√ Arti Biwir Teu Diwengku Létah Teu Tulangan

wargamasyarakat.org, Sampurasun baraya Sunda. Pernah mendengar peribahasa Sunda biwir teu diwengku létah teu tulangan? Simkuring akan coba jelaskan dengan-cara singkat pada artikel ini.

Sebelum menjelaskan maksud atau arti peribahasa biwir teu diwengku létah teu tulangan, yuk cari tahu dulu arti kata per kata yg menyusun peribahasa tersebut.

Biwir

Bahasa Indonesia-nya biwir adalah bibir. Biwir merupakan bahasa Sunda loma (akrab), bahasa halusnya atau lemesnya yakni lambey.

Untuk peribahasa ini kata biwir tak bisa diganti dgn kata lambey meskipun berbicara dgn orang yg dihormat.

Teu

Teu dlm bahasa Indonesia artinya tidak. Teu merupakan akronim dr henteu.

Diwengku

Diwengku berasal dr kata dasar wengku, dalam bahasa Indonesia artinya rangka penguat bibir anyamanPerabot dapur yg diwengku antara lain nyiru, ayakan, & boboko. Diwengku berarti diperkuat bibir anyamannya mudah-mudahan anyaman tak terurai.

Létah

Dalam bahasa Indonesia létah bermakna pengecap. Létah adalah bentuk loma, bahasa Sunda halusnya ilat.

Tulangan

Tulangan berasal dr kata tulang. Dalam bahasa Indonesia, tulangan artinya bertulang.

Makara kalau dirangkai dr arti kata perkata, terjemah biwir teu diwengku létah teu tulangan yaitu bibir tak diperkuat pengecap tak bertulang.

Maksud Biwir Teu Diwengku Létah Teu Tulangan

Peribahasa biwir teu diwengku létah teu tulangan mempunyai kesamaan arti dgn peribahasa lidah tak bertulang. Artinya bicara asal bunyi tanpa dipikir lebih dulu, yg akhirnya menyakitkan hati orang.

Contoh kalimatnya:

Abong biwir teu diwengku létah teu tulangan, nyarita dapon engab wae.

Artinya: Dasar lidah tak bertulang, bicara asal bunyi saja.

Peribahasa ini merupakan sindiran bagi orang yg suka bicara tanpa dipikirkan hasilnya atau bicara menyakiti perasaan orang lain.

  √ Arti Kawas Gaang Katincak dan Contoh Kalimatnya

Ada pula yg mengartikan peribahasa biwir teu diwengku létah teu tulangan yakni mudah bicara namun sulit melaksanakannya atau omongannya tak mampu dipegang.

Intinya, maksud peribahasa Sunda ini kalau bicara asal suara tak dipikirkan dulu benar atau salah, menyakiti atau tidak, bisa dipegang atau tidak.

Demikian, gampang-mudahan klarifikasi ini ada manfaatnya.