close

√ 5 Falsafah atau Pandangan Hidup Orang Sunda

wargamasyarakat.org, Salam Haneut! Falsafah Sunda atau persepsi hidup orang Sunda tercermin dlm tradisi lisan & sastra Sunda, namun hasil pedoman kolot Sunda baheula tak banyak yg tertulis.

Pandangan karuhun Sunda mengenai kehidupan banyak diturunkan melalui tradisi verbal. Tetapi belakangan masyarakat Sunda mengalami pergantian sehingga falsafah hidup karuhun tak lagi disampaikan pada anak-cucu. Alhasil, kaum milenial Sunda hampir tak mengenal pandangan hidup nenek moyang Sunda.

Dikutip dr makalah Kajian ihwal Falsafah Sunda yg ditulis oleh Ajip Rosidi pada Agustus 2006, falsafah Sunda dibagi menjadi lima kelompok, yakni:

  1. persepsi hidup tentang insan selaku pribadi;
  2. pandangan hidup tentang hubungan manusia dgn penduduk ;
  3. pandangan hidup tentang korelasi manusia dgn alam;
  4. persepsi hidup ihwal relasi manusia dgn Tuhan;
  5. pandangan hidup tentang insan dlm mengejar-ngejar pertumbuhan lahiriah & kepuasan batiniah.

Kesimpulan mengenai persepsi hidup orang Sunda itu bukan hasil ngawangwang (menerka-ngira), tetapi hasil kajian tim peneliti yg dipimpin oleh Prof. Dr. Édi Ékadjati. Penelitian dilaksanakan sebanyak tiga tahap. Objek observasi ialah kalangan elit & penduduk Sunda pada umumnya dr banyak sekali profesi dgn rentang usia 17-60 tahun.

Ringkasan isi persepsi hidup orang Sunda yaitu selaku berikut:

1. Manusia selaku pribadi

Manusia mesti memiliki tujuan hidup yg baik, yakni hidup makmur, hati tenang & nyaman, mendapat kemuliaan, tenang, merdeka & mencapai kesempurnaan di akhirat.

Untuk mempunyai tujuan hidup yg baik, mesti punya guru yg akan menuntunnya ke jalan yg benar.

2. Hubungan insan dgn penduduk

Orang Sunda berpandangan bahwa hidup harus rukun, erat dgn tetangga & lingkungan, saling hormat & bertatakrama, sopan dlm berkata, perilaku & kelakuan. Harus saling mengasihi sesama anggota masyarakat.

3. Hubungan insan dgn alam

Manusia harus senantiasa sadar bahwa dirinya cuma serpihan kecil dr alam semesta. Lingkungan alam memperlihatkan manfaat yg maksimal apabila dijaga kelestariannya & dipakai seperlunya saja. Sebaliknya, jika alam digunakan dengan-cara berlebihan apalagi kalau dirusak, akan menimbulkan malapetaka & kesengsaraan.

Orang Sunda disarankan biar “siger tengah”, yaitu tak kekurangan tetapi tak berlebihan. Menggunakan alam bukan untuk kemewahan, tetapi cuma untuk menyanggupi keperluan sehari-hari. Dengan demikian tak menyedot atau memeras alam dengan-cara berlebihan.

4. Hubungan insan dgn Tuhan

Orang Sunda yakin akan adanya Tuhan, oleh alasannya adalah itu insan wajib berbakti & mengabdi pada Tuhan. Tuhan menghidupi mahluk-Nya, memberi kesehatan, memberi rizki & mematikannya pada waktunya.

5. Manusia dlm memburu pertumbuhan lahiriah & kepuasan batiniah

  • Menghindari kompetisi & lebih mengutamakan koordinasi;
  • Lebih menghargai musyawarah;
  • Bekerja keras & tak gampang menyerah;
  • Lebih memprioritaskan mutu hasil pekerjaan daripada kecepatan menyelesaikannya;
  • Tidak menunda pekerjaan yg belum selesai terlebih menyerahkannya pada orang yg bukan ahlinya;
  • Mau mengerjakan yg baik meskipun pekerjaan kasar;
  • Kesehatan dipelihara, makan cukup, busana higienis & layak, punya kedudukan, punya harta kekayaan;
  • Tidak terburu-buru menerima yg baru yg belum tentu baik & tak gampang meninggalkan yg berguna warisan nenek moyang;
  • Memperlihatkan rasa tanggung jawab, tak boros, selalu mengukur keinginan & keperluan dgn penghasilan, & senantiasa hidup sederhana;
  • Kreatif mencari lapangan kerja sendiri & yakin pada kekuatan sendiri, menyesuaikan diri dgn lingkungan, dgn perkembangan zaman & dgn kebiasaan yg berlaku di daerah hidupnya;
  • Berusaha mencapai hari depan yg lebih baik;
  • Mempelajari ilmu sampai fundamental sehingga dapat diamalkan.

Pandangan hidup orang Sunda salah tiganya tercermin dlm pepatah, kapamalian, babasan & paribasa yg diwariskan dengan-cara turun temurun melalui tradisi lisan.

Baca juga: 63 Pepatah Sunda keur Kahirupan & Artinya

Demikianlah, gampang-mudahan bermanfaat.

  Kesehatan Agama, Budaya Pada Penduduk Kalimantan