Kelas Sosial, Orang Batak – Dayak Naik Kasta

Pada suatu sistem kelas sosial, dimengerti bagaimana sistem sosial budaya melakukan pekerjaan . Hal ini tentunya menjadi batas-batas untuk Negara (Indonesia) khusus, untuk menjaga prilaku dan kondisi kesehatan sosial mereka dalam perebutan seksualitas, kelas sosial, pergantian nasib, dan kesadaran akan adanya rasa malu pada budaya mereka khususnya Batak, Jawa, berhaluan Islam – Protestan – Nasrani.

Hal ini terang, bagaimana pergeseran dan ideology Pancasila yang dihadirkan dalam perebutan alat buatan, saling melukai, dan secara objektif tidak memakai rasa ke Tuhanan mereka pada naluri mereka, utamanya dalam bekerja, dan berdoa.

Setidaknya hal ini ditujukan pada penduduk pembuat konflik sosial, pada periode kerejaan di Jawa, dan Kemerdekaan orang Batak Silaban, dan Marpaung serta Tionghoa berlindung dibalik suku dan agama Protestan – Islam – Kristen. Guna bertahan pada metode politik saat ini.

Pentingnya untuk diketahui, bahwa apa yang dipakai ialah cara lama dalam menyaksikan banyak sekali kondisi mereka terhadap aspek kepentingan ekonomi politik, kesehatan dan pendidikan dalam pelanggaran aturan agama, dan Negara, yang begitu bobrok terhadap faktor lingkungan pendidikan yang korup. Perusak kehidupan beragama dan pendidikan oleh Sihombing (Silaban) di Pontianak, dengan Suster atau tokoh agama.

Mereka hidup dengan kebiadaban mereka selaku manusia, pastinya disokong oleh Protestan – Islam – Kristen dan Budha. Meraka yang hidup dan tinggal di Pontianak sebelumnya. Konflik sosial tercipta dnegan jelas, dengan kompetisi sosial, dan konsep kehidupan atau filsafat melalui drama dan kepentingan politik seksualitas, (PDI Perjuangan ) dan pembangunan gereja diberbagai wilayah.

Suatu kesadaran mereka kepada faktor ekonomi misalnya, jelas bagaimana mereka mendapatkan, menerima dan menikmatinya. Berbagai hal terkait nilai tukar hingga aneka macam faktor kehidupan politik mereka, dengan didukung pada prilaku dan karakteristik orang renta mereka sendiri.

  Catatan, Kondisi Ekonomi Selama Covid19

Berbagai pergantian dan pertentangan ideology, tampak bagaimana merek hidup di masyarakat, tidak terkecuali (jan). Suatu pelanggaran hukum agama, dan kehidupan di masyarakat pantas dimengerti dengan adanya drama yang dibentuk pada sebuah kurun, yang memang disebut dengan kompetisi mereka yang hidup di penduduk dikala ini.

Orang – Orang itu tentunya tidak berbeda jauh, dengan adanya kompetisi global, yang masih jauh untuk di renungkan untuk berkompetisi. Lingkungan dimana mereka berada yang begitu kotor, dan kehidupan sosial budaya, pada faktor asimilasi budaya. 

Tentunya menjadi penting terhadap perubahan sosial di masyarakat ketika ini, sesat pikir mereka juga menjadi karakteristik mereka dengan melawan, seperti mengatakan banyak sekali perkataan mirip ajaib pada antropologi makanan Babi (jan) RT 003.