Pengertian Ungkapan Tata Cara, Gosip, Dan Manajemen Berdasarkan Para Jago

Pengertian Istilah Sistem, Informasi, dan Manajemen
Informasi memegang peranan yang penting dalam setiap kehidupan insan, begitu pula dalam setiap organisasi senantiasa membutuhkan organisasi. Karena nyaris semua bidang acara dalam suatu orgnisasi tidak akan terlepas dari gosip sebagai sarana penunjang kelancaran aktivitas kinerja pegawai yang telah ditetapkan sebelumnya didalam badan organisasi. 
Sistem Informasi Manajemen terdiri dari tiga kata yang berlainan arti yang masing-masing kata tersebut memiliki pemahaman. Untuk mengenali pemahaman dari ketiga kata tersebut peneliti akan hidangkan secara terperinci sebagai berikut:
1. Sistem
Menurut usulan Oemar Hamalik dalam buku Pengelolaan Sistem Informasi (1993:19), mendefinisikan sebuah metode sebagai berikut:
Sistem adalah sebuah keseluruhan atau totalitas yang terdiri dari bab-bagian atau sub-sub metode atau komponen yang saling berintelerasi dan berinteraksi satu sama lain dan dengan keseluruhan itu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Gordon B. Davis dalam buku Management Information System yang diterjemahkan oleh Andreas Adiwardana dalam buku Kerangka Dasar Sistem Manajemen Jilid I (1999:67) mengemukakan pemahaman metode selaku berikut: Sistem ialah abstrak maupun fisik, absurd yakni suatu susunan terstruktur pemikiran atau konsepsi yang saling tergantung.
Menurut pendapat Onong Uchjana Effendy dalam buku Sistem Informasi Manajemen (1989:53) mengemukakan pengertian sistem sebagai berikut:
Sistem adalah suatu totalitas himpunan bagian-bab yang satu sama lain berinteraksi dan bahu-membahu beroperasi meraih sebuah tujuan tertentu didalam suatu lingkungan. Bagian-bab atau sub-sub sistem tersebut merupakan sebuah kompleksitas tersendiri, namun dalam kebersamaan mencapai suatu tujuan tersebut berlangsung secara serasi dalam ketentuan yang niscaya.
Menurut pertimbangan Onong Uchjana Effendy dalam buku Sistem Informasi Manajemen (1989:54) mengemukakan, bahwa model suatu tata cara yakni input, proses, dan output, hal ini sudah tentu ialah suatu metode dapat memiliki beberapa masukan dan keluaran.
Input ialah suatu bagian dimana tata cara tersebut dioperasikan, sedangkan output merupakan hasil dari operasi. Dalam pengertian sederhana output bermakna yang menjadi sebuah tujuan, target, atau sasaran pengoperasian dari suatu sistem. Sementara proses ialah aktivitas yang mampu mentransfer masukan input menjadi sebuah output. Dengan demikian jelaslah bahwa suatu tata cara atau sub tata cara mampu berisikan beberapa proses yang merubah input menjadi output dan proses tersebut disebut parameter metode yang ialah komponen-komponen pembentuk tata cara. Dari pendapat diatas, peneliti menyimpulkan bahwa sebuah sistem ialah kumpulan dari unsur-komponen, bab-bab, sub sistem atau bagian yang saling berkaitan satu dengan lainnya dalam menunjang pencapaian sebuah tujuan.
Peneliti akan mengemukakan definisi sistem menurut Azhar Susanto dalam bukunya Sistem Informasi Manajemen Konsep dan Pengembangannya (2002:18), ialah :
Sistem ialah kumpulan atau group dari sub tata cara atau bab atau unsur apaupun baik fisik maupun non fisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerjasama secara serasi untuk mencapai tujuan yang tertentu.
Jogiyanto Hartono dalam buku Pengenalan Komputer (2000:683) mendefinisikan sebuah tata cara, yaitu :
Suatu sistem dapat didefinisikan selaku suatu kesatuan yang berisikan dua atau lebih komponen atau sub metode yang berinteraksi untuk meraih suatu tujuan.
Sistem juga didefinisikan oleh Edhy Susanta dalam bukunya Sistem Informasi Manajemen (2003:4), menyatakan :
Sistem adalah selaku sekumpulan hal atau aktivitas atau unsur atau subsistem yang saling bekerja sama atau yang dihubungkan dengan cara-cara tertentu sehingga membentuk satu kesatuan untuk melakukan suatu fungsi guna meraih suatu tujuan.
Menurut Atin Hafidiah, Drs., Msi. dan Dusa Sumartaya, SE., Msi., Ak. dalam buku Sistem Informasi Manajemen Untuk Organisasi bisnis (2003:51-52), metode dapat diklasifkasikan dari beberapa sudut pandang, diantaranya selaku berikut:
1. Sistem diklasifikasikan selaku metode abstrak dan tata cara fisik
Sistem abstrak yaitu sistem yang berupa fatwa atau pandangan baru-wangsit yang tidak nampak secara fisik. Misalnya sistem teologi, yakni tata cara yang memiliki kegunaan bagi pedoman-ajaran kekerabatan antara Tuhan dengan insan. Sistem fisik merupakan tata cara yang ada secara fisik. Misalnya metode komputer, metode akuntansi, sistem bikinan dan sebagainya.
2. Sistem alamiah dan tata cara buatan insan
Sistem alamiah ialah sistem yang terjadi lewat proses alamiah, tidak dibuat manusia. Misalnya metode perputaran bumi. Sistem bikinan manusia yakni metode yang dirancang dan dibuat insan melibatkan interaksi antara insan dengan mesin (human machine system). Sistem akuntansi ialah bentuk human machine system sebab menyangkut penggunaan komputer yang berinteraksi dengan manusia.
3. Sistem tertentu (deterministic system) dan metode yang memungkinkan (probabilistic system)
Sistem tertentu beroperasi dengan tingkah laris yang telah dapat diprediksi. Interaksi diantara bab-bagiannya dapat dideteksi dengan pasti, sehingga keluaran dari sistem mampu diramalkan. Sistem komputer yakni deterministic system karena berdasarkan program-program yang dijalankan menghasilkan output yang mampu dipastikan. Sedangkan tata cara yang probabilistik ialah tata cara yang output yang dihasilkan tidak mampu diprediksi dengan kepastian yang tinggi. Misalnya metode akuntansi secara manual.
4. Sistem sederhana, kompleks dan sangat kompleks
Klasifikasi ini didasarkan atas banyaknya sub tata cara dan korelasi yang terjadi antara sub tata cara yang ada pada metode sederhana mempunyai sub tata cara yang sedikit dengan relasi yang sedikit atau sederhana. Sedangkan metode yang kompleks mempunyai sub metode dan kekerabatan yang lebih banyak ketimbang metode sederhana, demikian juga metode yang sungguh kompleks memiliki sub metode dan korelasi yang lebih banyak daripada sub metode kompleks relasi antara tingkat determinasi dan kompleksitas sistem.
5. Sistem terbuka dan tata cara tertutup
Sistem tertutup merupakan sistem yang tidak bekerjasama dan tidak terpengaruh dengan lingkungan. Sistem ini bekerja secara otomatis tanpa campur tangan dengan pihak luarnya. Sistem ini mampu bangun sendiri. Sistem ini tidak menyelenggarakan pertukaran bahan, gosip, atau tenaga dengan lingkungan. Contohnya tata cara reaksi kimia dalam suatu botol tertutup. Sistem tertutup demikian pada alhasil akan menjadi tidak terencana. Secara teoritis tata cara tertutup ini ada, tapi dalam kenyataannya tidak ada sistem yang betul-betul tertutup. Sistem terbuka menyelenggarakan pertukaran materi, isu dan energi dan lingkungan luarnya, oleh sebab itu mesti memiliki metode pengendalian yang baik. Sistem terbuka condong menyelenggarakan penyesuaian diri, yang mempunyai arti tata cara tersebut mampu menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan guna melangsungkan eksistensinya. Sistem terbuka mengatur sendiri dan mengganti organisasinya untuk menyikapi keadaan yang berlawanan.
Suatu metode memiliki karakteristik, Edhy Sutanta dalam buku Sistem Informasi Manajemen (2003:4-6), menyatakan karakteristik dari sebuah sistem, sebagai berikut :
1. Mempunyai komponen (components)
Komponen tata cara ialah segala sesuatu yang menjadi bab penyusun metode. Komponen metode mampu berbentukbenda positif ataupun abstrak. Komponen metode disebut selaku sub sistem, mampu berbentukorang, benda, hal atau kejadian yang terlibat didalam sistem.
2. Mempunyai batas (boundry)
Batas tata cara diharapkan untuk membedakan satu sistem dengan tata cara yang lain. Tanpa adanya batas sistem, maka sangat susah untuk menerangkan suatu sistem. Batas tata cara akan memberikan batas-batas scope tinjauan kepada tata cara.
3. Mempunyai lingkungan (environments)
Lingkungan metode yaitu segala sesuatu yang berada diluar metode. Lingkungan tata cara dapat menguntungkan ataupun merugikan. Umumnya, lingkungan yang menguntungkan akan selalu dipertahankan untuk menjaga keberlangsungan metode. Sedangkan lingkungan metode yang merugikan akan diupayakan agar memiliki pengaruh seminimal mungkin, bahkan kalau mungkin ditiadakan.
4. Mempunyai penghubung/antar paras (interface) antar komponen
Penghubung/antar tampang merupakan bagian metode, ialah segala sesuatu yang bertugas menjebatani korelasi antar komponen dalam metode. Penghubung/antar tampang merupakan fasilitas yang memungkinkan setiap unsur saling berinteraksi dan berkomunikasi dalam rangka melaksanakan fungsi masing-masing komponen. Dalam dunia komputer, penghubung/antar wajah mampu berupa berbagai macam tampilan obrolan layar monitor yang memungkinkan seseorang mampu dengan gampang mengoperasikan tata cara aplikasi komputer yang digunakan.
5. Mempunyai masukan (input)
Masukan merupakan bagian sistem, yaitu segala sesuatu yang perlu dimasukan kedalam sistem selaku bahan yang hendak dimasak lebih lanjut untuk menciptakan keluaran yang hendak dimasak lebih lanjut untuk menghasilkan keluaran yang berkhasiat. Dalam Sistem Informasi Manajemen, masukan disebut sebagai data.
6. Mempunyai pengolahan (processing)
Pengolahan merupakan unsur sistem yang mempunyai tugas utama mengolah masukan biar menciptakan keluaran yang berguna bagi para pemakainya. Dalam Sistem Informasi Manajemen, pembuatan adalah berupa acara aplikasi komputer yang dikembangkan untuk keperluan khusus. Program aplikasi tersebut bisa mendapatkan masukan, mengolah masukan, dan menampilkan hasil olahan sesuai dengan kebutuhan para pemakai.
7. Mempunyai keluaran (output)
Keluaran merupakan unsur sistem yang berupa berbagai macam bentuk keluaran yang dihasilkan oleh komponen pembuatan. Dalam Sistem Informasi Manajemen, keluaran adalah gosip yang dihasilkan oleh acara aplikasi yang mau digunakan oleh para pemakai selaku materi pengambilan keputusan.
8. Mempunyai sasaran (objectives) dan tujuan (goal)
Setiap bagian dalam sistem perlu dijaga supaya saling bekerja sama dengan keinginan semoga bisa mencapai sasaran dan tujuan metode. Sasaran berlainan dengan tujuan. Sasaran metode yaitu apa yang ingin dicapai oleh metode untuk rentang waktu yang relatif pendek. Sedangkan tujuan ialah keadaan atau hasil selesai yang ingin diraih oleh tata cara untuk rentang waktu yang panjang. Dalam hal ini, sasaran ialah hasil pada setiap tahapan yang mendukung upaya pencapaian tujuan.
9. Mempunyai kendali (control)
Setiap komponen dalam tata cara perlu senantiasa dijaga agar tetap bekerja sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Hal ini bisa dilaksanakan ada bab yang berperan menjaganya, yakni bab kontrol. Bagian kontrol mempunyai tugas utama mempertahankan semoga proses dalam sistem mampu berlangsung secara wajar sesuai batas-batas yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam sistem Informasi Manajemen, kontrol dapat berupa validasi proses, maupun validasi keluaran yang dapat dirancang dan dikembangkan secara terprogram.
10. Mempunyai umpan balik (feed back)
Umpan balik diperlukan oleh bab kendali (control) metode untuk mengecek terjadinya penyimpangan proses dalam tata cara dan mengembalikannya kedalam keadaan wajar .
Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa yang dimaksud dengan metode adalah serangkaian kegiatan yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya, dengan kata lain bahwa sistem adalah satu kesatuan atau sebuah kumpulan dari sub tata cara-sub metode yang saling berinteraksi dalam rangka pencapaian sebuah tujuan tertentu.
2. Informasi
Informasi ialah salah satu jenis sumberdaya yang paling utama yang dimiliki oleh sebuah organisasi apapun jenis organisasi tersebut. Tanpa isu maka tidak akan ada organisasi. Informasi melalui komunikasi menjadi perekat bagi suatu organisasi sehingga organisasi tersebut bisa bersatu. Melihat kiprahnya yang begitu penting bagi suatu organisasi maka informasi, sebagaimana sumberdaya yang lain, harus dikelola dengan baik.
Peneliti akan menyuguhkan beberapa pengertian perihal berita yang dikutip dari beberapa sumber yang dikemukakan para mahir. Menurut Oemar Hamalik dalam buku Pengelolaan Sistem Informasi (1993:20), mengemukakan bahwa:
Informasi ialah semua hal yang diharapkan dalam proses pembuatan keputusan, misalnya wawasan, fakta, data, angka, dan sebagainya. Informasi bermakna bagi pimpinan untuk membuat keputusan atau untuk mensugesti tingkah laku.
Menurut pendapat Onong Uchjana Effendy dalam Gordon B. Davis dengan bukunya Sistem Informasi Manajemen (1989:76), mengemukakan pengertian info selaku berikut:
Informasi ialah data yang telah diproses kedalam suatu bentuk yang memiliki arti bagi sipenerima dan mempunyai nilai aktual dan terasa bagi keputusan dikala itu atau keputusan mendatang.
Definisi Gordon B. Davis itu menandakan pengertian isu yang sempit, ialah pemahaman gosip dalam relevansinya dengan aktivitas administrasi. Akan namun dalam kenyataannya berita mempunyai pemahaman yang luas dari yang tercakup dalam acara manajemen saja.
Menurut R.J. Beisshon yang dikutip oleh Atin Hafidiah, Drs.,Msi. dan Dusa Sumartaya,SE.,Msi.,Ak. dalam bukunya Sistem Informasi Manajemen Untuk Organisasi Bisnis (2003:25), menyatakan bahwa:
Informasi diinterpretasikan (barangkali lebih luas) meliputi aba-aba dan data yang diterima seorang manajer sehari-hari, apakah itu terlihat berhubungan dengan pekerjaan atau tidak. Pendekatan seperti ini mengandung hal-hal mirip verbal muka dan gerak arahan sebagai informasi, demikian juga hal-hal yang lebih terang mirip memo dan pesan.
Selanjutnya Edhy Susanta dalam buku Sistem Informasi Manajemen (2003:10), menyatakan, selaku berikut;
Informasi ialah hasil pembuatan data sehingga menjadi bentuk yang penting bagi penerimanya dan mempunyai kegunaan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang dapat dicicipi kesannya secara eksklusif saat itu juga atau secara tidak eksklusif pada dikala mendatang.
Jogiyanto Hartono dalam bukunya Pengenalan Komputer (2000:692), informasi dapat didefinisikan, sebagai berikut :
Informasi adalah sebagai hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan suatu kejadian-peristiwa (event) yang positif (fact) yang digunakan untuk mengambil keputusan.
Adapun fungsi berita yaitu mengembangkan wawasan menghemat ketidakpastian atau keanekaragaman, memberi patokan, serta hukum-hukum keputusan untuk penentuan dan penyebaran gejala kesalahan serta umpan balik guna mencapai tujuan kontrol.
Informasi mesti mempunyai nilai bila info tersebut dapat mengakibatkan suatu pergeseran dalam langkah-langkah yang diambil. Meskipun sebuah data atau pernyataan seorang ahli mampu menawarkan pengetahuan, tetapi jika hal itu tidak menyebabkan pergeseran perilaku serta tindakan yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi, maka isu itu tidak bernilai. Menurut Burch dan Strater yang dikutip oleh Atin Hafidiah, Drs., Msi. dan Dusa Sunartaya, SE., Msi.,Ak. (2003:30) dalam bukunya Sistem Informasi Manajemen Untuk Organisasi Bisnis nilai info didasarkan pada sepuluh sifat sebagai berikut:
  1. Mudahnya dapat diperoleh (accesbility). Sifat ini menerangkan pada mudahnya dan cepatnya output informasi diperoleh, misalnya satu menit dibandingkan dua puluh empat jam.
  2. Sifat dan luasnya (comprehensive). Sifat ini menerangkan lengkapnya isi isu ini tidak mempunyai arti cuma mengenai volumenya, akan namun juga mengenai outputnya.
  3. Ketelitian (accuracy). Sifat ini berhubungan dengan tingkat kebebasan dari kesalahan.
  4. Kecocokan (appropriateness). Sifat menunjuk betapa baiknya output informasi dalam keterkaitannya dengan undangan pemakai. Isi gosip mesti ada hubungannya dengan problem yang sedang dihadapi.
  5. Ketepatan waktu (timeless). Sifat ini berafiliasi dengan waktu proses/siklus menciptakan info yang lebih pendek.
  6. Kejelasan (clarify). Menunjuk pada tingkat keleluasaan dari ungkapan-ungkapan yang tidak terperinci.
  7. Keluwesan (fleksibility). Dapat dipakai tidak cuma pada satu keputusan saja, namun lebih dari satu.
  8. Dapat dibuktikan/dicocokan (veriability). Dapat diuji oleh pemakai sehingga sampai pada kesimpulan yang serupa.
  9. Tidak mengandung praduga, tidak ada impian untuk menghasilkan atau mengubah gosip guna menerima kesimpulan yang telah dipertimbangkan atau diputuskan sebelumnya.
  10. Dapat diukur (measurrement), berita tersebut dihasilkan dari tata cara gosip formal dan legal. Meskipun kabar angin, sedas-desus, klonik dan sebagainya sering dianggap sebagai isu, maka hal tersebut diluar lingkup obrolan metode berita administrasi.
  Pemahaman Arbitrase Internasional
Suatu informasi dapat memiliki beberapa fungsi yang dikemukakan oleh Edhy Susanta dalam buku Sistem Informasi Manajemen (2003:27), antara lain :
1. Menambah wawasan
Adanya berita akan menambah pengetahuan bagi penerimanya yang mampu digunakan sebagai materi pendapatyang mendukung proses pengambilan keputusan.
2. Mengurangi ketidakpastian
Adanya isu akan mengurangi ketidakpastian alasannya apa yang mau terjadi mampu dimengerti sebelumnya, sehingga menyingkir dari keraguan pada dikala pengambilan keputusan.
3. Mengurangi resiko kegagalan
Adanya berita akan resiko kegagalan karena apa yang akan terjadi mampu diantisipasi dengan baik, sehingga kemungkinan terjadinya kegagalan akan mampu dikurangi dengan pengambilan keputusan yang tepat.
4. Mengurangi keanekaragaman atau variasi yang tidak diharapkan
Adanya berita akan meminimalisir keragaman yang tidak diperlukan, karena keputusan yang diambil lebih terarah
5. Memberi tolok ukur, hukum-aturan, ukuran-ukuran, dan keputusan-keputusan yang memilih pencapaian target dan tujuan
Adanya info akan menunjukkan persyaratan, hukum, ukuran, dan keputusan yang lebih terarah untuk meraih target dan tujuan yang sudah ditetapkan secara lebih baik berdasarkan isu yang diperoleh. 
Manfaat dari kegunaan suatu isu diputuskan oleh mutu dari berita itu sendiri. Menurut Mc Leod yang kutip oleh Azhar Susanto dalam buku Sistem Informasi Manajemen Konsep dan Pengembangannya (2002:40-41), mengatakan suatu isu yang bermutu mesti mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut :
  1. Akurat, artinya isu harus mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Pengujian kepada hal ini umumnya dilaksanakan lewat pengujian yang dijalankan oleh dua orang atau lebih yang berbeda dan bila hasil pengujian tersebut menciptakan hasil yang serupa maka dianggap data tersebut akurat.
  2. Tepat waktu, artinya isu itu mesti tersedia atau ada pada saat informasi tersebut diperlukan, tidak besok atau tidak berjam-jam lagi.
  3. Relevan, artinya isu yang diberikan mesti sesuai dengan yang dibutuhkan. Kalau kebutuhan informasi ini untuk suatu organiasi maka organisasi maka berita diberbagai tingkatan dan bagian yang ada dalam organiasi tersebut.
  4. Lengkap, artinya informasi harus diberikan secara lengkap. Misalkan gosip tentang penjualan tidak ada bulannya atau tidak ada data fakturnya.
Peneliti menyimpulkan bahwa isu ialah data yang sudah diolah menjadi suatu bentuk yang lebih berkhasiat dan berfaedah bagi yang menerimanya. Makara informasi ini merupakan data yang telah diolah, perbedaan ini penting untuk diketahui karena data tidak mempunyai nilai dalam pengambilan keputusan dan hanya info yang mempunyai nilai dan bermanfaat bagi para penggunanya.
3. Manajemen
Banyak definisi yang telah dikemukakan oleh para mahir yang mampu dikaji dari beberapa literatur. Untuk memperjelas pemahaman administrasi, dibawah ini penulis mencoba mengutip beberapa pertimbangan para andal dibidang administrasi dan administrasi tentang definisi administrasi. Menurut Koont dan O’donnel yang pendapatnya di kutip oleh Soewarno Hadayaningrat dalam buku Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen (1996:19), mendefinisikan administrasi yakni sebagai berikut: Management is getting things done through and with people (Manajemen berafiliasi dengan pencapaian tujuan yang dilaksanakan melalui dan dengan orang lain).
Pengertian lain mengenai manajemen dikemukakan oleh Miftah Toha dalam Ulbert Silalahi dengan buku Studi Tentang Ilmu Administrasi Konsep, Teori dan Dimensi (2003:136), menyatakan :
Manajeman sebagai kegiatan menggerakan segenap orang dan mengarahkan semua fasilitas yang dipunyai oleh sekelompok orang yang melakukan pekerjaan sama untuk mencapai tujuan tertentu.
Pengertian administrasi berdasarkan usulan G.R Terry dalam Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Sistem Informasi Manajemen (1989:7), selaku berikut:
Manajemen merupakan sebuah proses yang luas, yang terdiri dari langkah-langkah-tindakan: perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai target-sasaran yang telah ditetapkan lewat pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.
Edhy Susanta dalam buku Sistem Informasi Manajemen (2003:17), mengemukakan pengertian lain perihal manajemen, ialah : Manajemen dapat diartikan sebagai proses memanfaatkan aneka macam sumberdaya yang tersedia untuk mencapai sebuah tujuan.
Pengertian manajemen menurut Soewarno Hadayaningrat dalam buku Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen (1996:20), mengemukakan bahwa:
Management is distinct process consisting of planning organizing, actuating, and controlling. Utiliting in each both science and art, and followed in order to accomplish predetermined objectives (Manajemen yakni sebuah proses yang membedakan atas: penyusunan rencana, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan dengan memanfaatkan baik itu limu maupun seni, biar mampu menyelesaikan tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya).
Pendapat Azhar Susanto dalam buku Sistem Informasi Manajemen Konsep dan Pengembangannya (2002:68), perihal manajemen, yaitu: Manajemen dipandang sebagai upaya atau proses pencapaian tujuan dengan menggunakan orang lain.
Pengertian manajemen intinya ialah sebuah perjuangan pengendalian golongan orang semoga mau melakukan pekerjaan sama dengan efektif dan efisien, dimana tugas seseorang manajer atau pimpinan ialah menuntaskan sebuah pekerjaan melalui usaha-usaha orang lain biar tujuannya mampu tercapai. Pada instansi pemerintah pada administratorlah yang mau meminta orang lain supaya mereka mau melakukan kerjasama yang dikerjakan biar tujuannya tercapai.
Manajemen berdasarkan Malayu S.P Hasibuan dalam buku Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah (1996:5), memperlihatkan definisi selaku berikut:
Manajemen yaitu ilmu dan seni mengontrol proses pemanfaatan sumber daya insan dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk meraih sebuah tujuan tertentu.
Guna meraih tujuan yang menjadi harapan manajemen secara terinci, administrasi seperti yang dikemukakan oleh para andal ternyata bermacam-macam sesuai dengan konsentrasi pengamatannya. 
Sondang P. Siagian dalam buku Filsafat Manajemen (1994:5), mendefinisikan manajemen selaku berikut:
Manajemen yakni kemampuan atau keterampilan untuk menemukan suatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui acara-kegiatan orang lain;
Penjelasan mengenai fungsi administrasi yang meliputi faktor perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan, berdasarkan pertimbangan Sondang P. Siagian dalam buku Filsafat Manajemen (1994:108-135), ialah selaku berikut:
  1. Perencanaan (Planning) adalah keseluruhan proses anutan dan penentuan secara matang dari pada hal-hal yang mau dijalankan dimasa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah diputuskan
  2. Pengorganisasian (Organizing) yaitu keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, peran-peran, tanggung jawab dan wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta sebuah organisasi yang dapat digerakan selaku satu kesatuan dalam rangka pencapaian tujuan yang sudah diputuskan
  3. Penggerakan (Actuating) yaitu keseluruhan proses derma motif melakukan pekerjaan terhadap para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau melakukan pekerjaan dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien dan hemat
  4. Pengawasan (Controling) yakni proses pengamatan dari pada pelaksanaan seluruh acara organisasi untuk menjamin semoga semoga semua pekerjaan yang sedang dijalankan berlangsung sesuai dengan planning yang sudah ditentukan sebelumnya
Menurut Fayol yang dikutip oleh Ulbert Silalahi dalam bukunya Studi Tentang Ilmu Administrasi (2003:159), terdapat empat belas prinsip-prinsip manajemen adalah sebagai berikut:
1. Pembagian kerja (Devision of work)
Pembagian kerja (Devision of work) menurut spesialisasi menjadikan aktivitas-aktivitas pegawai mampu diarahkan pada efisiensi. Bahwa pengkhususan orang dalam bidang tertentu lebih efisien dalam melaksanakan pekerjaannya.
2. Kekuasaan dan tanggung jawab(Authority and responsibility)
Kekuasaan dan tanggung jawab (Authority and responsibility) ialah alat untuk melakukan perintah dan kekuatan untuk dituruti secara sempurna. Tetapi tiap anggota dan pimpinan telah ditentukan wewenang dan tanggungjawabnya, sehingga dalam melaksanakan tugasnya tidak otoriter dan tidak melebihi wewenang dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
3. Disiplin (Discipline)
Disiplin (Discipline) betul-betul penting untuk menjalankan usahanya dan tanpa disiplin organisasi tersebut tidak akan berhasil. Setiap anggota alhasil mesti menaati ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan yang berlaku.
4. Kesatuan komando (Unity of command)
Kesatuan komando (Unity of command) atau perintah menyebabkan setiap pekerja atau pegawai menerima perintah dari satu orang yakni dari atasan langsung.
5. Kesatuan arah (Unity of direction)
Kesatuan arah (Unity of command) menandakan satu instruksi dan satu planning dari suatu golongan kegiatan yang mempunyai tujuan yang serupa. Tujuan yang akan dicapai dan cara bagaimana mencapainya langsung berasal dari manajer puncak.
6. Kepentingan individu mesti ditempatkan dibawah kepentingan organisasi secara biasa (Subordination of individual to general interst)
Kepentingan seorang pekerja atau kalangan tidak diatas kepentingan organisasi. Dengan demikian kepentingan organisasi secara keseluruhan yang diutamakan atau diperhatikan, bukan kepentingan langsung.
7. Pemberian imbalan (Remuneration)
Pemberian imbalan atau kompensasi bagi pegawai atau pimpinan membutuhkan keadilan sesuai dengan kompensasi pekerjaan yang dilakukan sehingga pegawai maupun organisasi sama-sama puas.
8. Sentralisasi (Centralization)
Sentralisasi ialah sungguh penting bagi organisasi dan merupakan konsekuensi dari suatu organisasi. Sentralisasi mampu mempunyai arti mengurangi wewenang bawahan dan untuk menambah wewenang bawahan perlu pendelegasian wewenang. Fayol mengakui tetap dibutuhkan pendelegasian wewenang, akan tetapi tanggung jawab tetap disentralisasi atau dipegang oleh pimpinan.
9. Mata rantai (Scalar chain atau hierarchy)
Mata rantai (Scalar chain) adalah korelasi dari tingkat kekuasaan paling atas hingga paling bawah secara hirarki atau berjenjang.
10. Keteraturan (Order)
Keteraturan (Order) ialah menempatkan individu-individu pada tempat atau posisi yang cocok akan lebih bersahabat dengan pekerjaannya. Dalam hal ini tempat untuk setiap orang dan setiap orang sesuai dengan tempatnya.
11. Persamaan (Equity)
Persamaan (Equity) menandakan rasa keadilan dalam organisasi. Dan juga pimpinan harus bertindak seimbang terhadap bawahannya.
12. Stabilitas jabatan atau pekerjaan (Stability of tenure)
Stabilitas jabatan atau pekerjan (Stability of tenure) ialah stabilitas seseorang melakukan pekerjaan atau tugasnya. Diperlukan waktu bagi pekerja untuk menyesuaikan pada pekerjaan mereka dan melaksanakan pekerjaannya secara efektif. Dilain pihak, pimpinan dilarang memperlakukan bawahan dengan semena-mena, mirip pemecatan atau pemutusan hubungan kerja tanpa alasan yang kuat.
13. Inisiatif (Initiative)
Inisiatif (Initiative) artinya bahwahan diberi keleluasaan mempertimbangkan dan memberi pertimbangan perihal pekerjaannya, bahkan juga dalam menganggap hasil kerjanya. Pada setiap jenjang atau tingkat didalam organisasi, semangat dan energi diperbesar dengan inisiatif.
14. Prinsip espirit de corps
Prinsip Espirit de corps menekankan perlunya ”team work” dan hubungan antar individu serta semangat persatuan yang mendorong rasa bersatu dalam organisasi.
Tidak ada batas terhadap jumlah prinsip-prinsip manajemen tersebut dan sebab itu prinsip-prinsip yang gres yang manfaatnya atau nilainya diputuskan oleh pengalaman, akan memperbesar prinsip-prinsip yang sudah ada.
Berdasarkan definisi tersebut diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa manajemen merupakan proses aktivitas dari seorang pimpinan atau manajer yang mesti dikerjakan dengan menggunakan aliran baik secara ilmiah maupun secara mudah untuk meraih tujuan yang sudah ditetapkan lewat adanya sebuah jalinan kekerabatan kolaborasi dengan orang lain sebagai sumber tenaga kerja serta dapat memanfaatkan sumber-sumber yang lainnya dan waktu yang tersedia dengan cara yang setepat-tepatnya.
B. Pengertian Sistem Informasi Manajemen
Sistem info administrasi merupakan penerapan sistem isu didalam organisasi untuk mendukung isu-isu yang dibutuhkan oleh semua tingkatan manajemen. Definisi tata cara gosip manajemen berdasarkan pertimbangan Robert W. Holmes dalam Onong Uchjana Effendy dengan buku Sistem Informasi Manajemen (1989:112), bahwa:
Sistem informasi Manajemen yakni sebuah metode yang dirancang untuk menghidangkan isu pilihan yang berorientasi kepada keputusan yang diharapkan oleh manajemen guna mempersiapkan, memantau, dan menganggap aktivitas organisasi. Dirancangnya itu didalam kerangka kerja yang menitikberatkan pada penyusunan rencana laba, penyusunan rencana penampilan, dan pengawasan pada semua tahap.
Peneliti mengemukakan pendapat Azhar Susanto dalam buku Sistem Informasi Manajemen Konsep dan Pengembangannya (2002:68), yang mengemukakan pemahaman Sistem Informasi Manajemen, yakni :
Sistem Informasi Manajemen merupakan kumpulan dari sub-sub metode yang saling berhubungan satu sama lain dan melakukan pekerjaan sama secara serasi untuk meraih satu tujuan adalah mengolah data menjadi berita yang diharapkan oleh manajemen dalam proses pengambilan keputusan dikala melakukan fungsinya.
Pendapat lain tentang Sistem Informasi Manajemen yang ditulis oleh Jogianto Hartono dalam bukunya Pengenalan Komputer (2000:700), selaku berikut :
Sistem Informasi Manajemen yaitu kumpulan dari interaksi tata cara-tata cara isu yang bertanggung jawab menghimpun dan mengolah data untuk menawarkan informasi yang berguna untuk semua tingkat administrasi didalam aktivitas penyusunan rencana dan pengendalian.
Sesuai dengan makna istilahnya, Sistem Informasi Manajemen mesti ditinjau dengan pendekatan sistem. Ini mempunyai arti bahwa administrasi itu sendiri dimana proses berita berjalan mesti dilihatnya sebagai tata cara, dalam hal ini sebagai total system. Dengan menyampaikan manajemen selaku total system, maka Sistem Informasi Manajemen merupakan salah satu sub tata cara dari sekian banyak sub metode yang tercakup oleh total system tersebut.
Pada dasarnya sistem berita memiliki tiga aktivitas utama ialah: menerima data selaku masukan, lalu memprosesnya dengan melaksanakan perkiraan, penggabungan bagian-komponen data dan risikonya dapat diperoleh info yang diperlukan sebagai keluaran. Prinsip tersebut berlaku baik bagi tata cara berita manual maupun metode berita terbaru dengan penggunaan perangkat komputer. Sebuah sistem sederhana dapat digambarkan pada gambar 2.1 :
DATA INFORMASI
Kaprikornus pada dasarnya sebuah Sistem Informasi Manajemen ialah menerima dan memproses data untuk lalu menggantinya menjadi gosip yang berkhasiat bagi para pengguna info dalam tingkatan manajemen.
Sistem gosip manajemen yang efektif berdasarkan Raymond Coleman dalam Moekijat dengan buku Pengantar Sistem Informasi Manajemen (1991:40), adalah sebagai berikut:
Sistem informasi manajemen yang efektif yakni bahwa metode tersebut mampu memberikan data yang cermat, sempurna waktu, dan yang penting artinya bagi penyusunan rencana, analisis, dan pengendalian administrasi untuk memaksimalkan kemajuan organisasi.
George M. Scott yang diterjemahkan oleh Achmad Nashir Budiman dalam buku Prinsip-Prinsip Sistem Informasi Manajemen (2001:100), mengemukakan sebagai berikut:
Sistem Informasi Manajemen yaitu serangkaian sub-metode isu yang menyeluruh dan terkoordinasi dan secara rasional terpadu yang mampu mentransformasi data sehingga menjadi informasi melalui serangkaian cara guna meningkatkan produktivitas yang sesuai dengan gaya dan sifat manajer atas dasar standar kualitas yang telah ditetapkan.
Masih dalam bukunya yang sama George M. Scoot (2001:69) menunjukkan pertimbangan lainnya mengenai metode isu administrasi selaku berikut:
Sistem Informasi Manajemen yaitu sekumpulan tata cara informasi yang saling berinteraksi, yang memberikan informasi baik untuk kepentingan operasi atau kegiatan manajerial.
Definisi lain perihal Sistem Informasi Manajemen dikemukakan oleh Edhy Susanta dalam buku Sistem Informasi Manajemen (2003:19), yakni :
Sistem Informasi Manajemen dapat didefinisikan selaku sekumpulan sub sistem yang saling bekerjasama, berkumpul tolong-menolong dan membentuk satu kesatuan, saling berinteraksi dan berafiliasi antara bagian satu dengan yang yang lain dengan cara-cara tertentu untuk melaksanakan fungsi pembuatan data, mendapatkan masukan (input) berupa data-data, lalu mengolahnya (processing), dan menghasilkan keluaran (output) berupa berita selaku dasar bagi pengambilan keputusan yang memiliki kegunaan dan mempunyai nilai positif yang mampu dirasakan hasilnya baik pada saat itu juga maupun dimasa mendatang, mendukung aktivitas operasioanal, manajerial, dan strategis organisasi, dengan mempergunakan aneka macam sumber daya yang ada tersedia bagi fungsi tersebut guna mencapai tujuan.
Memperjelas pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen peneliti akan mengemukakan indikator-indikator yakni sifat-sifat metode berita manajemen berdasarkan George M. Scott yang dikutip oleh Achmad Nashir Budiman dalam buku Prinsip-Prinsip Sistem Informasi Manajemen (2001:100), maka sifat Sistem Informasi Manajemen dapat digarisbawahi selaku berikut:
1. Sistem Informasi Manajemen (SIM) Adalah Menyeluruh
Kata “manajemen” dalam SIM yaitu serba melingkupi. Di dalam SIM termasuk sistem pemroses transaksi dan metode-metode yang utama dirancang bagi para manajer dibeberapa tingkatan. Sebuah SIM melingkupi tata cara informasi formal maupun informal, baik yang manual maupun yang berkomputer; termasuk juga Sistem Informasi Proyek, Sistem Informasi Perkantoran, Sistem Informasi Intelejen, Sistem Informasi Peramalan, Sistem Penopang Keputusan, dan berbagai versi komputer yang memproses data bisnis, serta banyak sekali Sistem Informasi Khusus atau yang terencana. Sebagai penyeimbang, mungkin bagian yang terpenting dalam Sistem Informasi Manajemen adalah manajer, yang pikirannya akan memproses dan menyebarluaskan informasi serta berinteraksi dengan bagian-unsur lain dari Sistem Informasi Manajemen
2. Sistem Informasi Manajemen (SIM) Adalah Terkoordinasi
Komponen suatu SIM umumnya tidak dikelola dari satu titik sentra organisasi; ada berbagai departemen pengguna, departemen pemroses data, dan mungkin fungsi pengelola data yang terpisah, bahkan lainnya-yang lain mungkin memiliki hak atas bab tertentu dari metode informasi manajemen. Bagaimanapun juga, sebuah sistem info administrasi dikoordinasi secara terpusat untuk menjamin bahwa data yang diproses, otomatisasi perkantoran, maupun data intelejen, dan juga komponen-komponen yang lainnya, dikembangkan dan dioperasikan dengan cara bersiklus dan terkoordinasi; seluruhnya untuk menjamin bahwa isu melewati dan menuju sub sistem yang diharapkan; serta menjamin bahwa metode isu bekerja secara efisien. Fungsi koordinasi ini biasanya dilakukan oleh komisi pengarah yang terpisah atau oleh bab pengolah data atau oleh manajer pengurus data.
3. Sistem Informasi Manajemen (SIM) Memiliki Sub-tata cara Informasi
Sistem info manajemen ialah serangkaian sub sistem, atau sistem bagian setengah terpisah yang merupakan bagian dari keseluruhan dan merupakan tata cara yang terpadu. Masing-masing dari sub-metode menyumbang tercapainya sasaran tata cara isu administrasi dan organisasi. Sebagian dari sistem berperan cuma dalam satu aktivitas atau satu lapis organisasi saja, sementara yang lainnya berperan serba-lapis (mulit-level) atau melaksanakan acara berganda (multiple activities). Struktur keseluruhan dari tata cara berganda mesti disusun secara cermat dan ditetapkan sebagai bagian dari planning tata cara jangka panjang.
4. Sistem Informasi Manajemen (SIM) Terintegrasi Secara Rasional
Sub-metode (kumpulan dari tata cara yang semi-terpisah) ialah terpadu sehingga aktivitas dari masing-masing saling berkaitan satu dengan yang yang lain; integrasi ini dijalankan utamanya dengan melewatkan data diantara sistem-metode tersebut. Program komputer dan file dapat dirancang untuk menanggulangi arus data diantara metode, dan mekanisme manual mampu dipakai untuk melakukan integrasi tersebut.
Sementara integrasi membuat pemrosesan informasi menjadi efisien dengan cara menghemat pemrosesan antara (intermediate processing) dan kejadian pemrosesan data yang serupa oleh aneka macam departemen, dan laba yang menonjol ialah memberikan isu lebih singkat, lengkap, dan berhubungan . Manajer senior, terutama, akan dapat mengambil faedah dari metode integrasi karena mereka memerlukan berita saling-fungsional. Walau integrasi total dari sub-tata cara tidak akan tercapai namun demikian hingga derajat tertentu integrasi diperlukan untuk suatu sistem berita administrasi yang efektif.
5. Sistem Informasi Manajemen (SIM) Mentransformasikan Data kedalam Informasi dengan Berbagai Cara
Apabila data diolah dan berkhasiat bagi manajer tertentu untuk tujuan tertentu, maka ia menjadi berita. Ada berbagai cara dimana data mesti ditransformasikan kedalam suatu metode info. Misalnya, data ongkos untuk organisasi tertentu mungkin mampu diringkaskan dalam ongkos keseluruhan, ongkos variable, dan ongkos patokan untuk masing-masing organisasi, baik untuk masing-masing jenis biaya, jenis pelanggan, dan jalur produk (product-line).
Berbagai cara dimana metode berita administrasi harus mentransformasikan data kedalam metode isu ditentukan oleh sifat personil organisasi, sifat peran kemana gosip ditujukan, dan pengharapan dari penerima eksternal atas berita.
6. Sistem Informasi Manajemen (SIM) Meningkatkan Produktivitas
Sistem Informasi Manajemen (SIM) dengan berbagai cara mampu memajukan produktivitas. SIM mampu melaksanakan peran rutin seperti penyimpanan dokumen dengan efisien, dia mampu memperlihatkan layanan terbaik bagi organisasi eksternal dan individu, dan dia juga mampu memperlihatkan perayaan dini ihwal duduk perkara internal dan ancaman eksternal. Disamping juga bisa mengingatkan adanya aneka macam peluang, membantu proses manajemen yang normal, serta mampu memajukan kemampuan manajer untuk menangani dilema-problem tak terduga.
7. Sistem Informasi Manajemen (SIM) Sesuai dengan Sifat dan Gaya Manajer
Suatu Sistem Informasi Manajemen (SIM) dikembangkan melalui pengenalan atas sifat dan gaya manajerial dari personil yang mau menggunakannya, tergolong juga santunan yang diberikan oleh para manajer. Pada tingkat senior dalam organisasi, secara cermat metode gosip administrasi dijalin dengan cita rasa eksklusif para manajer, dan akan dijalin-kembali (retailored) dengan cita rasa masing-masing manajer baru apabila yang lama berhenti. Pada lapis organisasi paling rendah, tata cara isu manajemen dijalin dengan cita rasa biasa dimana para tenaga administratif dan personil operasi akan menggunakan isu dan berinteraksi dengan metode isu.
Untuk manajer madya, tata cara isu dijalin untuk sifat biasa manajer mirip yang dibahas pada bagian sebelumnya. Untuk profesional dan personil teknis, metode informasi dijain supaya sesuai dengan sifat tugas khusus, tetapi juga dengan tetap memperimbangkan cara pikir para spesialis memproses gosip.
Para perancang jika akan mengembangkan tata cara info administrasi hendaknya mampu mempertimbangkan faktor manusiawi dengan teliti. Apabila tidak demikian, maka sistem yang dihasilkan tidak efektif atau akan disisihkan oleh penggunanya.
8. Sistem Informasi Manajemen (SIM) Menggunakan Kriteria Mutu yang Telah Ditetapkan
Sebuah metode informasi manajemen mesti dirancang semoga sesuai dengan toleransi kepada kecepatan, relevansi, dan ketepatan info. Toleransi ini beraneka ragam dari satu tugas ketugas yang lain, dan dari satu lapis kelapis lainnya didalam organisasi. Terhadap kecepatan, untuk beberapa peran tertentu data yang dibutuhkan mesti dicari selama waktu yang panjang dan kemudian ditransformasikan sehingga menjadi berita yang diperlukan manajer baik secara periodis ataupun pada selang waktu tak-terstruktur, sedangkan untuk peran lain mungkin diharapkan dengan selang waktu teratur, tetapi sebab panjangnya era tunda (grace kurun) memungkinkan untuk dilaporkan sesudah selesainya final suatu era. Untuk tugas lainnya lagi, mungkin info dibutuhkan secepat mungkin secepatnya selesai berakhirnya abad, dan untuk kebanyakan peran info harus diperoleh selama periode berlangsungnya transaksi.
Pada dasarnya suatu metode info administrasi mendapatkan dan memproses data untuk lalu menggantinya menjadi berita yang berguna bagi para pengguna isu dalam tingkatan administrasi.
Untuk memperjelas pelaksanaan dari tata cara info administrasi dibutuhkan beberapa indikator dari metode gosip administrasi. Adapun indikator-indikator dari metode berita administrasi yang dikemukakan oleh Gordon B. Davis dalam buku yang berjudul Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen Bagian I (1995:57), adalah:
1. Informasi
Informasi merupakan hasil dari pengolahan data akan namun tidak semua hasil dari pengolahan tersebut mampu menjadi isu, hasil pengolahan data yang tidak menawarkan arti serta tidak bermanfaat bagi seseorang bukanlah ialah gosip bagi orang tersebut.
2. Manusia selaku pengolah info
Peranan manusia disini sangat besar yakni untuk menciptakan info yang akurat, sempurna waktu, berkaitan, dan lengkap. Baik buruknya info yang dihasilkan tergantung dari profesionalitas dari manusia itu sendiri.
3. Konsep sistem
Sistem adalah sebuah bentuk koordinasi yang serasi antara bagian/komponen/sub tata cara yang saling berafiliasi satu dengan bab/komponen/sub tata cara yang lain untuk mencapai sebuah tujuan. Selain itu tata cara tidaklah berdiri sendiri tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan, baik itu lingkungan intern maupun lingkungan ekstern.
4. Konsep organisasi dan administrasi
Organisasi tidak mampu lepas dari aktivitas manajemen dan begitu juga sebaliknya sebab keduanya memiliki korelasi yang begitu bersahabat dan kuat.
5. Konsep pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan adalah tindakan pimpinan untuk memecahkan dilema yang dihadapinya dalam organisasi yang dipimpinnya dengan lewat pemilihan satu diantara alternatif-alternatif yang dimungkinkan.
6. Nilai informasi
Informasi mampu mengganti suatu keputusan. Perubahan dalam nilai hasil akan menentukan gosip. Bahwa sebuah informasi itu harus mampu menjadi ukuran yang sempurna, yang nantinya dapat menawarkan masukan bagi pimpinan dalam pengambilan keputusan.
C. Pengertian Kinerja Pegawai
Usaha untuk mendapatkan kinerja pegawai yang maksimal, seorang pimpinan tidak cukup hanya dengan meyakinkan bahwa pegawai bersangkutan memiliki pengetahuan dan kemampuan, namun selain itu seorang pimpinan juga mesti dapat mengetahui motivasi kerja pegawai, mendorong dan mengarahkan potensi-potensi yang ada serta mengetahui hal-hal yang mampu melahirkan kepuasan kerja. Untuk itu diperlukan pendekatan yang berkaitan dan pembinaan-training secara lebih manusiawi.
Temuan dari beberapa literatur selain ungkapan job performance, ada pula perumpamaan yang mempunyai arti yang serupa, seperti performance, performa kerja, kinerja, pencapaian kerja, prestasi kerja. Karena adanya beberapa istilah yang dipakai, maka definisi kinerjapun beragam, tetapi secara garis besarnya pengertian kinerja mampu dilihat dari dua pendekatan, yakni pendekatan proses, dan pendekatan hasil. Pendekatan proses beranggapan bahwa kinerja mampu dilihat dari dua pendekatan, ialah pendekatan proses dan pendekatan hasil.
Berkaitan dengan perjuangan-perjuangan untuk memajukan kinerja pegawai maka peneliti akan mengemukakan terlebih dahulu perihal pemahaman kinerja berdasarkan Roger Dawson yang dikutip oleh Haris Munandar dalam buku 13 Rahasia Kinerja Kekuatan (1997:69), yaitu sebagai berukut: Kinerja adalah suatu yang diraih, prestasi yang diperlihatkan perihal kemampuan kerja pegawai sehingga menghasilkan sesuatu yang optimal.
Menurut usulan August W. Smith yang dikutip oleh Sedarmayanti dalam buku Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja (2001:50), menyatakan : “output drive from processes, human or otherwise” (kinerja merupakan hasil atau keluaran dari sebuah proses).
Menurut Moch. As’ad dalam buku Psikologi Industri (1989:48), menyatakan bahwa: Kinerja ialah kesuksesan seseorang (pegawai) didalam melaksanakan sebuah pekerjaan.
Hasil kerja yang hendak diraih oleh sebuah organisasi tidak terlepas dari seberapa ukuran hasil kerja (kinerja) itu sendiri dapat dilaksanakan secara maksimal. Didalam hal ini ada beberapa usulan jago yang mengemukakan patokan kinerja atau faktor-faktor yang dijadikan ukuran sebuah kinerja.
Peneliti berikutnya akan mengemukakan definisi kinerja pegawai yang dikemukakan oleh Anwar Prabu Mangku Negara dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan (2002:67), adalah :
Kinerja Pegawai yakni hasil kerja secara mutu dan kuantitas yang diraih oleh seseorang dalam melakukan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
Henry Simamorang dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia (1995:325), menyatakan bahwa Kinerja adalah tingkat dimana para karyawan meraih standar-standar pekerjaan.
Kinerja pegawai menurut Sjahrudin Rasul dalam buku Pengukuran Kinerja Suatu Tinjauan Pada Instansi Pemerintah (2000:9), yakni :
Gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu aktivitas atau pencapaian pelaksanaan sebuah aktivitas atau acara atau akal dalam merealisasikan target tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan perencanaan strategis.
Menurut Bernandin & Russell yang dikutip oleh Faustino C Gomes dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia (1997:135), sebagai berikut:
Performansi selaku “…the record of outcomes produced on a specified job function or activity during a specified time era” (catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau acara selama suatu abad tertentu).
Berikut usulan Whittaker dan Simons yang dikutip LAN RI dalam buku Pengukuran Kinerja Instansi Pemerintah (2000:5), menerangkan bahwa definisi kinerja pegawai mengandung pemahaman:
Pengukuran kinerja merupakan suatu metode untuk menganggap perkembangan yang sudah diraih daripada tujuan yang telah dicapai dibandingkan dengan tujuan yang sudah ditetapkan. Pengukuran kinerja tidak dimaksudkan untuk berperan selaku prosedur untuk memberikan penghargaan/hukum (reward/punisment), akan tetapi pengukuran kinerja berperan sebagai alat komunikasi dan alat manajemen untuk memperbaiki kinerja organisasi.
Terlepas dari jenis sektor atau spesialisasinya, setiap organisasi biasanya cenderung untuk tertarik pada faktor-aspek pengukuran kinerja, mirip yang dikemukakan Lembaga Administrasi Negara (LAN) dalam buku Pengukuran Kinerja Pegawai Pemerintah (2000:7), sebagai berikut :
  1. Aspek finansial
  2. Kepuasan konsumen
  3. Operasi bisnis internal
  4. Kepuasan pegawai
  5. Kepuasan komunitas dan stakeholders
  6. Waktu.
  Pengertian Visa Dan Jenisnya
Menurut pertimbangan usulan Husein Umar dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi (2003:266), mengemukakan ukuran kinerja pegawai, selaku berikut :
  1. Mutu kerja
  2. Kejujuran pegawai
  3. Inisiatif 
  4. Kehadiran
  5. Sikap
  6. Keandalan
  7. Kerjasama
  8. Pengetahuan ihwal pekerjaan
  9. Tanggung jawab
  10. Ketepatan waktu
Alat ukur tersebut diatas, mampu peneliti jelaskan, sebagai berikut :
1. Mutu kerja
Mutu yang mesti dihasilkan baik atau tidaknya melibatkan perhitungan dari keluaran dan proses atau pelaksanaan kegiatan dari pegawai khususnya dalam kaitannya dengan keluaran (output).
2. Kejujuran pegawai
Merupakan ketulusan hati dari seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya dan mampu untuk tidak menyalahgunakan wewenang yang diberikan.
3. Inisiatif
Kemampuan untuk bertindak tidak bergantung kepada orang lain dan bisa mengembangkan serangkaian aktivitas serta dapat mendapatkan cara-cara yang baru atau mampu berinovasi.
4. Kehadiran
Kewajiban yang harus dilakukan oleh pegawai dalam setiap pekerjaan dimana kehadiran merupakan hal utama yang harus dilaksanakan oleh setiap pegawai.
5. Sikap
Suatu kesediaan untuk bereaksi didalam menghadapi sebuah suasana atau kondisi tertentu secara normal.
6. Keandalan
Total dari semua kemampuan yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang mampu dipertanggungjawabkan.
7. Kerjasama
Kemampuan seorang pegawai untuk bekerja gotong royong dengan orang lain dalam menyelesaikan sebuah tugas yang diputuskan, sehingga meraih daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya. Kesediaan pegawai dalam berpartisipasi dan berhubungan dengan pegawai lain secara vertikal dan horizontal didalam maupun diluar pekerjaan sehingga hasil pekerjaan akan meningkat.
8. Pengetahuan perihal pekerjaan
Pengetahuan yang dimiliki oleh setiap pegawai dalam melaksanakan suatu pekerjaan sehingga dapat berlangsung secara efiktif dan efisien.
9. Tanggung jawab
Tanggung jawab merupakan kesanggupan dari seorang pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan kepadanya dengan sebaik-baiknya.
10. Ketepatan waktu
Pengukuran ketepatan waktu adalah jenis khusus dari pengukuran kuantitatif untuk memilih ketepatan waktu solusi sebuah acara. 
Istilah lain untuk penilaian kinerja yakni pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja merupakan suatu alat manajemen yang dipakai untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Pengukuran kinerja juga mampu digunakan untuk menilai pencapaian tujuan dan sasaran.
Ciri-ciri utama organisasi berkinerja tinggi menurut usulan Sondang P. Siagian dalam buku Manajemen Stratejik (2002:27), antara lain :
Pertama : organisasi berkinerja tinggi memiliki arah yang terang untuk ditempuhnya. Arah terebut tercermin pada visi yang dimiliki oleh para manajer dalam organisasi ihwal mau kemana organisasi mau dibawa dimasa depan.
Kedua : administrasi yang sukses menyebabkan organisasi berkinerja tinggi senantiasa berupaya agar dalam organisasi tersedia tenaga-tenaga berpengetahuan dan ketrampilan tinggi dibarengi oleh semangat kewirausahaan.
Ketiga : pada organisasi berkinerja tinggi, para manajernya membuat janji kuat pada suatu rencana aksi stratejik, adalah rencana aksi yang diperlukan membuahkan laba finansial yang memuaskan dan yang menempatkan organisasi pada posisi bersaing yang sanggup menerima amanah.
Keempat : orientasi organisasi berkinerja adalah “hasil” dan mempunyai kesadaran yang tinggi ihwal pentingnya efektifitas yang meningkat.
Kelima : adanya komitmen yang mendalam pada seni manajemen yang telah ditentukan dan berupaya biar taktik tersebut membuahkan hasil yang diharapkan.
Mengamati usulan beberapa para andal diatas, bahwa kinerja pegawai akrab kaitannya dengan hasil pekerjaan seseorang didalam sebuah organisasi, hasil pekerjaan tersebut dapat menyangkut mutu, kuantitas dan hasil bikinan. Namun yang menjadi problem pada ketika ini adalah apa yang menjadi alat ukur dari sebuah kinerja pegawai itu sendiri. Berikut ini dimensi-dimensi kinerja pegawai yang dikemukakan oleh Faoustino C Gomes dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia (2003:142), yaitu sebagai berikut:
  1. Kuantitas kerja (quantity of work); jumlah kerja yang dijalankan dalam sebuah kurun waktu yang ditentukan
  2. Kualitas kerja (quality of work); kualitas kerja yang diraih menurut syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya
  3. Pengetahuan wacana pekerjaan (job knowledge); luasnya wawasan perihal keahlian dan pekerjaannya
  4. Kreativitas (creativeness); keaslian ide-gagasan yang dimunculkan dan tindakan-langkah-langkah untuk menyelesiakan dilema-persoalan yang muncul
  5. Kerjasama (cooperation); kesediaan untuk berafiliasi dengan orang lain (sesama anggota organisasi)
  6. Bisa diandalkan (dependability); kesadaran dan dapat diandalkan dalam hal kehadiran dan penyelesian kerja
  7. Inisiatif (initiative); semangat untuk melakukan tugas-tugas baru dan dalam memperbesar tanggungjawabnya
  8. Kualitas pegawai (personal qualities); menyangkut kepribadian, kepemimpinan, keramahtamahan, dan integritas langsung
  Pemahaman Blokade
D. Hubungan Sistem Informasi Manajemen dengan Kinerja Pegawai
Penerapan Sistem Informasi Manajemen selaku upaya mengurus salah satu sumber daya yang dimiliki organisasi yaitu informasi dibutuhkan mampu memberikan nilai tambah dalam menjalankan peran organisasi. Nilai tambah ini diharapkan dapat berkhasiat membantu organisasi dengan dicirikan tercapainya tujuan secara efektif.
Dikatakan diatas kinerja merupakan sebuah catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau aktivitas selama satu periode waktu tertentu. Untuk mewujudkannya membutuhkan sumbangan dari banyak sekali faktor baik itu aspek internal maupun faktor eksternal.
Keterkaitan metode isu administrasi dengan kinerja pegawai menyangkut banyak sekali aspek, keberadaan tiap level manajemen serta anggota organisasi dengan alat-alat yang sudah tersedia menjadi sebuah efektivitas pelaksanaan kegiatan yang menjamah peran dan fungsi organisasi.
Dasar teoritis kerangka tata cara berita manajemen ialah sekumpulan metode gosip baik untuk kepentingan operasi atau aktivitas manajerial.
Kinerja Pegawai berarti hasil kerja secara mutu dan kuantitas yang diraih oleh seorang pegawai dalam melakukan pekerjaannya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan oleh pimpinan. Kinerja ialah hasil yang diperoleh Pegawai menurut kualitas atau mutu pekerjaan : sebaik apa yang mesti dilaksanakan, patokan ini mengukur baik tidaknya pelaksanaan kegiatan, utamanya dalam kaitannya dengan keluaran.
Agus Dahrma dalam bukunya Manajemen Supervisi (2001:149), memberikan penjelasan perihal penilaian kinerja, selaku berikut : 
Untuk mampu menilai kinerja karyawan secara objektif dan akurat adalah dengan mengukur tingkat kinerja karyawan. Pengukuran kinerja mampu juga berfungsi selaku upaya menghimpun berita yang mampu dipakai untuk mengarahkan upaya karyawan melalui serangkaian prioritas tertentu.
Hubungan sistem berita administrasi dengan kinerja lebih jelasnya dapat dilihat dari gambar pendekatan sistem info manajemen disuguhkan pada gambar 2.2.
MODEL SISTEMATIK PENDEKATAN SIM DENGAN KINERJA PEGAWAI
A merupakan teori yang menjadi perekat
Sumber:
– Gordon B. Davis, dalam buku Kerangka Dasar SIM Bag I (1995,57)
– Faustino Cardoso Gomes, dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia (2003,142)
– Hasil modifikasi peneliti
Penjelasan:
INPUT
a. Sumber Daya Manusia
Pengertian Sumber Daya Manusia menyangkut insan yang mampu melakukan pekerjaan dalam waktu tertentu untuk menciptakan barang dan jasa. Batasan dari sumber daya manusia adalah aspek kuantitas dalam arti jumlah pegawai yang bekerja dan aspek kualitas dalam arti jasa bekerja yang tersedia diberikan untuk buatan.
b. Fasilitas Kerja
Fasilitas kerja ialah faktor yang sungguh menunjang terhadap kelancaran proses pencapaian tujuan organisasi yang sudah ditetapkan kelancaran proses pencapaian tujuan organisasi yang sudah ditetapkan sebelumnya. Suatu organisasi tidak dikerjakan tanpa ditunjang dengan akomodasi kerja dan peralatan yang mendukung kepada proses pencapaian tujuan.
c. Biaya
Biaya merupakan aspek yang sungguh penting pula, alasannya adalah tanpa adanya ongkos tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya tidak akan tercapai.
d. Metode
Metode merupakan cara-cara yang dikerjakan untuk meraih tujuan organisasi. Dalam metode ini meliputi cara kerja yang dilaksanakan.
e. Pembinaan Teknis SIM
Pembinaan ini diorientasikan kepada pegawai dimana memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan perawai tersebut.
PROSES
Dalam proses ini semua sumber-sumber dalam input diupayakan untuk dimanfaatkan dalam melaksanakan SIM menurut pada rancangan-konsep SIM, sehingga mampu mengembangkan kinerja pegawai.
OUTPUT
Apabila indicator-indikator kinerja telah dilakukan dengan mempergunakan input yang ada maka kinerja pegawai akan menyangkut. Hal ini sangat diputuskan untuk pemanfaatkan input tersebut dalam pelaksanaan SIM.
FEED BACK
Sistem Informasi Manajemen meningkat, kinerja meningkat, Sumber daya meningkat diperhatikan, fasilitas dan prasarana sesuai dengan keperluan yang dibutuhkan akan dapat menawarkan umpan balik, sehingga proses dari aktivitas organisasi tersebut berjalan secara berkelanjutan.