Di beberapa daerah populer Yogyakarta, cukup banyak menyimpan legenda. Salah satunya ialah Legenda Kali Gajah Wong.
Legenda ini menceritakan ihwal asal mula nama sungai yg terletak di Yogyakarta.
Kira-kira kenapa ya sungainya di beri nama Kali Gajah Wong? Apakah ada sejarah yg bekerjasama dgn gajah?
Untuk meminimalkan rasa ingin tau kita semua, yuk simak asal seruan Kali Gajah Wong beserta fakta uniknya.
Daftar Isi
Zaman Kerajaan Mataram
Pada zaman dahulu, di wilayah Kotagede kurang lebih 7 kilometer arah tenggara Kota Yogyakarta ada sebuah kerajaan.
Kerajaan ini berjulukan Mataram atau Keraton Mataram yg di pimpin oleh Sultan Agung.
Keraton Mataram cukup megah, sang Sultan Agung mempunyai ribuan tentara meliputi pasukan gajah & pasukan kuda.
Selain itu, Sultan Agung mempunyai banyak abdi dalem yg sungguh setia. Salah satu abdi dalem tersebut yakni Ki Sapa Wira.
Ki Sapa Wira merupakan abdi keraton mataram yg bekerja selaku perawat gajah Sultan Agung.
Salah satu tugas Ki Sapa Wira ialah memandikan gajah milik Sultan Agung yg bernama Kyai Dwipangga. Gajah ini berasal dr Negeri Siam.
Ki Sapa Wira senantiasa memperlakukan Gajah berjulukan Kyai Dwipangga ini dgn baik. Sehingga Kyai Dwipangga patuh & bersikap halus pada Ki Sapa Wira.
Ki Sapa Wira Sakit
Suatu hari tangan Ki Sapa Wira sakit sehingga ia tak mampu memandikan Kyai Dwipangga.
Jika tetap di paksa niscaya tak higienis & tanganku kian sakit”. Ucap Ki Wira dgn nada resah.
Tanpa di sadari, sang adik ipar yaitu Ki Kerti Penyok tak sengaja mendengar ucapan Ki Wira.
Sebenarnya nama orisinil Ki Kerti Peyok yaitu Ki Kerti Kertayuda. Namun alasannya adalah ia berlangsung pincang balasan penyakit polio semenjak kecil maka di juluki “Peyok”.
Dalam bahasa Jawa, Peyok artinya pincang atau seseorang yg berlangsung meliuk-liuk. Karena itu Ki Kerti mendapat julukan Peyok.
“Setelah tergores pisau, tanganku terasa sakit Dik, gue belum mampu memandikan Kyai Dwipangga.
Aku resah harus bagaimana?”. Ucap Ki Wira dgn nada gundah sekaligus murung.
“Bagaimana bila gue saja kak yg memandikan gajah milik Sultan Agung?”. Jawab Ki Kerti yg menawarkan dukungan pada kakak iparnya.
Dengan senang hati Ki Wira mendapatkan pemberian adik iparnya & menjawab proposal adik iparnya.
“Baik bila begitu, gue sangat berterima kasih untuk derma yg ananda tawarkan.
Perlakukan Kyai Dwipangga dgn baik & lembut.
Jika tidak ingin berendam di sungai, perlahan tepuk kaki belakangnya & tarik dgn lembut ekornya”. Ucap Ki Sapa Wira sambil memberi isyarat.
Ki Kerti Peyok Memandikan Gajah Milik Sultan Agung
Setelah mendapat isyarat dr kakak iparnya, Ki Kerti bergegas mengambil Kyai Dwipangga di Kerajaan Mataram.
Kemudian Ki Kerti dengan-cara perlahan membawanya ke sungai dgn hati-hati.
Karena ini pertama kalinya Ki Kerti memandikan gajah, tentu saja ia sangat terkejut dgn ukuran Kyai Dwipangga yg sangat besar.
Ki Kerti memandangi tubuh Kyai Dwipangga dgn seksama sembari berkata dlm hati.
Lalu kembali ia memandangi tubuh Kyai Dwipangga sambil berkata dlm hati.
Setelah perjalanan yg cukup jauh menuju sungai & sebelum memandikan. Ki Kerti memberikan dua buah kelapa muda untuk Kyai Dwipangga.
Dengan cepat & lahap Kyai Dwipangga membelah dua butih kelapa muda itu & langsung memakannya.
Selanjutnya dgn perlahan Ki Kerti menepuk kaki belakang Kyai Dwipangga & mempesona ekornya.
Tujuannya supaya Kyai Dwipangga mau berendam di sungai. Kemudian Ki Kerti menggosok tubuh Kyai Dwipangga dgn lembut & halus.
Setelah akhir memandikannya, Ki Kerti membawa gajah ke kawasan yg panas agar badannya kering.
Menjelang sore, Ki Kerti menjinjing Kyai Dwipangga ke keraton Mataram. Dan Ki Kerti pulang ke tempat tinggal untuk melapor pada Ki Sapa Wira.
“Iya Dik, terimakasih sudah membantuku. Ini ada sedikit upah untukmu”. Sahut Ki Sapa Wira sambil menyampaikan duit pada adik iparnya.
Baca Juga : √ Ringkasan Cerita Asal Mula Telaga Warna & Unsur Intrinsiknya
Tangan Ki Sapa Wira Masih Sakit
Keesokan harinya, tangan Ki Sapa Wira masih sakit. ia meminta bantuan lagi pada adik iparnya untuk memandikan Kyai Dwipangga.
Dengan senang hati & tanpa berpikir panjang Ki Kerti bersedia membantu kakak iparnya.
Hari itu cuacanya mendung, berlainan dgn cuaca hari kemarin yg lebih cerah & panas.
Namun Ki Kerti tetap menjinjing Kyai Dwipangga ke sungai dgn mengabaikan cuaca yg mendung.
Ternyata sungai yg kemarin di kunjungi tampak dangkal dgn pedoman air yg surut.
Karena air surut, Ki Kerti mengajak Kyai Dwipangga ke tengah sungai yg tampak tak begitu dalam.
“Lagipula kenapa pula Kanjeng Sultan Agung mengharuskan gajahnya di mandikan ke sungai yg kecil ini”. Ucap Ki Kerti Peyok.
Sama seperti kemarin, Ki Kerti dgn lembut menggosok badan Kyai Dwipangga.
Namun tiba-tiba hujan turun dgn deras. Tanpa di sadari Ki Kerti, ada banjir bandang tiba dgn cepat dr arah utara.
Ki Kerti Peyok & Kyai Dwipangga yg berada di tengah sungai tak kuasa menahan derasnya arus sungai.
Sambil melambaikan tangannya & berteriak kata tolong-tolong! sekencang-kencangnya. Namun satupun orang tak ada yg mendengarnya.
Mereka pun hanyut terbawa arus banjir bandang. Arus deras itu membawa tubuh Ki Kerti Peyok & Kyai Dwipangga hingga ke Laut Selatan.
Karena tak mendapat pertolongan, keduanya mati terbawa arus. Untuk mengingat terjadinya kejadian tersebut, Sultan Agung menamai sungai tersebut Kali Gajah Wong.
Asal Mula Kali Gajah Wong bermaksud untuk mengenang banjir bandang yg telah menghanyutkan seekor gajah & dan seorang abdi dalem.
Sampai ketika ini, Kali Gajah Wong di gunakan penduduk utuk melaksanakan acara. Bahkan di sepanjang sungai banyak orang yg menghuni.
Baca Juga : √ Ringkasan Cerita Rakyat Telaga Bidadari & Unsur Intrinsiknya
Unsur Intrinsik Cerita Rakyat Kali Gajah Wong
Setelah membaca kisah dengan-cara keseluruhan, berikutnya kita mampu menganalisis bagian intrinsiknya.
Berikut komponen instriksinya cerita rakyat ini.
Tema
Dimana legenda ini di mulai tatkala Kyai Dwipangga yakni gajah milik Sultan Agung hanyut di sungai bersama salah satu abdi dalem keraton.
Untuk mengenang insiden tersebut, sungai / kali kawasan mereka hanyut dinamakan Kali Gajah Wong.
Tokoh
- Ki Sapa Wira adalah abdi dalem Keraton Mataram yg di beri keyakinan oleh Sultan Agung untuk memandikan gajah berjulukan Kyai Dwipangga.
Dalam asal seruan Kali Gajah Wong, Ki Sapa Wira tergolong tokoh protagonis.
Sifat tokoh Ki Sapa Wira yaitu lembut & telaten dlm merawat binatang peliharaan.
Karena kelembutannya, gajah bernama Kyai Dwipangga patuh mengikuti arahannya.
Selain itu, Ki Sapa Wira mempunyai tabiat yg teliti & waspada dlm mengambil tindakan.
- Ki Kerti Peyok yakni adik ipar Ki Sapa Wira yg mempunyai kelainan di kakinya karena penyakit polio sejak lahir.
Tokoh Ki Kerti Peyok yakni toko protagonis. Ki Kerti memiliki sifat yg pekerja keras walaupun fisiknya kurang tepat.
Selain itu, Ki Kerti mempunyai watak yg mudah di arahkan. Seperti tatkala di arahkan Ki Sapa Wira untuk memandikan Kyai Dwipangga yg mudah ia pahami.
Namun Ki Kerti memiliki sifat yg kurang hati-hati. Meskipun sudah tahu cuacanya mendung, Ki Kerti tetap mengajak Kyai Dwipangga ke tengah sungai untuk mandi.
- Sultan Agung dlm dongeng ini sebagai tokoh pendamping.
Sultan Agung di gambarkan selaku pemimpin yg baik hati & bijaksana.
Dalam cerita ini, tak ada tokoh antagonis. Semua tokoh dlm cerita ini termasuk kelompok tokoh protagonis.
Alur
Karena itu Ki Sapa Wira tak bisa memandikan gajah milik Sultan Agung.
Lalu adik ipar Ki Sapa Wira yaitu Ki Kerti Peyok menawarkan pinjaman untuk memandikan gajah bernama Kyai Dwipangga.
Ki Sapa yg sedang sakit senang mendapat pertolongan tersebut & memberi Ki Kerti Peyok instruksi sebelum memandikan Kyai Dwipangga.
Di hari pertama memandikan Kyai Dwipangga dapat dilakukan dgn tanpa gangguan oleh Ki Kerti Peyok.
Namun di hari selanjutnya ada kejadian yg tak baik. Ki Kerti tetap memandikan Kyai Dwipangga walaupun cuaca hari itu mendung.
Karena fatwa air surut & sungai dangkal, Ki Kerti mengajak Kyai Dwipangga ke tengah sungai yg tak terlalu dalam.
Namun nasib malang menimpa mereka. Tiba-tiba hujan lebat turun & banjir datang dr arah tak terduga.
Karena berada di tengah sungai, mereka kemudian hanyut terbawa arus hingga ke Laut Selatan.
Latar
Sudut Pandang
Amanat / Pesan Moral
Berikut beberapa amanat dlm legenda Kali Gajah Wong.
- Bantulah orang yg sedang kesulitan. Seperti langkah-langkah Ki Kerti Peyok yg menolong Ki Sapa Wira untuk memandikan gajah sebab tangannya sakit.
- Besikaplah hati-hati, jangan lalai dlm bertindak. Jika saja Ki Kerti Poyok berada di pinggir sungai atau berada di daerah lazimyg di gunakan Ki Sapa Wira mungkin saja mereka tak hanyut.
Unsur Ekstrinsik Cerita Kali Gajah Wong
Selain bagian intrinsik, kisah rakyat mempunyai unsur ekstrinsik. Berikut bagian ekstrinsiknya.
Unsur Budaya
- Di masa Kerajaan, untuk memandikan binatang peliharaan harus pergi ke sungai. Namun di zaman kini, tak perlu ke sungai untuk memandikan hewan peliharaan.
Unsur Sosial
- Ki Kerti Peyok memiliki rasa simpati yg cukup tinggi. Karena itu, ia memberikan perlindungan pada Ki Sapa Wira yg tangannya sedang sakit.
- Ki Sapa Wira & Ki Kerti Peyok mempunyai tanggung jawab yg cantik dlm melaksanakan peran.
Unsur Moral
- Selama mampu membantu, maka berikan dukungan pada orang yg membutuhkan.
- Agar tak merugikan diri sendiri & orang lain, bijaklah dlm bertindak.
Fakta Unik Kali Gajah Wong
Di balik legendanya yg cukup menyedihkan. Masyarakat di sekitar Kali Gajah Wong memanfaatkan sungai ini selaku tempat wisata.
Warga membuatnya sebagai kolam ikan & taman bermain anak. Dengan begitu, para pengunjung mampu menikmati keindahannya sekaligus memberi makan ikan.
Selain itu, warga merencanakan bahtera kecil yg mampu di coba hadirin untuk berkeliling ke sekitar Kali Gajah Wong.
Penutup
Setelah membaca dongeng rakyat ini kita dapat mengerti kenapa sungai ini bernama Kali Gajah Wong.
Ternyata asal permintaan Kali Gajah Wong ada kaitannya dgn Keraton Mataram.
Dimana Keraton Mataram termasuk kerajaan besar. Sehingga kisah ini menjadi legenda di sekeliling masyarakat Yogyakarta.