√ Cerita Jaka Tarub dalam Bahasa Jawa Secara Singkat

Legenda Jaka Tarub merupakan salah satu jenis dongeng rakyat yg terkenal di tanah Jawa. Kisah ini menceritakan Jaka Tarub selaku tokoh utama.

Joko Tarub di anggap sebagai leluhur dinasti mataram yg menguasa tanah Jawa dr era 17 hingga kini.

Menurut berita masyarakat, kisah ini terjadi di suatu desa yg bernama Widodaren, kecamatan Gerih, kabupaten Ngawi, Jawa Timur.

Di desa tersebut terdapat makam yg di yakini sebagai makam Joko Tarub. Nama desa Widodaren sendiri di ambil dr kata widodari yg artinya bidadari.

Bagaimana kisah Jaka Tarub yg sangat melegenda, berikut dongeng Jaka Tarub bahasa Jawa versi singkatnya.

Daftar Isi

Cerita Legenda Jaka Tarub

Dahulu kala ada seorang janda bau tanah yg di panggil mbok rondho mempunyai anak yg tampan.

Anak dr mbok rondo bernama Jaka Tarub. Selain tampan, Jaka di kenal sebagai pemuda yg baik, sopan, pekerja keras & rajin.

Karena ketampanannya, di usianya yg cukup umur banyak wanita yg ingin menikah dgn Jaka Tarub.

Namun, Jaka belum berencana menikah & ingin konsentrasi berbakti pada ibunya yaitu mbok rondho.

Suatu hari mbok rondho mengundang putranya & menasehatinya.

“Jaka putraku, ananda kini sudah dewasa & sudah di usia siap menikah. Segeralah menikah putraku! Mbok ingin melihat ananda menikah sebelum mbok tak ada di dunia”. Pinta sang ibu.

“Jaka belum bermaksud untuk menikah dahulu mbok” Jawab Jaka Tarub.

“Nanti kalau mbok sudah tak di dunia, siapa lagi yg akan menemanimu putraku?” tanya mbok rondho.

“Aku selalu mendoakan mbok semoga umurnya panjang & sehat. Makara tenang saja mbok” Jawab Jaka dgn kalem.

Namun sesuatu yg tak di sangka terjadi. Keesokan harinya mbok rondo meninggal dunia alasannya adalah sakit.

Kehidupan Jaka Tarub Tanpa Simbok

Setelah mbok rondo meninggal, Jaka sangat terpukul hingga terpuruk. ia yg semula tekun & penuh semangat menjadi sering bengong.

Karena sering duduk termenung, pekerjaan yg ada di ladang & sawahnya menjadi terbengkalai.

Pada suatu hari, Jaka Tarub terbangun dr tidurnya. Karena merasa lapar, ia secepatnya bergegas menuju hutan untuk mencari rusa.

Jaka dgn cepat mengambil senjata miliknya & bersiap untuk mencari rusa.

Setelah berada di hutan, Jaka sama sekali tak mendapatkan seekor rusa. Hingga siang hari, masih saja tak menerimanya.

Karena sungguh letih, Jaka menetapkan untuk beristirahat sejenak di bawah pohon dekat telaga. Angin yg berhembus membuat Jaka tertidur lelap.

Jaka Tarub Bertemu 7 Bidadari

Setelah beberapa waktu tertidur, Jaka terbangun sebab mendengar suara keras seseorang yg tertawa.

Dia segera mencari sumber suara tersebut & menuju ke arah telaga. Betapa terkejutnya Jaka karena ia melihat tujuh wanita anggun sedang bermain air sambil bercanda.

Tidak jauh dr telaga ada tujuh selendang milik para perempuan cantik tersebut. Jaka mulai menyadari ternyata tujuh wanita itu adalah bidadari.

Seolah tak memikirkan dampaknya, tanpa berpikir panjang Jaka Tarub mengambil salah satu selendang bidari & menyembunyikannya.

“Hari sudah mulai sore, ayo kita naik ke daratan! Kita harus segera kembali ke kahyangan!” Ucap salah satu bidadari.

Bidadari yg yang lain seolah mematuhinya & secepatnya bergegas mengambil selendang masing-masing untuk bersiap ke kahyangan.

Saat itu pula ada salah satu bidadari yg kehilangan selendangnya. ia galau mencari kesana kemari.

“Nimas, selendangku tak ada. Aku tak bisa menemukan selendangku!” ucapnya sedih.

Para bidadari yg lain berupaya untuk membantunya. Tujuh bidadari itu kompak mencari selendang Nawang Wulan.

Namun sehabis cukup lama mencari, para bidadari tak berhasil menemukan selendangnya.

Belum lagi matahari sudah mulai terbenam, kalau tujuh bidadari tak segera kembali, hasilnya mampu terjebak di bumi.

“Nawang Wulan, maafkan kami. Kami tak bisa membantumu & menanti lebih usang lagi.

Kami mesti segera kembali ke kahyangan semoga tak terjebak di bumi. Mungkin ini sudah takdirnya untuk tinggal di bumi” Sahut bidadari tertua.

Dengan demikian, Nawang Wulan tak dapat kembali ke kahyangan & harus tetap di bumi alasannya adalah kehilangan selendangnya.

Hal ini menciptakan Nawang Wulan menjadi sungguh murung. ia menangis sendiri di tengah hutan erat telaga menyesali nasibnya.

Jaka Tarub Menolong Nawang Wulan

Jaka tarub segera keluar dr kawasan persembunyiannya setelah menyaksikan Nawang Wulan menangis.

Jaka pura-pura memperlihatkan tunjangan. ia menyapa bidadari yg elok itu dgn lembut. Kemudian ia mengajaknya untuk tinggal di rumahnya.

Pada awalnya Nawang Wulan merasa tak tenteram mendapat perlindungan dr orang aneh.

Namun, ia tak memiliki opsi lain selain menerima dukungan Jaka Tarub.

Sebab ia tak sudah biasa dgn kehidupan bumi & tak mempunyai kawasan tujuan.

Saat itu pula Nawang Wulan & Jaka Tarub tinggal bersama. Setelah cukup usang tinggal bareng , tumbuh benih-benih cinta antara keduanya.

Akhirnya Jaka Tarub & Nawang Wulan memutuskan untuk menikah. Selendang yg sebelumnya di curi Jaka Tarub di sembunyikan di lumbung penyimpanan padi.

Tidak lama setelah menikah, sang istri yaitu Nawang Wulan melahirkan seorang putri. Anak mereka di beri nama Nawangsih.

Mereka bertiga hidup bahagia di hutan dgn tenang & hening. Hari-hari yg di tinggalkan di penuhi dgn kebahagiaan.

Kesaktian Nawang Wulan Hilang

Sebagai bidadari, Nawang Wulan berlainan dgn insan pada umumnya. ia memiliki kekuatan sehingga kehidupan rumah tangganya menjadi lebih mudah.

Namun Nawang Wulan merahasiakan keampuhan yg di miliki dr semua orang tergolong suaminya sendiri.

Suatu tatkala Nawang Wulan hendak pergi ke sungai, di sisi lain ia sedang mengolah masakan nasi.

Nawang meminta tolong suaminya untuk menjaga api selama ia pergi ke sungai.

“Suamiku, gue akan pergi ke sungai sebentar saja, tolong jaga apinya, gue sedang memasak nasi. Tapi jangan pernah membuka tutup kukusan nasi itu!” pesan Nawang pada suaminya.

Jaka Tarub menyepakati pesan dr istrinya. Namun ia pula penasaran dgn pantangan dr istrinya biar tak membuka tutup kukusan.

Diam-membisu Jaka membuka tutup kukusan yg di larang istrinya. Betapa terkejutnya Jaka mengetahui apa yg ada dlm kukusan.

“Rupanya istriku setiap hari cuma mengolah makanan satu butir beras menjadi satu kukusan penuh nasi. Pantas saja selama ini padi dlm lumbung tak pernah habis”. Ujar Jaka.

Larangan yg sudah di langgar Jaka menjinjing suatu musibah. Tatkala Nawang Wulan sudah berada di rumah & membuka tutup kukusan nasi, betapa terkejutnya ia alasannya adalah hanya ada sebutir padi.

Dia mulai menyadari bahwa suaminya telah membuka tutup kukusan. Karena hal ini, keampuhan Nawang Wulan menghilang.

Dia sudah tak bisa membuah sebutir padi yg di kukus menjadi nasi dlm satu wadah sarat .

Selendang Nawang Wulan Ketemu

Karena kesaktiannya sudah menghilang, Nawang Wulan kini bersikap seperti insan biasa.

Untuk mengolah makanan nasi, Nawang mesti menumbuk beras, menampi kemudian memasaknya mirip insan kebanyakan.

Hal ini membuat padi yg di simpan di lumbung kian hari kian berkurang.

Hingga suatu hari tatkala Nawang hendak mengambil padi untuk di tumbuk kemudian di masak. ia mendapatkan selendangnya dlm lumbung padi.

Nawang pun mulai menyadari bahwa selama ini yg sudah menyembunyikan selendangnya adalah suaminya sendiri.

Hal tersebut menciptakan Nawang kecewa hingga murka pada suaminya. ia merasa sudah di tipu suaminya sendiri.

Dengan perasaan kecewa, Nawang datang menemui suaminya sambil menjinjing selendang.

Nawang Wulan Kembali ke Kahyangan

Melihat istrinya yg membawa selendang yg telah ia sembunyikan, membuat Jaka Tarub sangat terkejut.

“Suamiku, selendangku sudah gue dapatkan di lumbung padi. Saatnya gue untuk kembali ke kahyangan.

Tolong jaga anak kita Nawangsih. Buatkan danau di erat rumah & bawa Nawangsih kesana setiap malam supaya gue mampu menyusuinya.

Namun, ananda tak boleh mendekat suamiku!” Pesan Nawang Wulan sebelum ke kahyangan.

Karena menyesal, Jaka Tarub tak dapat berbuat apa-apa selain memenuhi undangan istrinya.

Jaka secepatnya membuat danau yg tak jauh dr rumahnya & mengirim Nawangsih kesana setiap malam.

Setelah Nawangsih tidur, Nawang Wulan bergegas kembali ke kahyangan & Jaka menjinjing anaknya ke tempat tinggal.

Dari kejauhan Jaka memandangi anaknya yg sedang bermain dgn istrinya.

Hal tersebut berkala di kerjakan hingga Nawangsih berkembang besar. Tatkala Jaka & Nawangsih mengalami kesulitan, sumbangan dengan-cara tiba-tiba tiba.

Mereka meyakini pemberian tersebut berasal dr Nawang Wulan. Nawang Wulan senantiasa mempertahankan & melindungi mereka dgn selalu menyampaikan derma.

Baca Juga : √ Cerita Rakyat Bahasa Jawa Timun Mas lan Unsur Intrinsik

Cerita Jaka Tarub dlm Bahasa Jawa Secara Singkat

Ing deso Tarub, ana mbok rondo manggon piyambek. Ora nduwe anak lan keluarga liyo.

Mulane mbok rondo kuwi ngangkat bocah lanang dadi anake. Di jenengi Joko Tarub.

Joko tarub kawit cilik di ramut lan di sayangi kaya anake dewe nalika diwasa.

Jaka tarub dadi bocah sing sergep nulungi ibuke. Wajahe ganteng lan senengane mburu kewan ing bantalan.

Joko tarub katon sopan lan marai wong wedhok kecanthol tresna. Mbok rondho kandha marang Jaka Tarub ben cepet nikah.

“Jaka ndang rabio nalika mbok iseh ono! Umurmu wis cukup, rupamu ya ganteng, mudah nggolek cah wedhok sing di senenge” (ujare mbok rondho).

“Mbok, ngapunten Jaka tasih mboten pingin nikah. Mangke nek wis ana sing cocok bakale nikah” ( wangsule jaka tarub).

“Ora opo-opo, mbok mung iso ndungano apik marang kowe muga entuk cah wadon sing bagus sifate” (ujare mbok rondho).

Nganti sawijining dino, mbok rondo ora ono umure amarga lara. Joko Tarub isih durung kawin.

Jaka Tarub sedhih banget mergo mbok rondho sing  ngeramut awake kawit cilik kanthi diwasa wia ora ono ing dunyo.

Utamine joko tarub iling pesene mbok Rondho yen pingin awake rabi sakdurunge ora ono umur.

Sawise mbok rondho ora ono umure, jaka tarub luwih males koyo ra nduwe semangat urip. Penggaweane ngelamun ning pinggir kali lan ora ono rasa tanggung jawabe kanggo awake dewe.

Jaka Tarub & 7 Bidadari

Ing sawijining dina, Jaka Tarub lagi turu ning omah banjur mimpi. Joko mimpi mangan kijang enak lan daginge empuk.

Mergo mimpi iku, naliko tangi wetenge Joko Tarub kroso pingin mangan daging kijang. Dadi Jaka menyang alas kanggo mburu kijang.

Kanthi alon-alon Jaka ana ning njero bantalan lan nggowo tombak gawe mateni kijang. Sawise suwih ning njero bantalan, dheweke ora nemu kewan opo wae.

Senajan wes keliling lan muter-muter bantalan yo ora ketemu kewan opo wae masio siji. Mergo wis kesel, Jaka Tarub leren lan lungguh ing watu gedhe sampe turu ning kunu.

Pas lagi turu, sayup-sayup Jaka krungu suwarane wong wadon lagi guyonan. Banjur dheweke tangi kanggo ndoleki asale suwara. Dheweke sadar yen asal suwara kui saka kali.

Dheweke singitan ning mburi kerikil gedhe pinggire kali lan nyawang yen ono 7 wong wadon ayu lagi adus. Jaka terkejut mergo ono 7 wadon ayu adus ning tengah bantalan.

Jaka Tarub Mencuri Selendang Bidadari

Jaka ora tau nyawang rupane wong wadon sing ayu banget meh podho widodari. Jaka ya duwe pikiran yen arep rabi karo salah sijine.

Akhire nemu ilham yaiku ndelikaken salah sijine selendang sing ana ing pinggir kali. Banjur Jaka njupuk siji selendang lan di delikne.

Nganti sore 7 widodari ngerampungke aduse. 7 widodari sing ayu pribadi gawe klambi lan selendang. Banjur siap-siap balik nang kayangan.

Nanging salah sijine widodari ketok resah ndoleki selendange. Kancane sing 6 iku ya ngenteni ben iso bareng balik kayangan.

“Slendangku nang ngendi ya? Mau ana nak kene pinggir kali. Piye iki nek slendangku ra ketemu? Ora iso mulih ning khayangan saya?” (Ujare Nawang Wulan kethoke galau).

Sawise rada suwe, akhire 6 widodari lunga ninggalno nawang wulan mergo kudu balik ning khayangan. Saking pitu widodari, Nawang Wulan sing paling enom.

Nawang Wulan nangis mergo wedi lan ora ngerti kudu piye ing dunyone menungsa iki. Weruh kadadeyan kasebut, Jaka Tarub nyideki lan nulung Nawang Wulan.

“Kowe keno opo nangis ning pinggir kali? Jenengku Jaka Tarub, omahku nak cidek kene. Opo sing iso tak tulung?” (Ujare Jaka Tarub etok-etok nulung).

“Aku kelangan slendang dadi ora iso mulih neng khayangan.” (wangsulane Nawang Wulan).

“Nek ngunu,  Adhinda manggon umahku wae. Tinimbang ana ing bantalan dewe lan ora ngerti arah. Aku bakale njaga sampeyan” (Ujare Jaka).

“Inggih, kulo nderek sampeyan.” (Wangsulane Nawang Wulan).

Nawang Wulan kepeksa nrimo pitungane Jaka mergo ora tau ana ing dunyone manungsa.

Pernikahan Jaka Tarub & Dewi Nawang Wulan

Sakwisi Jaka Tarub lan Nawang Wulan urip bareng sak omah, akhire di rabi lan urip seneng. Nganti sawijining dina, Nawang Wulan nglairake anak wadon sing ayu banget. Anak jaka tarub & nawang wulan yaiku Nawangsih.

Senajan urip seneng bareng anak bojo, Jaka Tarub iseh terkejut mergo lumbung parine ora tau sudo malah tambah akeh.

Bendino bojone masak mesthi njupuk beras saa lumbung pari, nanging lumbung parine isine panchet wae akeh ora suda.

“Senajan saben dino bojoku masak, gue ora ngerthi ngopo berase ora suda nanging tambah akeh” (Ujare Jaka Tarub).

Ing sawijining dina Nawang Wulan lagi masak, nangis arep nang kali mergo ono kebutuhan. Nawang pesen ing Jaka Tarub yen ora oleh bukak tutup kukusan sego lan supoyo jogo geni ben ora mati.

“Kang, gue lagi masak sego nanging ana kebutuhan ing kali. Tulung jogono ngenine lan njgo mbukak tutup kukusane” (Ujare Nawang).

“Iya, bakale kakang jaga” (Wangsule Jaka).

Jaka Tarub malih ingin tau kenopo kok ora oleh mbukak tutup kukusan sego. Mergo ora iso njogo rasa penasarane, Jaka mbukak tutup kukusan segoe.

Dheweke kaget mergo sing di kukus bojone mung sebutir beras. Moro Jaka gunem, yen pantes parine ora tau suda, mergo sing di kukus mung sebutir beras.

Dewi Nawang Wulan Kehilangan Kesaktian

Nalika Nawang Wulan wis bali saka kali, dheweke dellok ing njero kukusan mung ana beras sak butir.

“Ing kukusan iki mung ana sak butir beras, iku artine bojoku mbukak kukusan iki” (Ucape Nawang Wulan).

Nawang Wulan nduwe kekuatan sing ora ana ing manungsa. Kekuatane yaiku iso nguwah sebutir pari dadi sewakul segi. Akhire kekuatan Nawang Wulan ilang mergo bojone ngelanggar pantangan.

Mergo kekuatan mpun ilang, Nawang Wulan kudu kaya manungsa liyani sing kerjo. Kerjane kaya numbu pari, nampi beras, ngumbah beras ben bersih sak durunge di masak.

Suwe suwe lumbung parine Jaka Tarub entek kerono di masak kanal. Biasae parine iseh ana mergo Nawang Wulan duwe kekuatan, nanging kekuatane saiki wes ora ana.

Nawang Wulan Kembali ke Kahyangan

Ing sawijining dina, Nawang arep njupuk beras ing lumbung pari. Berase ana setitik banget, nalika njupuk sisoe beras.

Nalika njupuk sisoe beras, Nawang Wulan nemukno slendange dheweke sing ilang ing kali. Nawang terkejut lan ora nyono yen slendang sing di doleki ana ing lumbung parine dheweke.

Nawang cepet-cepet njupuk slendang kuwi lan nemoni Jaka Tarub.

“Mergo Kanda mbukak tutup kukusan sego, kesaktianku dadi ilang. Akhire beras mung kari sitik lan meh entek. Lan gue sing ora nyono, slendangko di delekno kanda yaiku bojoku dewe. Aku ra ngerti, tibakne kabeh iki rencanae sampeyan. Hubungan iki wes wayahe selsai, gue bakale balik khayangan, mergo slendangku wis ketemu” (Ujare Nawang).

“Sepurane Adinda, iki kabeh kesalahanku. Tulung Adinda tetep ana ing kene wae bareng gue lan anakmu, Nawangsih”. (Wangsulane Jaka Tarub).

“Sepurane Kanda gue kudu bali nang khayangan yen slendangku wis ketemu. Tulung jagaen anake kene yaiku Nawangsih. Lan tulung gawekno dangau ing cideke omah. Saben bengi gue bakal teko nyusui Nawangsih. Tulung pisan ojho ngintip pas gue nyusui Nawangsih” (guneme Nawang Wulan).

Jaka Tarub rumangsa yen iki kesalahane dheweke merga wis delikne slendange Nawang Wulan. Sakwisi peristiwa iki, Jaka langsung gawe dangau cidek omah.

Saben bengi, Nawangsih di dekek ing dangang supoyo Nawang Wulan iso ketemu lan nyusui ing njero kunu.

Baca Juga : √ Ringkasan Cerita Malin Kundang Bahasa Jawa & Amanatnya

Unsur Intrinsik & Ekstrinsik Jaka Tarub Bahasa Jawa

Banyak komponen yg mampu di galih dlm suatu cerita, yaitu unsur intrinsik & ekstrinsik.

Berikut beberapa bagian dlm dongeng rakyat Jaka Tarub.

Unsur Intrinsik

Dalam kisah rakyat Jaka Tarub, komponen intrinsiknya meliputi:

  • Tema Cerita
    Menceritakan kisah Jaka Tarub yg menyembunyikan selendang bidadari bernama Nawang Wulan biar bisa tinggal di dunia manusia & menikahinya. Pada akhirnya, Nawang Wulan kembali ke khayangan alasannya menemukan selendang yg di sembunyikan Jaka Tarub.

  • Alur Cerita
    Memiliki alur maju. Dalam kisah ini di ceritakan mulai dr asal muasal Jaka Tarub sejak kecil hingga Jaka menyembunyikan selendang Nawang, menikahinya, mempunyai anak. Dan berakhir dgn di temukannya selendang Nawang yg membuatnya kembali ke kahyangan.

  • Latar Cerita
    Cerita rakyat ini memiliki beberapa latar daerah seperti hutan, sungai & rumah Jaka Tarub. Latar waktunya pagi, siang & pula malam.

  • Sudut Pandang Cerita
    Cerita ini menggunakan sudut pandang orang ketiga.

  • Tokoh Cerita

A. Jaka Tarub 

Tokoh ini di gambarkan selaku orang yg egois, serakah & mempunyai anutan pendek.

Sifat ini di dasarkan pada perilakunya yg menetapkan untuk menyembunyikan selendang Nawang Wulan biar bisa tinggal bareng lalu menikahinya.

Selain itu, Jaka berpikiran pendek sebab membuka kukusan nasi walaupun sudah di larang istrinya. Akibatnya, Nawang Wulan kehilangan kesaktiannya.

Namun di sisi lain jauh sebelum ibunya meninggal, Jaka merupakan anak yg baik & suka menolong ibunya.

B. Nawang Wulan

Nawang wulan adalah bidadari yg sifatnya baik hati, pemaaf & bertanggung jawab. Tatkala suaminya membuka penutup kukusan nasi, ia memaafkan & terus bareng suaminya walaupun kesaktiannya menghilang.

Setelah selendangnya di peroleh, Nawang pula tetap bertanggung jawab yakni dgn mengelola anaknya dgn baik.

C. Tokoh Lainnya

Muncul tokoh lainnya dlm cerita ini seperti mbok rondo (ibu angkat Jaka Tarub), bidadari kahyangan & pula Nawangsih.

Meskipun kedatangan tokoh ini tak terlalu banyak, tetapi tokoh tersebut ikut andil dlm membangun kisah ini dengan-cara utuh.[/su_box]

Amanat Cerita

Pesan yg mampu di ambil dr dongeng ini yaitu :

  • Hubungan yg di dasarkan pada kebohongan akan berakhir dgn kurang baik.
  • Jaga amanah yg di berikan pada kita dgn baik.
  • Maafkanlah orang yg melakukan kesalahan pada kita.[/su_box]

Unsur Ekstrinsik

Berikut komponen ekstrinsik dlm kisah ini:

  • Nilai Budaya 

Nawang wulan yg memakai cara tradisional sebelum mengolah makanan nasi yaitu dgn menumbuk padi.

  • Nilai Moral

Nawang Wulan yg sudah memaafkan suaminya walaupun sudah berbohong.

Nah, itulah kisah jaka tarub bahasa jawa ngoko. Cerita ini bagus sebab mengandung pesan moral yg berhubungan hingga zaman sekarang. Banyak nilai-nilai yg mampu di petik dr legenda masyarakat Jawa tersebut.

  Cerita Rakyat Betawi Hasan Satria Mampang