Bagi seorang dosen menulis buku didik dr hasil observasi sangatlah penting. Selain mempermudah dosen dlm memyampaikan bahan asuh, pula mampu membantu mahasiswa memahami mata kuliah langsung dr hasil observasi yg ada.
Dalam pembuatan buku asuh dr hasil penelitian, semua duduk tentu mesti menampung sudut pandang jelas utamanya wacana prinsip-prinspi yg digunakan, pendekatan yg dianut, metode yg dipakai serta teknik-teknik pengajaran yg dipakai.
Susunannya pun harus terencana, sistematis, bermacam-macam, & kaya akan info. Selain itu mesti mempunyai daya tarik besar lengan berkuasa karna berhubungan langsung dgn mahasiswa. Pada artikel ini akan kami beberkan 3 tahapan penting dlm membuat buku latih dr hasil penelitian yg mempunyai pesona.
Daftar Isi
Gunakan Bahasa Sendiri
Pertama yg mesti diamati saat menulis buku ajar dari hasil observasi adalah bagaimana cara penulisannya. Usahakan untuk menulis buku bimbing dgn bahasa sendiri alias dgn menggunakan gaya bahasa sendiri yg didasarkan pada hasil pemikiran dr dosen itu sendiri.
Proses penulisan dgn cara ini mampu dimulai dgn pengumpulan terhadap berita-berita, memahaminya, kemudian melakukan kontemplasi & kerja sama pengertian-pengertian, kemudian menuangkannya ke dlm bentuk goresan pena dgn gaya bahasa dosen itu sendiri.
Dosen mampu menulis dgn memakai cara ini, dgn perkiraan bahwa dosen selaku penulis dianggap sebagai pakar dlm bidangnya. Dalam artian mempunyai kesanggupan menulis sekaligus kemampuan dlm memahami kebutuhan mahasiswa, yg berikutnya disebut sebagai pembaca.
Dalam proses ini dosen dianjurkan untuk menulis & menyusun dgn cara berkelompok atau berkolaborasi dgn beberapa dosen lain yg memiliki bidang keahlian sama (peer group). Hal ini dimaksudkan untuk mengembangkan kualitas tulisan & pengayaan inspirasi dlm menulis buku didik itu sendiri.
Ketika bahasa buku asuh dr hasil penelitian gampang dikenali & to the point, mahasiswa pun akan lebih gampang dlm mengetahui sehingga mereka bisa lebih mudah pula dlm mempelajarinya.
Pemilihan Diksi
Pemilihan diksi disebut pula penyeleksian kata yg tepat & pas. Diksi yg baik adalah yg disampaikan memakai pilihan kata yg sederhana. Hindari penggunaan bahasa yg terlalu tinggi atau melebarl, alasannya adalah justru menjadikan kesusahan pemahaman penerima didik.Pemilihan diksi yg tepat diubahsuaikan dgn usia pembaca. Jika diperuntukan untuk akademisi, maka dapat menggunakan diksi yg ilmiah.
Sebaliknya, jika pembaca ialah berasal dr kaum muda, maka diksi yg tepat menggunakan bahasa yg sesuai dgn mereka.Terkait penyeleksian diksi, penulis wajib melihat korelasi & keakurasian. Apakah diksi yg dipilih sesuai dgn situasi & cocok dipakai? Sebagai contoh, bila penulisan buku mengulas ihwal masakan, maka asing kalau pemilhan diksi menggunakan opsi kata yg sifatnya ilmiah.
Pengemasan Kembali Informasi
Menulis buku ajar dr hasil observasi yg menawan pula perlu memperhatikan teknik pengemasan kembali isu. Cara pengemasan kembali isu yaitu cara yg paling banyak digunakan oleh dosen dlm menulis buku asuh, terutama buku latih untuk perguruan tinggi.
Dimana dosen sebagai penulis tak menulis dr awal (from nothing or from scratch), akan namun lewat packing kembali info yg ada dgn bungkus baru & melakukan penyuntingan terhadap buku-buku yg dipakai selaku teladan. Dengan kata lain, menulis berdasarkan goresan pena penulis lain atau sumber goresan pena lain yg sudah ada sebelumnya.
Proses penulisan ini dimulai dgn melakukan pengkajian pada buku-buku pola (buku referensi), menangkap pokok pikirannya, kemudian menuangkan dlm bentuk goresan pena yg gres.
Salah satu teknik pengutipan yg banyak digunakan dlm cara penulisan dengen mengemas kembali informasi yaitu versi Horward. Meski begitu perlu dicatat, buku asuh yg baik bila kutipannya tak lebih dr 10 % dr keseluruhan isi buku itu sendiri.
Demikian 3 Cara Sederhana menulis buku bimbing dr hasil observasi mudah-mudahan memiliki pesona bagi mahasiswa. Semoga bermanfaat!
Kontributor: Novia Intan