Cara membuat buku, selain mengangkat citra intelektualitas si penulis, pula mampu dijadikan sebagai kegiatan berwirausaha bahkan dgn modal yg apa adanya.
Cara membuat buku yaitu aktivitas yg banyak manfaat. Sangatlah keliru, bila ada orang yg tak yakin dengan statement ini. Hal itu dikarenakan, banyak dr mereka yg menyaksikan kegiatan cara membuat buku adalah kegiatan yg buang-buang waktu saja. Walaupun menyantap waktu yg tak sedikit, manfaat yg dapat diperoleh seimbang dgn waktu yg dibayar. Salah satu manfaatnya yaitu potensi berwirausaha dgn cara membuat buku.
Sebelum berbicara lebih jauh ihwal hubungan wirausaha dgn cara menciptakan buku, mari kita ricek kembali ihwal makna berwirausaha.
Dalam kajian etimologi bahasa, wirausaha diambil dr kata wira yang memiliki arti pejuang atau hero, dan usaha yang mempunyai arti amalan pekerjaan. Jika kedua kata tersebut digabung maka jadilah makna yg bermakna seorang pejuang yg berzakat dgn mengamalkan suatu pekerjaan. Secara umum, orang mengerti bahwa seorang wirausaha yaitu seorang yg melakukan pekerjaan dgn membuka lapangan kerja itu sendiri, bukan yg melakukan pekerjaan pada orang lain.
Lalu, apa hubungannya wirausaha dgn cara menciptakan buku? Apakah dgn cara membuat buku kita mampu menjadi pebisnis? Memangnya cara menciptakan buku ada relevansinya dgn wirausaha? Jika Anda masih bertanya-tanya, mari kita berkaca pada kisah Agoeng Widyatmoko.
Menjadi Penulis Setelah di-PHK
Pria kelahiran Yogyakarta ini melakukan gebrakan yg sangat kontroversial dlm hidupnya sesudah ia di-PHK dr perusahaan, kawasan ia mencari nafkah. Mungkin, banyak dr kita pasti akan berupaya untuk mencari pekerjaan gres sehabis menjadi seorang pengangguran, namun tak bagi Agoeng. Ia justru menentukan untuk tak melakukan pekerjaan lagi. Terlebih lagi, Agoeng justru memilih untuk cara menciptakan buku, suatu pekerjaan yg peluangnya masih sangat tak terang pada saat itu. Agoeng percaya bila berwirausaha bukanlah pekerjaan yg menciptakan produk yg untuk dikonsumsi semata. Namun, membangun sebuah usaha bisnis bisa apapun itu bentuknya.
Beruntungnya, Agoeng Widyatmoko memiliki pengalaman di bidang jurnalistik sebagai wartawan. Dengan bekal tersebut ia hasilnya membuat buku pertamanya di tahun 2005. Buku tersebut berjudul, “Cara Jitu Mendapatkan Kredit di Bank – Panduan untuk UMK”. Sayangnya, dgn pengalamannya selaku wartawan tersebut, belum membuahkan hasil yg membuat puas. Buku tersebut gagal di pasaran. Hal itu kemungkinan besar disebabkan oleh; tak ada yg begitu tahu perihal pengalaman wirausaha Agoeng, sehingga orang memandangnya sebelah mata.
Pantang Menyerah untuk Tetap Cara menciptakan buku
Akan tetapi, Agoeng tak pantang mengalah dlm cara membuat buku. Buku kedua pula bertema kewirausahaan pada 2006 dgn judul “100 Peluang Usaha”. Buku tersebut tak begitu menceritakan pengalaman Agoeng, tetapi lebih pada analisa pasar menurut sudut pandang Agoeng. Lantas buku tersebut sukses besar menjadi best seller. Penyebab khususnya adalah buku dgn jenis mirip itu tak sebanyak sekarang. Zaman sekarang kita dapat mencari buku ihwal kewirausahaan di internet, & buku-buku tersebut niscaya akan menyanggupi halaman perta search engine Google.
Semenjak itu, buku milik Agoeng dicetak sebanyak 7 kali. Popularitas Agoeng pula meningkat seiring banyaknya seminar yg ia selenggarakan. Hingga, keberhasilan yg paling membanggakan ialah dua buku biografi yg sempat ia buat, kemudian masuk serta dibahas khusus di acara Kick Andy.
Membuka Lapangan Usaha
Agoeng Widyatmoko menjadi pebisnis, sebenar-benarnya pengusaha, sejak menikah dgn Anita Marfi di tahun 2007. Agoeng bersama istrinya kemudian membuka jasa penulisan berjulukan Dapur Tulis. Mereka bertekat untuk membangan bisnis ini dengan-cara totalitas. Saking totalitasnya, istrinya sendiri bahkan rela keluar dr pekerjaan sebelumnya untuk sekedar menjual jasa perusahaannya. Di segi lain, Agoeng bertugas selaku pengontrol kualitas goresan pena mudah-mudahan jasanya mempunyai nilai jual yg tinggi.
Pada masa itu memang masih belum banyak jasa penulisan. Untuk menerima klien, Agoeng rela berlangsung jauh mencari klien bahkan dengan door to door – tak seperti kini, banyak akses yg mampu dipakai dlm penjualan mirip internet. Jasa paling banyak diminta dr klien ialah jasa pembuatan annual report, buku biografi, atau pula mengisikan situs perusahaan atau perorangan.
Usaha tersebut dijalankan bermodal rumah kontrakan sepetak. Di rumah tersebut tempatnya sempit, tak memungkinkan ia mengajak klien ke tempat tinggal. Justru dr daerah tersebut, pasangan suami- istri ini, sepakat untuk saling menghibur dlm kekurangan .
Serius melaksanakan bisnis jasa penulisan. Dari sekian puluh klien dijumpai, maka datanglah klien pertama dr rekomendasi sobat sang istri. Inilah menjadi titik bangkitnya perjuangan mereka. Cuma bermodal obrolan ringan di kampus Depok. Tidak tanggung-tanggung, klien tersebut menciptakan jasa penulisan Agoeng menjadi diangkut di situs web lembaga rekreasi internasional, Singapore Tourism Board.
Menjadi klien pertama sekaligus membuka referensi pekerjaan sejenis. Agoeng mulai mendapat pekerjaan lebih banyak lagi. Dari mulai mengangkat karyawan & beberapa freelancer, hingga membuatkan beberapa layanan jasa menulis. Hingga pada alhasil perusahaan tersebut mencapaian pencapaian tertinggi. Mereka dipercaya oleh pemerintah untuk mengatasi yg Annual Report ASEAN Secretariat, yg kemudian dipakai dlm konferensi ASEAN Summit 2011 di Bali oleh Presiden Amerika, Barack Obama.
Berkat usaha jasa penulisan, Agoeng dapat membangun rumah kantor di Depok, Jawa Barat. Hasil tersebut diperolehnya cuma selama setahun setengah saja. Tetapi perlu ditekankan, namanya usaha berbasis kreatifitas susah dijumlah nominal. “Sebab, bisnis berbasis kreatifitas tak ada standar harganya,” tuturnya.
Agar omzet tetap, Agoeng menentukan menyasar LSM & yayasan, disinilah pasar dianggapnya banyak serta memiliki nilai sosial. Agoeng & rekan setimnya, sekarang aktif membagikan ilmu menulis, dengan-cara formal maupun lewat seminar, & pula lewat lembaga pelatihan menulis.
Ia menginginkan orang kian banyak paham soal nilai tulisan. Karya tulis merupakan mendidik, menjadi satu cara mewariskan ke anak cucu. “Bukan semata soal duit,” tandasnya. Agoeng pun bersyukur lantaran pernah di-PHK, karena disanalah jiwa wirausahaanya lahir & berkembang seperti kini.
Jangan sepelekan kata-kata. Dengan susunan yg positif, kata mampu membangun jiwa, menggerakkan raga, mewujudkan harapan menjadi nyata! Caranya? Mulailah dgn menulis apa saja yg menurut Anda berguna. – Agoeng Widyatmoko
Begitulah salah satu dr sekian kisah wirausahawan yg sukses dgn caranya masing-masing. Bahkan, dgn cara cara menciptakan buku, Anda pula mempunyai potensi yg sama untuk sukses. Tuhan memperlihatkan banyak pintu rezeki untuk Anda, tinggal apakah Anda ingin mengetuknya atau tidak. Jikalau pintu tersebut tak terbuka, masih ada pintu-pintu yg lain. Maka, pantanglah mengalah!
Semoga berfaedah!
Referensi:
- http://www.pengusaha.us/2016/03/diphk-menjadi-penulis-pengusaha.html diakses pada tanggal 23 Juni 2016 pukul 16:30 WIB.
- http://www.ubaya.ac.id/2014/content/articles_detail/45/Berkarya-dan-Berwirausaha-dengan-Menulis-Buku.html diakses pada tanggal 24 Juni 2016 pukul 09:00
- https://ricoferianto.wordpress.com/2014/11/04/kisah-sukses-agoeng-widyatmoko-wartawan-phk-yang-berhasil-jadi-penulis/ diakses pada tanggal 24 Juni 2016 pukul 10:25
[Mas Aji Gustiawan]