close

Kebudayaan Budpekerti Istiadat Suku Baduy Bab 3

 Perbedaan antara Baduy Dalam dan Baduy Luar seperti itu dapat dilihat dari cara busananya Kebudayaan Adat Istiadat Suku Baduy Bagian 3
Suku Baduy di Lebak Banten 

Perbedaan antara Baduy Dalam dan Baduy Luar seperti itu dapat dilihat dari cara busananya berdasarkan status sosial, tingkat umur maupun fungsinya. Perbedaan busana cuma didasarkan pada jenis kelamin dan tingkat kepatuhan pada budpekerti saja, yakni Baduy Dalam dan Baduy Luar.

Untuk Baduy Dalam, para laki-laki memakai baju lengan panjang yang disebut jamang sangsang, serba putih polos itu mampu mengandung makna suci bersih alasannya adalah cara memakainya cuma disangsangkan atau dilekatkan di tubuh. Desain baju sangsang cuma dilubangi/dicoak pada bab leher sampai bab dada saja. Potongannya tidak menggunakan kerah, tidak pakai kancing dan tidak memakai kantong baju. Warna pakaian mereka umunnya adalah serba putih. Pembuatannya cuma memakai tangan dan dihentikan dijahit dengan mesin. Bahan dasarnya pun harus terbuat dari benang kapas asli yang ditenun. Untuk bab bawahnya memakai kain serupa sarung warna biru kehitaman, yang hanya dililitkan pada bab pinggang. Agar kuat dan tidak melorot, sarung tadi diikat dengan selembar kain. Untuk kelengkapan pada bab kepala suku baduy memakai ikat kepala berwarna putih. Ikat kepala ini berfungsi selaku epilog rambut mereka yang panjang, lalu dipadukan dengan selendang atau hasduk Masyarakat Baduy yakin dengan busana yang serba putih polos itu dapat mengandung makna suci higienis.

Bagi suku Baduy Luar, pakaian yang mereka pakai adalah baju kampret berwarna hitam. Ikat kepalanya juga berwarna biru tua dengan corak batik. Desain bajunya terbelah dua hingga ke bawah, seperti baju yang biasa dipakai khalayak ramai. Sedangkan cuilan bajunya mengunakan kantong, kancing dan bahan dasarnya tidak diharuskan dari benang kapas murni. Cara berpakaian suku Baduy Luar Panamping memamg ada sedikit kelonggaran jikalau ketimbang Baduy Dalam. Terlihat dari warna, model ataupun corak pakaian Baduy Luar, membuktikan bahwa kehidupan mereka sudah terpengaruh oleh budaya luar. pakaian bagi kelompok laki-laki Baduy adalah amat penting. Bagi masyarakat Baduy Dalam maupun Luar lazimnya jikalau hendak bepergian selalu menjinjing senjata berupa golok yang diselipkan di balik pinggangnya serta dilengkapi dengan menjinjing tas kain atau tas koja yang dicangklek (disandang) di pundaknya.

  Kampung Budbahasa Sunda Sindang Barang

Sedangkan, untuk busana yang dipakai di golongan wanita Baduy dalam maupun Baduy Luar tidak terlalu menampakkan perbedaan yang menonjol . Model, serpihan dan warna busana, kecuali baju yaitu sama. Mereka mengenakan busana semacam sarung warna biru kehitam-hitaman dari tumit hingga dada. Busana seperti ini lazimnya dikenakan untuk busana sehari-hari di rumah. Bagi wanita yang telah menikah, biasanya membiarkan dadanya terbuka secara bebas, sedangkan bagi para gadis buah dadanya mesti tertutup. Untuk pakaian bepergian, umumnya perempuan Baduy memakai kebaya, kain tenunan sarung berwarna biru kehitam-hitaman, karembong, kain ikat pinggang dan selendang. Warna baju untuk Baduy Dalam yaitu putih dan bahan dasarnya dibuat dari benang kapas yang ditenun sendiri.

Untuk menyanggupi kebutuhan pakaiannya, masyarakat suku Baduy menenun sendiri yang dilakukan oleh kaum wanita. Dimulai dari menanam biji kapas, lalu dipanen, dipintal, ditenun hingga dicelup menurut motifnya khasnya. Penggunaan warna busana untuk kebutuhan pakaian hanya menggunakan warna hitam, biru bau tanah dan putih. Kain sarung atau kain perempuan nyaris sama coraknya, yaitu dasar hitam dengan garis- garis putih, sedangkan selendang berwana putih, biru, yang dipadukan dengan warna merah. Semua hasil tenunan tersebut lazimnya tidak dijual namun dipakai sendiri. Bertenun umumnya dijalankan oleh wanita pada saat sehabis panen. Jenis pakaian yang dijalankan antara lain, baju, kain sarung, kain perempuan, selendang dan ikat kepala. Selain itu, ada kerajinan yang dilakukan oleh kalangan laki-laki di antaranya yaitu membuat golok dan tas koja, yang terbuat dari kulit pohon teureup ataupun benang yang dicelup.
Bersambung Kesini >>