√ 4 Contoh Kebudayaan Non-Material di Masyarakat

Contoh Kebudayaan Non-Material

Pada dasarnya setiap arti budaya non material akan lebih susah untuk mampu berganti dengan-cara cepat. Hal ini lantaran berhubungan dengan dari ide, sikap, & kepercayaan suatu masyarakat.

Meski demikian, untuk aspek non material budaya & budaya material saling terkait satu sama lainnya. Untuk kongrit misalnya misal adanya objek fisik seringkali melambangkan pemikiran budaya, dimana tiket metro adalah objek material, tetapi mewakili bentuk budaya non-material di dalamnya akan ada tata cara sosial ekonomi yakni kapitalisme & penerimaan pembayaran transportasi.

Kebudayaan Non-Material

Budaya non-material ialah unsur budaya yg lebih mengacu pada ide non fisik yg dimiliki oleh individu & kelompok tentang bagian budaya didalamnya. Hal ini, termasuk kepercayaan, nilai, hukum, norma, moral, bahasa, organisasi sosial, & institusi.

Konsep yg terdapat dlm aspek budaya non-material dlm agama yg bisanya terdiri dr sekumpulan pemikiran & keyakinan wacana Tuhan, ibadah, akhlak, & etika. Keyakinan inilah kemudian, memilih bagaimana budaya menanggapi topik, isu, & kejadian keagamaannya.

Contoh Kebudayaan Non-Material

Adapun untuk acuan budaya non material, diantaraya yaitu;

  1. Ide

Dalam filsafat, ide lazimnya diambil selaku gambaran dr representasi mental dr suatu objek. Ide pula bisa berupa desain absurd yg tak hadir sebagai citra mental. Banyak filsuf menganggap ilham sebagai klasifikasi ontologis mendasar dr eksistensi.

Kapasitas untuk membuat & memahami makna wangsit dianggap sebagai fitur penting & menentukan manusia. Dalam pengertian terkenal, suatu wangsit timbul dengan-cara refleksif, spontan, bahkan tanpa fatwa atau refleksi serius, misalnya, tatkala kita membicarakan inspirasi perihal seseorang atau kawasan. Ide gres atau orisinal terkadang mampu menciptakan arti penemuan.

  1. Keyakinan atau Kepercayaan

Keyakinan adalah sikap bahwa ada sesuatu yg terjadi, atau bahwa beberapa proposisi wacana dunia yakni benar. Dalam epistemologi, filsuf menggunakan perumpamaan “keyakinan” untuk merujuk pada sikap tentang dunia yg bisa benar atau salah.

Mempercayai sesuatu mempunyai arti menganggapnya benar; Misalnya, untuk percaya bahwa salju itu putih sepadan dgn menerima kebenaran proposisi “salju itu putih“. Namun, memegang keyakinan tak memerlukan introspeksi aktif.

Misalnya, cuma sedikit yg memikirkan dgn cermat apakah matahari akan terbit besok atau tidak, hanya dgn perkiraan bahwa itu akan terjadi.

  1. Nilai

Dalam etika, nilai memperlihatkan tingkat kepentingan suatu hal atau bentuk tindakan sosial dgn tujuan untuk memilih tindakan apa yg terbaik untuk dilaksanakan atau cara terbaik untuk hidup (etika normatif), atau untuk menggambarkan pentingnya langkah-langkah yg berlainan.

Sistem nilai adalah keyakinan menjanjikan & preskriptif. Dimana nilai-nilai tersebut mempengaruhi perilaku etis seseorang atau merupakan dasar dr acara yg disengaja.

  1. Norma sosial

Norma sosial dapat dilihat sebagai produk budaya (tergolong nilai, budpekerti istiadat, & tradisi) yg setidaknya mewakili wawasan dasar individu tentang apa yg orang lain kerjakan & pikirkan yg harus mereka lakukan mudah-mudahan tak melaksanakan bentuk tindakan menyimpang.

Dari objek kajian sosiologi, norma sosial yaitu pemahaman informal yg menertibkan perilaku anggota suatu penduduk . Psikologi sosial mengakui unit kelompok yg lebih kecil (mirip tim atau kantor) pula mampu mendukung norma dengan-cara terpisah atau di samping ekspektasi budaya atau penduduk .

Itulah tadi postingan yg mampu diberikan pada semua golongan berkenaan dgn pola budaya non material yg mudah ditemukan dlm kehidupan bermasyarakat.

  √ Pengertian Etnosentrisme, Dampak, dan 3 Contohnya