Ketika Anak Kita Tak Masuk PTN Ternama

Merasakan pertama kali memasukkan anak ke jenjang Perguruan Tinggi yaitu sesuatu yg membuatku bingung. Siapa yg tak mau anaknya kuliah di Perguruan Tinggi Negeri (Perguruan Tinggi Negeri) ternama di negeri tercinta ini, terlebih aku & suami yakni alumni PTN terkemuka juga.

Sulungku sebenarnya tergolong anak yg rajin berguru. Dari Sekolah Dasar hingga SMA prestasinya tak pernah mengecewakan. Diapun antusiasuntuk bisa menembus jurusan yg diminati di PTN.

Berbeda dgn jamanku dahulu, cuma ada 2 pilihan untuk bisa masuk ke PTN yaitu jalur tanpa tes artinya cuma menggunakan nilai rapor saja atau jalur tes yg dijalankan serempak se-Indonesia.

Sekarang ada beberapa pilihan. Mulai tanpa tes, dgn tes berbarengan seIndonesia maupun tes yg waktunya diputuskan oleh masing-masing Perguruan Tinggi Negeri. Sehingga lebih banyak pintu untuk masuk PTN.

Jumlah lulusan SMA & yg setingkat dikala ini berlainan jauh dgn 20 tahun yg lalu, sementara jumlah quota mahasiswa di masing-masing fakultas di Perguruan Tinggi Negeri tak sebanding dgn pertambahan jumlah peminat PT. Kaprikornus bisa dibaygkan betapa persaingannya sangat ketat.

Semula saya berharap supaya anakku bisa diterima di fakultas pilihannya di PTN terkemuka. Setelah menjajal berulang kali mengikuti tes di beberapa Perguruan Tinggi Negeri ternyata Yang Maha Pengasih memilihkan justru di Perguruan Tinggi Swasta (Perguruan Tinggi Swasta).

Ka&g kita mengharapkan & mengira opsi kita itu terbaik untuk kita, tetapi ternyata Yang Maha Kuasa lebih mengenali yg terbaik untuk kita.

Perasaan murung semula menggelayuti hati kami, anakku & aku risikonya berusaha mengambil pesan yg tersirat di balik semua kejadian itu. Sambil meluruskan niat, bahwa menuntut ilmu itu mampu ditempuh di mana saja, & percaya kita bisa menjadi yg terbaik asal kita berihtiar semaksimal mungkin. Soal rezeki niscaya Yang Maha Kuasa jauh lebih berhak mengaturnya.

  Aa Gym Bangun Rumah Sakit Bersalin Full Zikir

Setelah kejadian pertama itu maka dikala anakku kedua & ketiga akan memasuki jenjang perguruan tinggi tinggi, aku lebih ikhlas untuk mendapatkan semua ketetapan dari Yang Maha Berkehendak. [DwiKap]