√ Cara Membuat Buku Sendiri: Dari Teori atau Praktik?

Cara membuat buku sendiri membutuhkan teori & praktik. Penulis perlu tahu tatkala untuk praktik & menerapkan teori.

Dalam cara membuat buku sendiri akan dijumpai tantangan bagi para penulis buku pemula. Namun untuk menghadapi tantangan-tantangan yg ada, terdapat beberapa cara yg mampu dijadikan selaku pedoman untuk menyelami dunia penulisan buku sebelum mengantarkan naskah ke penerbit buku.

Untuk memulai menggeluti dalam cara menciptakan buku sendiri, seseorang tak perlu mengkhawatirkan masalah teori. Menulis buku intinya mampu diumpamakan mirip halnya berenang. Hal yg paling penting dijalankan adalah masuk dulu ke dlm kolam renangnya. Setelah masuk ke dalam cara menciptakan buku sendiri, seorang penulis pemula dapat memulai praktiknya.

Teori mampu dipikirkan setelah seorang penulis pemula ke dlm zonanya. Jika seorang penulis pemula sudah mengawali membaca teori ini & itu, lebih baik ia tak terkungkung & terbatas pada teori yg sudah dibacanya itu. Segera kesampingkan teori-teori tersebut & langsung saja mulai menulis buku. Teori-teori yg pernah didengarkan pula semestinya tak terlalu direnungi atau dijadikan selaku anutan utama untuk menulis. Dalam hal ini bukan berarti teori-teori yg sudah ditemukan penulis tak berkhasiat untuk dirinya saat menulis buku.

Penulis pemula cuma perlu menghimpun niat untuk memulai praktiknya. Mengingat teori menulis akan menyebabkan penulis pemula terpenjara. Secara tak eksklusif ia akan menghemat kebebasannya dlm menulis. Tatkala kebebasannya terbatasi, ia bisa saja berhenti menulis di tengah jalan & terjebak di satu titik saat kekurangan wangsit. Ketidakbebasan dlm menuls pula mampu menghambat dirinya sendiri untuk memulai menulis. Hal ini berseberangan dgn prinsip menulis, yaitu tak membatasi diri untuk menuangkan ilham ke dlm goresan pena.

  √ 4+ Langkah Awal Supaya Penyebar-Ilmu Menerima Naskah Tulisan Anda!

Seorang penulis perlu terus menjajal meskipun terkadang mengalami kegagalan. Jika dlm praktiknya seorang penulis menemui kegagalan, barulah ia berusaha mencari teori yg paling cocok untuk dipraktekkan. Bisa juga, tatkala si penulis sudah tak lagi memiliki pandangan baru untuk dituliskan alias sudah mentok, barulah ia mampu memakai teori untuk membantunya menulis lagi. Ia bisa mengeksplorasi aneka macam macam teori menulis. Si penulis dapat menanyakan teori-teori menulis yg dapat meningkatkan kualitas tulisannya.

Keutamaan teori menulis mampu ditemukan oleh para penulis pemula tatkala mereka sudah mulai menulis sepuluh, atau dua puluh halaman. Teori itu akan makin terasa tatkala penulis sudah mendapati dirinya menuliskan lima puluh hingga ratusan halaman, bahkan menulis sebuah buku. Tatkala sudah menulis dlm jumlah kata atau halaman yg banyak, seorang penulis pemula gres dapat menemukan banyak teori yg tak akan ia perkirakan sebelumnya. Ia bahkan akan menemukan teori yg lebih detail untuk dipraktekkan dlm tulisannya.

Sebaliknya, tatkala seorang penulis pemula tak memulai menyematkan wangsit-idenya dlm bentuk goresan pena, teori yg sudah dipelajarinya menjadi kurang bermakna. Teori menulis cuma akan menjadi sampah yg menumpuk di otak sebab tak dipraktekkan. Bukannya menciptakan seseorang menjadi cerdas dlm menghasilkan tulisan, terlampau banyak teori akan menambah beban otak & tak berkhasiat alasannya adalah tak terpakai.

Jadi akan lebih baik jika penulis lebih condong menjalani praktik ketimbang mempelajari banyak teori. Berlatih sebanyak mungkin kemudian gres berguru wacana teori-teori menulis jauh lebih memudahkan seorang penulis pemula untuk menghasilkan karya-karya yg patut dibaca & dipublikasikan. Teori mampu dijadikan sebagai sarana memperbaiki tulisan yg sudah ada.

Untuk menjadi seorang penulis buku yg hebat, perlu konsistensi dlm menghasilkan goresan pena. Seorang penulis mesti bersungguh-sungguh & berkomitmen untuk benar-benar tekun dlm menulis buku. Semakin banyak ia berlatih, kian lincah pula ia dlm menulis. Hambatan dlm menulis buku pula kian usang kian berkurang tatkala ia sering berlatih & membiasakan diri menciptakan karya. Hal ini merupakan tahapan kasatmata untuk meraih titik kesuksesan selaku seorang penulis.

Awalnya, seorang penulis pemula dapat menciptakan goresan pena mengenai apapun, tak mesti banyak tetapi sedikit demi sedikit. Lama-kelamaan goresan pena ini menjadi banyak. Upaya ini pula akan menciptakan manfaat bagi penulis gres. Latihan menulis yg sering meskipun sedikit demi sedikit akan melatih otot-otot jari tangan, otot mata, & urat saraf untuk mencicipi kebiasaan gres ini. Anggap saja tahapan tersebut ialah tahap warming up atau pemanasan. Manfaat lebih besar pula akan terasa tatkala si penulis sudah melakukan kebiasaan tersebut dlm waktu yg usang. Lebih lanjut, si penulis akan andal dgn sendirinya. Untuk mencapai tahapan ini, tentunya ia mesti bersabar dlm mempraktikkan kebiasaan menulis.

Di segi lain, sesudah penulis pemula berpengalaman dlm praktik, perlu sekali ia mempelajari teori menulis. Teori-teori yg diresapinya, baik lewat membaca atau mendengar, akan dibutuhkan untuk menyeimbangkan praktiknya. Keseimbangan praktik & teori itu penting. Hal ini dapat dijadikan landasan untuk naik ke level yg lebih tinggi dlm menulis. Teori akan merangsang kemajuan kualitas tulisan. Untuk menyelaraskan teori & praktik, seorang penulis mampu memakai cara-cara berikut.

  1. Mempelajari sebanyak-banyaknya teori setelah terus-menerus melakukan praktik. Teori yg dipelajari mampu berasal dr penulis pertama, sesama rekan penulis, atau orang yg dianggap lebih hebat dlm menulis.
  2. Dari banyak teori yg ada, terapkan atau aplikasikan teori yg paling pas dgn cara kita menulis. Dengan begitu, teori akan berguna untuk membuatkan praktik.
  3. Terus bereksperimen dgn teori lainnya supaya lebih banyak penguasaan terhadap teori. Terus menjajal itu penting, sampai betul-betul diperoleh hasil yg memuaskan. Hasil yg memuaskan ini adalah pencapaian tertinggi dlm penguasaan teori. Di sini penulis akan tahu & dapat menentukan teori yg cocok & tak cocok untuk dirinya di kemudian hari.
  4. Merenungi kembali tulisan untuk menerima teori-teori baru setidaknya untuk diri sendiri. Secara tak pribadi diri sendiri akan memerhatikan hal-hal yg bisa dijadikannya selaku standar untuk menulis kembali. Walaupun mampu dimengerti bahwa tak semua hal yg bisa dijadikan aliran diri sendiri cocok untuk orang lain.
  5. Terus mengaplikasikan teori-teori yg pas untuk diri sendiri dr waktu ke waktu biar kemampuan menulis semakin meningkat.

Teori & praktik sebetulnya memiliki tingkat kepentingan yg sama dlm konteks menulis buku untuk diterbitkan penerbit buku. Hanya saja penulis perlu memperkirakan dikala-dikala yg sempurna untuk praktik kemudian mempelajari teori penulisan. Ia pula perlu menyeimbangkan keduanya biar tulisan yg ia hasilkan menjadi karya yg patut dibaca, dipublikasikan, serta berfaedah bagi orang lain. Dengan begitu, ia akan merasakan manfaat dr proses menulis buku hingga membawa karyanya ke tahap publikasi.

Demikian artikel ihwal Cara Membuat Buku Sendiri: Dari Teori atau Praktik? Semoga bermafaat.

 [Wiwik Fitri Wulandari]

 

Referensi:

  1. http://caramenulisbuku.com/teori-menulis/teori-menulis-pemula.htm
  2. http://dokumen.tips/documents/273-cara-jitu-menyelaraskan-antara-teori-dan-praktik-menulis.html