√ Cerita Rakyat Aji Saka dalam Bahasa Jawa dan Indonesia

Legenda Aji Saka ialah cerita yg berasal dr Jawa Tengah. Kisah ini menceritakan perihal perjaka sakti yg hatinya baik pula bijaksana.

Suatu hari perjaka tersebut mengunjungi kerajaan yg pemimpinnya jahat. Tujuannya untuk menyelamatkan rakyat di desa tersebut.

Kira-kira bagaimana perjalanan Aji Saka untuk membebaskan rakyat dr pemimpin yg jahat? Rintangan apa yg akan ia hadapi? Simak kisah lengkapnya berikut ini.

Daftar Isi

Cerita Rakyat Aji Saka

Di zaman dahulu ada seorang cowok yg sangat bagus hati, akil & pula bijaksana. Pemuda tersebut bernama Aji Saka.

Aji Saka tinggal di desa Medang Kawit Provinsi Jawa Tengah. Ciri khas pemuda ini, yakni selalu mengenakan surban di atas kepalanya.

Aji Saka mempunyai sahabat baik yg berjulukan Sembada & Dora. Jika ada Aji Saka maka sudah pasti ada Sembada & Dora.

Ketiga orang itu sering pergi dr sebuah tempat ke tempat lain untuk menolong orang yg sedang membutuhkan sumbangan.

Suatu hari mereka sedang berjalan di pegunungan Kendeng, terdengar teriakan keras seseorang yg meminta tolong.

Aji & kedua temannya bergegas mencari teriakan tersebut. Lalu mereka melihat ada seorang laki-laki bau tanah yg di pukuli oleh para preman.

Seketika itu Aji & temannya dgn sigap membantu laki-laki renta yg sedang di pukuli preman.

Setelah melalui pertarungan singkat, pria bau tanah itu berhasil di selamatkan Aji & temannya.

“Kakek terlihat lemah & tak berdaya. Untuk apa ke hutan kek?” Tanya Dora.

“Desa kakek sedang tak baik nak untuk di tempati Nak. Karena itu kakek kabur ke hutan ini nak”. Jawab sang kakek.

“Kakek berasal darimana? Siapa yg mengganggumu?”. Tanya Aji Saka.

Kemudian sang kakek menceritakan seluruhnya yg terjadi di kawasan tinggalnya yakni Desa Medang Kamulan.

Di desa tersebut di pimpin seorang raja yg jahat & keji yakni Prabu Dewata Cengkar.

Sebenarnya dahulu Prabu Dewata mempunyai sifat yg baik hati, namun dengan-cara tiba-tiba menjadi raja yg kejam & keji. Prabu Dewata Cengkat gemar menyantap daging insan.

Kisah Prabu Dewata Cengkar

Prabu Dewata menjadi sangat kejam tatkala juru masak istana tak sengaja melukai tangannya.

Tangan juru masak istana terluka tatkala menciptakan sup untuk raja. Sejak ketika itu Prabu Dewata menyukai darah, bahkan daging manusia.

Sifatnya dengan-cara cepat berubah menjadi sangat kejam & gemar menyantap rakyatnya.

Para rakyat sungguh panik dgn sikap rajanya. Sehingga banyak yg menetapkan untuk melarikan diri dr Desa Medang Kamulan.

Mendengar dongeng yg menyeramkan itu, Aji Saka tak tinggal membisu. ia & temannya menetapkan untuk pergi ke Desa Medang Kamulan & menemui Prabu Dewata Cengkar.

Namun, Sembada tak di ajak. Aji memintanya untuk tetap berada di pegunungan Kendeng & mempertahankan keris saktinya.

“Sembada, tolong jaga kerisku dgn baik. Aku titipkan keris ini padamu. Siapapun tak boleh menjamah keris ini, kalau urusanku sudah selesai akan gue ambil keris ini”. Ucap Aji Saka.

Sembada dgn senang hati menjaga keris temannya itu. Kemudian Aji & Dora secepatnya pergi ke Desa Medang Kamulan.

Ketika nyaris hingga, Dora di minta untuk tetap tinggal disini. Karena Aji bermaksud menemui Prabu Dewata Cengkar sendiri.

“Dora tunggu gue disini! Aku akan menemui Prabu Dewata Cengkar sendiri. Tunggu gue disini!”. Ucap Aji Saka.

“Apa kamu yakin menemui raja kejam itu sendiri? Kau bahkan tak membawa keris saktimu. Bagaimana caramu menyerang monster jahat dgn tangan kosong?”. Jawab Dora sambil mencemaskan sahabatnya itu.

“Kau jangan cemas! Aku sudah menemukan cara untuk mengalahkan monster itu”. Ucapa Aji Saka untuk menenangkan sahabatnya.

Aji Saka telah sampai di istana Prabu Dewaya Cengkar, disana Aji bertemu Patih Jugul Muda. Sang Patih terlihat gelisah & galau.

Sang Patih sedang kesulitan mencari mangsa untuk Prabu Dewata Cengkar.

“Patih, ananda sedang mencari mangsa untuk sang prabu kan? Aku siap menjadi mangsa sang prabu yg kejam itu! Serahkan saja saya!”. Ucap Aji Saka tanpa rasa takut.

Patih Jugul Muda terlihat semakin gundah dgn penawaran pria tersebut. Namun sebab sudah tak ada pilihan, tanpa pikir panjang Aji langsung di bawa ke Prabu Dewata yg kelaparan.

Aji Saka Mengelabuhi Prabu Dewata Cengkar

Aji dgn gagah berani menemui Prabu Dewata. ia terlihat sungguh hening & berkata.

“Salam Paduka Raja, sebelum hamba menjadi sajian Paduka. Izinkan hamba mengemukakan tolok ukur apalagi dahulu”. Tanya Aji Saka.

“Syarat apa yg kamu maksud? Jika sulit gue tak mau melakukannya”. Jawab Prabu Dewata dgn ekspresi kaget & murka.

“Syaratnya simpel Paduka. Tolong izinkan hamba memiliki tanah seluas surban yg hamba kenakan”. Jawab Aji dgn nada damai.

“Hahaha.. Apakah itu saja syaratnya? Praktis sekali persyaratannya! Akan gue berikan, lalu gue akan memakanmu hidup-hidup”. Ucap Dewata Cengkar yg senang karna syaratnya simpel.

Prabu Dewata senang dgn kriteria yg simpel itu. Sebab sudah usang ia tak memakan daging manusia.

“Ini Paduka, peganglah ujung surban hamba. Silahkan Paduka bentangkan surban hamba”. Pinta Aji.

Aji Saka melepas surbannya. Dengan gesit, Prabu Dewata Cengkar membentangkan surban milik Aji.

Tanpa di duga surban Aji berkembang menjadi sangat panjang & besar. Surban tersebut seolah tak ada putusnya.

Surban Aji bahkan membentang dr istana hingga wilayah gunung, lautan, lembah & hutan.

Dengan demikian, seluruh tanah kerajaan Prabu Dewata Cengkar sudah menjadi milik Aji Saka.

Prabu Dewata yg mengenali hal tersebut sangat murka. Bahkan sang Prabu menyerang Aji Saka & ingin memakannya.

Dengan cepat Aji Saka melilit badan Prabu Dewata dgn surbannya. Lilitan surban Aji Saka cukup berpengaruh hingga Dewata Cengkar tak berdaya.

Dengan memakai kesaktiannya, Aji Saka melempar Prabu Dewata Cengkar sampai ke bahari Selatan.

Saat itu pula Prabu Dewata Cengkar yg sungguh kejam menemui ajalnya di tangan Aji Saka.

Aji Saka Menjadi Raja Medang Kamulan

Mendengar kematian Prabu Dewata Cengkar, rakyat Medang Kamulan sungguh senang & bahagia.

Para rakyat berbondong-bondong kembali ke Desa Medang Kamulan & merayakan kematian raja yg kejam.

Kemudian para rakyat menentukan Aji Saka untuk menjadi raja Desa Medang Kamulan.

Aji Saka kemudian meminta Dora untuk menjadi utusannya. Para rakyat senang sekali alasannya adalah mempunyai pemimpin gres yg baik hati, bijaksana & adil.

Suatu hari, Raja Aji Saka mengenang sahabatnya yg berjulukan Sembada. Sembada di minta sang raja untuk mempertahankan kerisnya di Pegunungan Kendeng.

Lalu Dora di minta Raja untuk mengunjungi Sembada, Aji Saka berpesan semoga ia menenteng keris sakti miliknya.

Dora memenuhi perintah sahabatnya yg sudah menjadi raja. Di Pegunungan Kendeng, Sembada setia mempertahankan keris milik sahabatnya.

Setelah hingga disana, Dora memberikan maksud kedatangannya.

“Sembada, gue di utus Raja Aji Saka untuk mengambil keris pusaka yg ada padamu”. Ucap Dora.

“Sahabatku Dora, gue tak mampu menyerahkan keris ini padamu. Sebab Raja Aji Saka memintaku untuk menyerahkan padanya saja. ia sudah berjanji untuk tiba & mengambil keris pusakanya”. Jawab Sembada.

“Percayalah padaku Sahabatku Sembada. Aku hanya menjalankan perintah Raja Aji Saka untuk mengambil keris ini”. Dora meyakinkan Sembada supaya menawarkan kerisnya.

Sembada tetap teguh pendirian & menjalankan amanat yg di berikan Aji Saka untuk mempertahankan kerisnya.

Dora pula teguh pendirian menjalankan perintah Aji Saka untuk mengambil keris pusakanya.

Baca Juga : √ Cerita Rakyat Roro Mendut dlm Bahasa Jawa Singkat

Asal Usul Aksara Jawa

Pada karenanya terjadi pertandingan antara kedua kawan dekat Aji Saka. Keduanya sama-sama teguh pendirian untuk melaksanakan peran dr Aji Saka.

Di lain daerah, Aji Saka menanti Dora yg ia utus untuk mengambil keris pusakanya.

Dia menjadi heran kenapa Dora tak secepatnya tiba di Kerajaan Medang Kamulan.

Karena heran & penasaran, Raja Aji Saka menetapkan untuk menyusul Dora ke Pegunungan Kendengan & memastikan apa yg terjadi.

Setelah tiba, betapa terkejutnya Aji Saka yg menyaksikan bahwa kedua sahabatnya tewas.

Aji Saka kemudian menyadari kedua sahabatnya tewas karena setia menjalankan perintah Aji Saka.

Atas tewasnya kedua sahabatnya, Aji Saka merasa bersalah. ia tak menduga jika sahabatnya begitu teguh pendirian untuk menjalankan amanatnya.

Karena hal ini, Raja Aji Saka memberikan kehormatan besar pada dua sahabatnya yaitu Dora & Sembada.

Aji Saka kemudian menulis huruf-huruf di atas batu yg bunyinya “Ha na ca ra ka da ta sa wa la pa dha ja ya nya ma ga ba tha nga”. 

Arti tulisan itu yaitu “Ada delegasi yg saling bertengkar. Keduanya sama-sama sakti & keduanya pula mati bersama”.

Tulisan tersebut kemudian di kenal dgn nama Aksara Carakan. Cerita Aji Saka menjadi asal permintaan huruf Jawa yg pada dikala itu menjadi bacaan & tulisan orang Jawa.

Cerita Rakyat Aji Saka dlm Bahasa Jawa

Ing jaman biyen ana bocah kang enom sing apik tingkahe, pinter lan wicaksana. Bocah kang enom kuwi jenenge Aji Saka.

Aji Saka manggon ing desa Medang Kawit Provinsi Jawa Tengah. Ciri khas bocah kasebut yaiku gawe sorban ing sirahe.

Aji Saka duwe kanca apik, jenenge yaiku Sembada lan Dora. Ing ngendi ana Aji Saka mesthi ana Sembada lan Dora.

Wong telu kuwi kerep lunga saka panggonan siji menyang panggonan liya kanggo nulung sapa wong sing butuh pertolongan.

Ing sawijining dina, bocah telu kuwi lagi mlaku-mlaku ing sekitarane gunung Kendeng. Bocah kasebut krungu swara kang jaluk tulung.

Aji lan kanca-kancane mlayu golek swara njaluk tulung kasebut. Banjur padha weruh yen ana wong tuwa di gebugi.

Saknalika iku Aji lan kancane nulungi wong tuwa sing di gebugi.

Sawise nulung wong tuwo kasebut, Aji lan kancane padha takon ana apa wong tuwo kasebut ing njeru ganjal.

Banjur simbah nyritakake kabeh kedadeyan ing desane yaiku Desa Medang Kamulan.

Desa Medang Kamulan panggon simbah kuwi di pimpin dening raja sing jahat lan galak. Jeneng rajane yaiku Prabu Dewata Cengkar.

Satemene ing jaman biyen Prabu Dewata duwe sifat welas asih. Nanging dumadakan dadi raja kang bengis lan galak.

Prabu Dewata Cengkar seneng mangan daging manungsa. Rakyate akeh sing di pangan raja kasebut.

Kisah Prabu Dewata Cengkar

Prabu Dewata dadi kejem banget nalika juru masak kraton ora sengaja tatu tangane.

Tangane juru masak kraton tatu nalika nggawe sup kanggo raja. Wiwit kuwi Prabu Dewata seneng marang getih lan daginge manungsa.

Sifate saknalika iku berubah dadi kejem banget lan ora sungkan mangan daging manungsa.

Wong-wong padha wedi banget karo tingkahe raja. Mula akeh sing mutusake mlayu saka Desa Medang Kamulan.

Krungu crita kasebut, Aji Saka ora meneng wae. Dheweke lan kancane mutusake menyang Desa Medang Kamulan. Rencane Aji yaiku ketemu karo Prabu Dewata Cengkar.

Nanging Sembada ora di ajak. Aji njaluk tulung supaya Sembada tetep ana ing Gunung Kendeng kanggo njaga keris saktine.

Aji pesen marang Sembada yen ora ngijinake sapa wae jupuk keris iki kejaba Aji Saka. Aji Saka akad yen bakale jupuk dewe keris saktine.

Sembada seneng di percoyo Aji njaga keris saktine. Dheweke janji bakal njaga keris kasebut lan ora ana sing iso jupuk kejaba Aji.

Sawise titip keris saktine, Aji lan Dora eksklusif menyang Desa Medang Kamulan.

Nalika meh ana ing panggonan, Aji pesen marang Dora yen dheweke ana kene wae. Dora ora oleh melu Aji menyang istana.

Amarga Aji duwe rencanan yen arep nemoni Prabu Dewata Cengkar dhewe.

Dora kuwatir yen Aji nemoni Prabu Dewata dewe. Dheweke ora tenang amarga Aji ora gowo keris saktine.

Nanging Aji gawe tenang Dora lan ngeyakinake Dora yen Aji wis duwe rencana. Aji wis nemokake cara kanggo ngalahake Prabu Dewata sing rakus kasebut.

Saknalika iku Aji menyang istanae Prabu Dewata dewe. Ing kana Aji ketemu Patih Jugul Muda. Patih Jugul Muda katon gelisah lan bingung.

Sang Patih lagi sukar golek mangsa gawe Prabu Dewata Cengkar sing arep di pangan.

Aji nawarake yen dheweke gelem dadi mangsane Prabu Dewata. Saknalika iku Patih Jugul Muda katon tambah galau karo tawarane Aji.

Amarga ora tau ana wong sing nawarake dheweke dadi mangsane Prabu Dewata. Nanging wis ora ana opsi maneh.

Ora mikir suweh, Aji pribadi di gawa Patih Jugul Muda nemoni Prabu Dewata sing wis keluwen.

Aji Saka Ngapusi Prabu Dewata Cengkar

Aji kanthi gagah perkoso nemoni Prabu Dewata. Dheweke katon damai banget.

“Pangapunteni gusthi prabu, saderengipun kulo dados dhaharan panjenengen, izinaken kula ngaturaken penuhrumiyen”. Pitakone Aji Saka.

“Syarat apa sing kowe maksud? Nek angel ora tak lakoni”. Wangsulane Prabu Dewata kanthi suara banter amarga nesu.

“Syaratipun kang mudah gusthi Prabu. Kula nyuwun tanah sing ambane kaya sorbane kula”. Ujare Aji Saka.

“Hahaha… apa mung kuwi syarate? Syarate mudah! Tak wenehi kowe tanah, sawise iku kowe tak pangan urip-urip”. Wangsulane Prabu Dewata sing seneng amarga syarate mudah.

Prabu Dewata seneng banget karo syarate sing mudah. Amarga wis suwe ora mangan daging manungsa.

Aji Saka cepet-cepet nyopot sorbane. Prabu Dewata pribadi mbukak sorbane Aji.

Ora ana sing nyana sorbane Aji dadi dawa banget lan gedhe. Sorbane katon ora iso pedhot.

Sorbane Aji malah mbentang saka kraton nganti gunung, bahari, ganjal lan lembah.

Mula kabeh tanah kraton Prabu Dewata Cengkar dadi kagungane Aji Saka.

Prabu Dewata sing ngerti kahanan iki nesu banget. Sang prabu nyerang Aji Saka lan arep mangan dheweke.

Aji Saka langsung sigao mbungkus awake Prabu Dewata nganggo sorban. Gulungan sorbane Aji Saka cukup kuwat sahingga Prabu Dewata ora kuwasa nglawan.

Kanthi gunakake kekuwatan mistik, Aji Saka mbuwang Prabu dewata Cengkar menyang segara kidul.

Saknalika iku Prabu Dewata sing kang kejem banget mati ing tangane Aji Saka.

Aji Saka Dadi Raja Medang Kamulan

Rakyat sing krungu sedane Prabu Dewata Cengkar padha bungah. Wong-wong padha bali menyang Desa Medang Kamulan lan ngrayakake sedane raja sing kejem.

Banjur rakyat milih Aji Saka dadi raja ing Desa Medang Kamulan. Aji Saka banjur njaluk Dora dadi utusane.

Rakyat seneng banget amarga duwe pemimpin anyar sing apikan, wicaksana lan adil.

Ing sawijining dina, Prabu Aji Saka kelingan marang kancane sing jenenge Sembada.

Sembada di dhawuhi raja njaga keris saktine ing Pegunungan Kendeng.

Dora di dhawuhi Sang Prabu nemoni Sembada banjur di dhawuhi nggawa keris saktine sang Prabu. Dora netepi dhawuhe kancane sing wis dadi raja.

Ing pegunungan Kendeng, Sembada setya ngrumat lan njaga kerise kancane.

Dora sing wis ana ing pegunungan Kendeng ketemu Sembada lan kanda ana apa perlune.

Dora kanda yen dheweke di utus Aji Saka njupuk keris saktine. Nanging Sembada ora gelem masrahake keris marang Dora amarga dheweke kelingan akad marang Aji Saka.

Aji Saka wis masrahake keris iki marang Sembada lan bakal teka jupuk keris pusaka dewe menyang pegunungan Kendeng.

Dora wis ngeyakinake Sembada yen saktemene dheweke di utus Aji kanggo njupuk keris pusaka. Nanging Sembada isih ora gelem nitipake keris pusaka Aji Saka marang Dora.

Sembada tetep mantep ing pendiriane lan nindakake amanat Aji Saka kanggo njaga kerise.

Sembada bakale masrahake keris  iki yen Aji Saka dewe sing njupuk keris pusakane.

Dora uga tetep mantep nindakake dhawuhe Aji Saka supaya njupuk keris pusaka Aji Saka.

Asal Usul Aksara Jawa

Akhire ana kedadean pertarungan antara kanca-kancane Aji Saka. Kalorone padha-padha mantep nindakake tugase saka Aji Saka.

Ing panggonan liya, Aji ngenteni Dora sing di tugasi njupuk kerise. Dheweke heran amarga Dora durung teka.

Aji sing gumun lan penasaran mutusake nyusul Dora menyang pegunungan Kendeng supaya ngerteni apa sing kedadeyan.

Barang tekan kana, Aji Saka kaget banget nalika weruh kaloro kancane padha mati.

Aji Saka banjur ngerti yen kaloro kancane mau wis seda amarga setya nindakake dhawuhe Aji Saka.

Amarga kaloro kancane mati, Aji Saka rumangsa salah. Dheweke ora nyana yen kanca apike kuwi teguh anggone nindakake amanat.

Amarga kancane mati, Aji Saka ngrasa salah. Dheweke ora nyana yen kanca apike kuwi teguh nindakake amanat.

Kahanan kasebut ndadeake Prabu Aji Saka menehi pakurmatan marang kaloro kancane yaiku Sembada lan Dora.

Aji Saka banjur nulis layang ing watu kang isine “Ha na ca ra ka da ta sa wa la pa dha ja ya nya ma ga ba tha nga”.

Tegese prasasti kasebut yaiku “Ana utusan sing padha bertikai, kalorone padha duwe kuwasa lan padha mati bebarengan”.

Tulisan iki banjur diarani karakter Carakan. Cerita Aji Saka dadi asal usule aksara Jawa .

Penutupan

Ada beberapa amanat atau pesan moral yg ada dlm legenda Aji Saka yaitu tentang pentingnya sikap tolong menolong.

Aji Saka adalah orang yg mempunyai keampuhan, kesaktiannya di pakai untuk menolong orang yg membutuhkan pemberian.

Karena kebaikannya yg tanpa pamrih, ia menerima keyakinan untuk menjadi raja.

Artinya setiap kebaikan yg di lakukan pasti akan mendapat tanggapan kebaikan juga.

Selain itu, sikap Sembada & Dora cukup memberi inspirasi. Keduanya berpegang teguh untuk menjaga amanat walaupun nyawa yg menjadi taruhannya.

Karena sikapnya yg memegang teguh akad, Aji Saka menunjukkan penghormatan untuk mengenang dua orang tersebut.

Sisi lain dr kisah ini ialah kita di ingatkan untuk senantiasa menepati kesepakatan. Seperti perilaku Aji Saka yg berjanji akan mengambil keris saktinya sendiri.

Dia melupakan janjinya sendiri & mengutus Dora sahabatnya untuk mengambil keris yg di titipkan pada Sembada.

  √ 25+ Macam-macam Warna Kuning, Arti dan Makna Warna Kuning