnya debris pada kripta tonsil oleh jaringan fibrosa.
  7. Komplikasi sistemik : Kebanyakan komplikasi sistemik terjadi akibat infeksi Streptokokus beta hemolitikus grup A. Di antaranya: radang ginjal akut (acute glomerulonephritis), demam rematik, & bakterial endokarditis yg dapat menimbulkan lesi pada katup jantung.

Penanganan tonsillitis bisa sangat bervariasi tergantung dr perjalanan penyakitnya sendiri, mulai dr penanganan konvensional hingga langkah-langkah pembedahan seperti tonsilektomi & adenoidektomi. Jika pun keputusan pembedahan yg diambil, maka mesti menurut indikasi yg jelas & sudah memikirkan cost/benefit ratio dr langkah-langkah tersebut, selain itu sudah diperhitungkan komplikasi yg mungkin terjadi. Beberapa indikasi untuk tonsilektomi/adenoidektomi antara lain: tonsillitis rekuren atau kronis dgn persyaratan yg sudah diputuskan, difteria yg tak berespon kepada terapi medikamentosa, demam rematik, tonsillitis yg berhubungan dgn infeksi telinga tengah atau sinusitis maksilaris, gugusan infeksi, obstruksi jalan napas, prasangka keganasan tonsil, & lain sebagainya.


Penatalaksanaan

Penatalaksanaan kepada faringitis dapat meminimalkan risiko demam reumatik, menurunkan durasi gejala, & mengurangi risiko penularan penyakit. Pada faringitis dgn penyebab bakteri, dapat diberikan antibiotik, yakni:

  • Penicillin benzathine; diberikan dengan-cara IM dlm dosis tunggal
  • Penicillin; diberikan dengan-cara oral
  • Eritromisin
  • Penicillin profilaksis, yaitu penicillin benzathine G diindikasikan pada pasien dgn risiko demam reumatik berulang

Sedangkan, pada penyebab virus, penatalaksanaan ditujukan untuk mengobati gejala, kecuali pada penyebab virus influenza & HSV. Beberapa obat yg mampu dipakai yakni :

  1. Amantadine
  2. Rimantadine
  3. Oseltamivir
  4. Zanamivir mampu dipakai untuk penyebab virus influenza A & B
  5. Asiklovir dipakai untuk penyebab HSV


Daftar Pustaka:

  1. Gibson J. Fisiologi & anatomi terbaru. 2nd Jakarta: EGC ; 2003
  2. Salim D, Gunardy S, Winata H, Husin E, Goenawan J, et al. Respiratory 1. 1st. Jakarta: Fakultas Kedokteran Ukrida ; 2015
  3. Wibowo D. Anatomi tubuh insan. 1st Jakarta: Grasindo ; 2008
  4. Herawati S, Rukmini S. Ilmu penyakit indera pendengaran hidung tenggorok. 1st Jakarta: EGC ; 2003
  5. Somantri I. Asuhan keperawatan pada pasien dgn gangguan tata cara pernafasan. 1st Jakarta : Penerbit Salemba ; 2009
  6. Seikel J, King D, Drumright D. Anatomy & physiology for speech, language and hearing. 5th Michigan: Cengage Learning ; 2015
  7. Smletzer SC, Bare BG, Hinkle JL, Cheever KH.Brunner and Sudarth’s Textbook of Medical-Surgical Nursing. Ed ke-12.Philadelphia:Lippicont;2009


Demikianlah pembahasan tentang Fungsi Faring – Pengertian, Bagian, Otot, Struktur & Kelainan mudah-mudahan dgn adanya ulasan tersebut mampu menambah pengetahuan & pengetahuan kalian semua,,, terima kasih banyak atas kunjungannya. 🙂 🙂 🙂


Baca Juga Artikel Lainnya:

  1. Fungsi Mulut
  2. Fungsi Lambung
  3. Fungsi Paru-Paru
  4. Sistem Organ
  5. Panca Indera

  √ Fungsi Jantung Sebagai Alat Sirkulasi Darah