√ 4 Proses Pembentukan Kata Turunan Bahasa Sunda

wargamasyarakat.org, Salam Haneut! Seperti bahasa lainnya, bahasa Sunda pula terdiri dr kecap asal (kata dasar) & kata turunan. Kata dasar ada yg bisa pribadi menjadi kata, ada pula yg tidak.

Kata dasar yg mampu eksklusif jadi kata, contohnya: indit – pergi, alus – elok, imah – rumah, dll.

Kata dasar yg tak mampu eksklusif jadi kata, contohnya: alung, ablu , taek, dll.

Baik kata dasar yg mampu eksklusif jadi kata maupun yg tidak, mampu dijadikan kata kata turunan atau kata jadian gres. Contoh: Indit → inditna, inditkeun, indit-inditan, nginditan, arindit, dll.

Kata dasar & kata-kata turunannya memiliki arti yg berlainan. Proses pembentukan kata turunan dlm bahasa Sunda bisa melalui 4 cara, ialah sebagai berikut:

  1. Dengan afiksasi

Cara afiksasi adalah dgn menambahkan rarangken (imbuhan): hareup (awalan), tengah (sisipan), tukang (akhiran), & rarangken campuran (simulfiks).

Bentuk kata hasil afiksasi disebut kecap rundayan (kata jadian atau kata turunan). Contohnya:

  • Sare →kasarean, sasarena, sasarean, nyarean, sarekeun, sarean, dll.
  • Balik → balikan, balikna, babalik, balik-balik, bulak balik, pangbalikan, dll.

Baca juga: Arti & Contoh Kecap Rundayan

  1. Dengan reduplikasi

Dengan cara reduplikasi, yaitu dgn mengulangi kata dasar. Bentuk kata itu dinamai kecap rajekan (kata ulang). Contohnya:

  • Datang → datang-datang, datang-datangan
  • Seuri → seuseurian, sura seuri
  • Leumpang → leuleumpangan
  • Dar → dar der dor

Baca juga: Jenis & Contoh Kecap Rajekan atau Kata Ulang

  1. Dengan menggabungkan dua kata atau lebih

Cara ketiga ialah dgn memadukan dua kata atau lebih, sehingga membentuk satu kesatuan yg mengandung arti gres.

Kata yg dibentuk dgn cara ini dinamai kecap kantetan (kata majemuka tau kata gabungan). Contohnya:

  • Yang sederajat: kolot budak (bau tanah muda), indung bapa (ibu bapak), awewe lalaki (pria wanita).
  • Yang sama artinya: suka bungah (suka ria), lalar liwat (hilir mudik), koceak dengek (menjerit-jerit).
  • Yang menawarkan perlkalian: opat puluh (empat puluh), genep rebu (enam ribu), dll.
  • Yang tak ada relevansinya: kacapiring (nama pohon bunga), panonpoe (matahari), indung leungeun (jempol), dll.
  • Yang sudah menjadi babasan & paribasa: Gede hulu (besar kepala), hampang birit (tekun gampang disuruh), dll.

Baca juga: Contoh Kalimat Kantetan Satata & Seler Sumeler

  1. Dengan menyingkat

Dengan menyingkat dua kata atau lebih sehingga menjadi kata singkatan atau akronim. Kata hasil menyingkat disebut kecap wancahan. Contohnya:

  • Juragan → agan
  • Rama → ama
  • Bapa → apa
  • Abdi → abi
  • Jawa Barat → Jabar
  • Kabupatian → kabupaten

Baca juga: Contoh kecap wancahan, singkatan atau singkatan bahasa Sunda

Demikianlah penjelasan wacana proses atau cara pembentukan kata turunan dlm bahasa Sunda. Semoga berguna.

  √ Rineka Sora atau Gejala Fonologis dalam Bahasa Sunda