√ Cerita Inspiratif Tukang Cuci Mampu Menyekolahkan Anak Hingga S-3

Bagi seorang ibu, anak ialah segala-galanya. Apa pun dilaksanakan demi kala depan buah hati. Itu pula yang dijalankan oleh ibu dua anak, Yuniati (49), warga Ketandan Kulon, Imogiri, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta.

 

Dengan melakukan pekerjaan sebagai buruh basuh baju, wanita kelahiran 6 Juni 1966 ini bisa menyekolahkan anaknya hingga jenjang S-3 di Universitas Hokaido, Jepang.

Dalam segala keterbatasan dana, Yuniati yang dianugerahi dua anak, Satya Candra Wibawa Sakti (29) dan Oktaviana Ratna Cahyani (27), berjuang demi kedua buah hatinya agar mampu menuntut pendidikan tinggi.

“Bagi saya, anak adalah segala-galanya. Jangan hingga mereka menyerupai saya. Karena itu, mereka harus sekolah tinggi bagaimana pun caranya,” ucap Yuniati saat ditemui di rumahnya, Kamis (10/9/2015).

Yuniati mengaku mulai bekerja selaku buruh basuh pada tahun 1995. Pekerjaan itu dia lakoni sesudah sang suami keluar dari daerah melakukan pekerjaan . Dari penghasilan sebagai buruh basuh dan menyetrika baju inilah Yuniati menyekolahkan kedua buah hatinya.

“Ya, dari hasil mencuci ini aku menyekolahkan kedua anak saya. Pagi, siang, malam, aku mencuci untuk anak,” tutur beliau.

Wanita ini juga bertutur, melakukan pekerjaan siang dan malam mencuci baju tidak akan menjadi persoalan selama kedua buah hatinya bisa sekolah. Dia percaya, dengan pendidikan yang tinggi, seseorang mampu mengganti taraf hidupnya.

“Saya tidak mau bawah umur saya hidup ibarat ini. Saya ingin mereka bisa hidup enak,” kata ia.

Bila dihitung secara rasional, penghasilan menjadi buruh cuci yang hanya Rp 250.000 per bulan tak akan cukup untuk membiayai hidup mereka. Namun, Yuniati yakin, dengan kerja keras, segala sesuatu niscaya ada jalan keluarnya.

  √ Hari Guru Diberbagai Negara Di Dunia

“Saya makan nasi sama daun pepaya enggak apa-apa, yang penting ada biaya untuk sekolah anak. Itu yang terpenting,” kata dia.

Berkat perjuangan keras Yuniati, Satya Candra Wibawa Sakti mampu menempuh kuliah S-1 di jurusan Kimia Universitas Neger Yogyakarta (UNY), kemudian melanjutkan S-2 di jurusan Kimia UGM pada tahun 2008, dan dikala ini menempuh jenjang S-3 di Universitas Hokaido, Jepang. “Sakti senantiasa mampu beasiswa. Di Jepang ini, dia juga sanggup beasiswa dari Dikti,” tutur Yuniati.

Sementara itu, anak kedua Yuniati, Oktaviana, telah lulus dari Akademi Perawat Bethesda. Saat ini, putri keduanya ini bekerja menjadi perawat di Rumah Sakit Harjo Lukito. “Alhamdulillah, lega. Anak kedua saya sudah lulus dan bekerja. Sakti dalam waktu dekat lulus dari sekolahnya di Jepang,” ucap dia sambil meneteskan air mata.

Berutang

“Bayar uang kuliah S-1 Sakti Rp 4 jutaan, setengahnya mampu pemberian Dinsos. Setelah itu, Sakti mampu beasiswa,” ucap ia.

Sementara itu, ongkos kuliah Oktaviana yaitu sekitar Rp 2 jutaaan per bulan. Biaya asrama Rp 600.000 dan satu mata kuliah Rp 90.000. “Kalau dipikir, ya mampu gila bayar sebanyak itu, namun harus dijalani,” kata beliau.

Demi mengeluarkan uang sekolah kedua anaknya, Yuniati pun terpaksa “buka lubang tutup lubang”. Ia berutang ke beberapa bank. “Semua bank telah saya coba, mulai dari yang bunganya besar sampai yang kecil. Ini demi periode depan anak,” ucap dia.

Utang ini pun ditanggungnya sendiri. Dia tidak menceritakan bisnisnya itu terhadap kedua buah hatinya. “Saya saja yang tahu, semoga mereka fokus belajar saja,” ujar ia.

Sampai ketika ini, jikalau ditotal, beliau masih harus mengeluarkan uang utang sekitar Rp 30 jutaan. Beruntung, kedua anaknya terhitung sudah bisa membiayai hidup sendiri sehingga hasil dari mencuci mampu dipakai untuk mencicil utang. “Melihat mereka senang dan berhasil, aku bahagia,” kata beliau lagi.

  √ 5 Alasan Seseorang Menentukan Profesi Guru

Yuniati kemudian berujar, “Gusti ora bakal maringi ujian ngluwihi kesanggupan umatnya (Tuhan tidak akan memperlihatkan cobaan melebihi kesanggupan umatnya).”


Sumber https://wirahadie.com