Dikutip dari situs wikipedia.org, berikut pengertian dari Olimpiade Sains Nasional.
Olimpiade Sains Nasional (OSN) yakni ajang bersaing dalam bidang sains bagi para siswa pada jenjang Sekolah Dasar, SMP, dan Sekolah Menengan Atas di Indonesia. Siswa yang mengikuti Olimpiade Sains Nasional adalah siswa yang sudah lolos seleksi tingkat kabupaten dan provinsi dan kesannya yakni siswa-siswa terbaik dari provinsinya masing-masing.
Namun kali ini, kami tidak membicarakan OSN yang lebih berukuran Nasional. Tapi, kali ini kami akan menceritakan pengalaman kami mengikuti lomba sains di pondok pesantren Cendekia Darul Lutviah Murnia (DLM) di Aik Lomak kecamatan Aikmel, Lombok Timur, provinsi Nusa Tenggara Barat.
Berikut cerita selelngkapnya….
Saat mengikuti aktivitas pembukaan olimpiade sains CSC kemarin, kami sungguh takjub atas sambutan ‘mudhir’ atau pimpinan ponpes Cendekia yaitu Dr. H. M. Mugni Sn., M.Pd. M.Kom. Saat pidato pembukaan olimpiade sains di Cendekia dia memaparkan bagaimana kecintaan dia terhadap ilmu wawasan dan haus akan ilmu, dan menerima banyak gelar sarjana dari kegiatan studi yang berlainan-beda yaitu gelas Drs. dari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di FKIP Universitas Mataram, gelar S.S. dari UNW Mataram dengan prodi Sastra Inggris, gelar S.H. dari Fakultas Hukum UNW Mataram, dan gelar S.Sos.I dari IAIH Hamzanwadi Lombok Timur. Dan melanjutkan aktivitas pasca sarjana dua kali dengan acara studi yang berbeda-beda juga yaitu gelar M.Pd. dan M.Kom. Kemudian pendidikan terakhir dia yakni S3 dengan gelar Doktor Pendidikan. Sungguh prestasi yang hebat!
Nama Cendekia telah tidak absurd lagi di pendengaran aku, namun saya baru pertama kali berkunjung ke sana saat kompetisi sains kemarin. Saya sangat terkesan dari desain pendidikan yang dipraktekkan di Ponpes Cendekia DLM Aik Lomak, karena mereka lebih mengutamakan rancangan kearifan lokal dan menjunjung tinggi nilai budaya budbahasa Sasak Lombok, yaitu kelas atau tempat mencar ilmu mereka didesain dengan memakai ‘berugak’ (Rumah-rumahan etika Sasak Lombok) yang menjadi ciri khas budbahasa suku Sasak, di atas berugak dibuat ruangan khusus untuk para pengasuh santri, di bawah berugak terdapat kolam ikan dengan genangan air yang begitu deras mengalir secara alami, dan uniknya lagi di sana mesti menggunakan bahasa inggris dan bahasa arab yang menjadi syarat wajib bagi santri dalam berkomunikasi baik sesama santri maupun kepada ustadz dan ustadzah mereka.
Konsep mencar ilmu yang sungguh mengasyikkan, jauh dari perkotaan dan suasana lingkungan berguru yang masih alami, belum tersentuh budaya luar yang bisa menunjang proses pembelajaran dan pembentukan aksara yang baik bagi santri alasannya adalah santri tidak mampu berinteraksi dengan lingkungan penduduk menyerupai imbas pergaulan anak cukup umur, dll. Karena jauh dari pemukiman warga setempat. Sangat unik dan menawan sekali desain belajar yang diterapkan oleh ponpes Cendekia DLM Aik Lomak. Semoga semakin banyak ponpes-ponpes yang bernuansa ibarat ini terutama di kabupaten Lombok Timur, yang lebih mengedepankan budaya setempat namun tidak inginkalah dengan perkembangan dunia internasional karena mereka menerapkan siswa harus diwajibkan menggunakan bahasa Inggris dan bahasa Arab.
*Suber foto : Dokumentasi langsung dan diambil dari grup facebook ponpes Cendekia
#Guru IPA MTs NS Wanasaba
Sumber https://wirahadie.com