PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN E-LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN
Perkembangan teknologi isu bertahun-tahun belakangan ini meningkat dengan kecepatan yang sangat tinggi, sehingga dengan perkembangan ini telah mengganti paradigma penduduk dalam mencari dan mendapatkan gosip, yang tidak lagi terbatas pada gosip surat kabar, audio visual dan elektronik, namun juga sumbersumber info lainnya yang salah satu diantaranya lewat jaringan Internet. Salah satu bidang yang mendapatkan pengaruh yang cukup mempunyai arti dengan kemajuan teknologi ini ialah bidang pendidikan, dimana pada dasarnya pendidikan merupakan suatu proses komunikasi dan berita dari pendidik terhadap penerima asuh yang berisi info-isu pendidikan, yang mempunyai komponen-unsur pendidik selaku sumber gosip, media selaku sarana penyajian ide, gagasan dan bahan pendidikan serta penerima latih itu sendiri (Oetomo dan Priyogutomo, 2004), beberapa bab bagian ini mendapatkan sentuhan media teknologi isu, sehingga mencetuskan lahirnya pandangan baru wacana e-learning (Utomo, 2001).
Skenario mengajar dan mencar ilmu perlu disiapkan secara masak-masak dalam sebuah kurikulum pembelajaran yang memang dirancang berbasis internet. Mengimplementasikan pembelajaran berbasis internet bukan berarti sekedar menaruh materi asuh pada web. Selain bahan ajar, skenario pembelajaran perlu disiapkan dengan matang untuk memanggil keterlibatan penerima bimbing secara aktif dan konstruktif dalam proses belajar mereka.
Teknologi gres utamanya dalam bidang ICT mempunyai peran yang makin penting dalam pembelajaran. Banyak orang percaya bahwa multimedia akan dapat membawa kita kepada situasi berguru dimana “learning with effort” akan mampu digantikan dengan ” learning with .fun”. Apalagi dalam pembelajaran orang sampaumur, learning with effort menjadi hal yang cukup menyusahkan untuk dilaksanakan karena berbagai faktor pembatas mirip usia, kesanggupan daya tangkap, kemauan berupaya, dll. Kaprikornus proses pembelajaran yang menggembirakan, inovatif, tidak menjemukan menjadi opsi para fasilitator. Jika suasana belajar mirip ini tidak tercipta, paling tidak multimedia dapat menciptakan belajar lebih efektif berdasarkan pendapat beberapa pengajar. Pada dikala ini kita semua memahami bahwa “proses berguru” dipandang sebagai proses yang aktif dan partisipatif, konstruktif, kumulatif, dan berorientasi pada tujuan pembelajaran, baik Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) maupun Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK).
Mengkombinasikan antara konferensi secara tatap tampang dengan pembelajaran elektro dapat mengembangkan donasi dan interaktifitas antar peserta didik. Melalui tatap tampang akseptor bimbing dapat mengenal sesama peserta asuh dan guru pendampingnya. Keakraban ini sungguh menunjang kerja kolaborasi mereka secara virtual. Persiapan matang sebelum mengimplementasikan sebuah pembelajaran berbasis multimedia memegang peran penting demi kelancaran proses pembelajaran. Segala antisipasi seperti penjadwalan hingga dengan penentuan teknis komunikasi selama proses pembelajaran merupakan tahapan penting dalam melakukan pembelajaran berbasis web.
Penelitian ini dilaksanakan dengan menciptakan versi pembelajaran elektro (e-learning) untuk memajukan mutu pembelajaran mata kuliah di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK UPI yang berbasis internet yang dapat digunakan selaku sarana yang menunjang proses mencar ilmu mengajar serta tidak hanya mengimplementasikan bahan bimbing pada web, tetapi juga menciptakan skenario pembelajaran dengan matang untuk memanggil keterlibatan akseptor didik secara aktif dan konstruktif dalam proses berguru mereka.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
E-learning yang dikembangkan di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK UPI dibutuhkan bisa menawarkan tambahan waktu yang berkualitas diluar jam kuliah dan menjadi alat bantu perkuliahan untuk penyampaian materi dan peran-tugas terstruktur dari mata kuliah . Selain itu juga dengan pembelajaran elearning ini diperlukan terselenggaranya pembelajaran mata kuliah secara online yang mampu memberi derma bagi terselenggaranya perkuliahan yang interaktif sehingga mahasiswa bisa melakukan diskusi dengan dosen maupun dengan mahasiswa yang lain dalam forum diskusi yang ditawarkan dalam sistem elearning ini.
Batasan Masalah
- Sistem yang dikembangkan cuma merupakan alat bantu perkuliahan, bukan pengganti kuliah.
- Sistem yang dikembangkan adalah berbasis web dengan tunjangan PHP programming dan database MySQL.
- Software implementasi e-learning yang dicoba untuk dikembangkan dalam pembelajaran ini adalah Moodle
Peranan Media Ajar Dalam Proses Pembelajaran
Strategi mengajar berdasarkan Muhibbin Syah (2002), didefiniskan sebagai sejumlah langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk meraih tujuan pengajaran tertentu. Strategi mengajar ini mecakup beberapa tahapan, mirip :
- Strategi perumusan target proses mencar ilmu mengajar (PBM), yang berkaitan dengan taktik yang mau digunakan oleh pengajar dalam memilih contoh asuh untuk mencapai target PBM.
- Strategi perencanaan proses berguru mengajar, berkaitan dengan langlah-langkah pelaksanaan meraih target yang sudah ditetapkan. Dalam tahap ini tergolong penyusunan rencana perihal media didik yang mau digunakan.
- Strategi pelaksanaan proses balajar mengajar, berafiliasi dengan pendekatan metode pengajaran yang sungguh-sungguh sesuai dengan pokok bahasan materi bimbing.
Dalam pelaksanaannya, teknik penggunaan dan pemanfaatan media turut memperlihatkan andil yang besar dalam menarik minatmahasiswa dalam PBM, karena pada dasarnya media memiliki dua fungsi utama, yaitu media selaku alat bantu dan media sebagai sumber belajar bagi mahasiswa (Djamarah, 2002; 137). Umar Hamalik (1986), Djamarah (2002) dan Sadiman, dkk (1986), menggolongkan media ini menurut jenisnya ke dalam berbagai jenis :
- Media auditif, ialah media yang hanya mengandalkan kemampuan bunyi saja, mirip taperecorder.
- Media visual, adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan dalam wujud visual.
- Media audiovisual, ialah media yang mempunyai bagian bunyi dan komponen gambar. Jenis media ini memiliki kemampuan yang lebih baik, dan media ini dibagi ke dalam dua jenis
- audiovisual membisu, yang menampilkan suara dan visual membisu, seperti film sound slide.
- Audiovisual gerak, adalah media yang mampu memperlihatkan unsur bunyi dan gambar yang bergerak, mirip film, video cassete dan VCD.
Sementara itu, selain media-media tersebut di atas, di forum pendidikan kedatangan perangkat komputer telah ialah sebuah hal yang harus dikondisikan dan disosialisasikan untuk menjawab tantangan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di segi lain sungguh banyak pengguna jasa dibidang komputer yang mengharapkan mampu membantu mereka baik sebagai tutor, tutee maupun tools yang belum mampu dipenuhi oleh tenaga yang profesional dibidangnya yang dihasilkan lewat forum pendidikan yang ada. Hal ini juga dikeluhkan oleh para pengajar kepada kemampuan untuk mengetahui, mengimplementasikan, serta mengaplikasikan pengajaran sejalan dengan tuntutan kurikulum alasannya keterbatas isu dan training yang mereka peroleh.
Definisi E-Learning
Jaya Kumar C. Koran (2002), mendefinisikan e-learning selaku sembarang pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronika (LAN, WAN, atau internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau tutorial. Ada pula yang menafsirkan e-learning selaku bentuk pendidikan jarak jauh yang dijalankan melalui media internet. Sedangkan Dong (dalam Kamarga, 2002) mendefinisikan elearning selaku kegiatan mencar ilmu asynchronous melalui perangkat elektronik komputer yang menemukan bahan belajar yang tepat dengan kebutuhannya. Atau e-learning didefinisikan sebagai berikut :
e-Learning is a generic term for all technologically supported learning using an array of teaching and learning tools as phone bridging, audio and videotapes, teleconferencing, satellite transmissions, and the more recognized web-based pembinaan or computer aided instruction also commonly referred to as online courses (Soekartawi, Haryono dan Librero, 2002).
Rosenberg (2001) menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengantarkan serangkaian solusi yang mampu mengembangkan wawasan dan keterampilan. Hal ini senada dengan Cambell (2002), Kamarga (2002) yang intinya menekankan penggunaan internet dalam pendidikan sebagai hakekat elearning. Bahkan Onno W. Purbo (2002) menerangkan bahwa istilah “e” atau singkatan dari elektronika dalam e-learning dipakai selaku ungkapan untuk segala teknologi yang dipakai untuk mendukung perjuangan-perjuangan pengajaran lewat teknologi elektro internet. Internet, Intranet, satelit, tape audio/video, TV interaktif dan CD-ROM adalah sebagian dari media elektronika yang digunakan Pengajaran boleh disampaikan secara ‘synchronously’ (pada waktu yang sama) ataupun ‘asynchronously’ (pada waktu yang berlainan). Materi pengajaran dan pembelajaran yang disampaikan melalui media ini mempunyai teks, grafik, animasi, simulasi, audio dan video. Ia juga mesti menawarkan kemudahan untuk ‘discussion group’ dengan pemberian profesional dalam bidangnya.
Perbedaan Pembelajaran Tradisional dengan e-learning yakni kelas ‘tradisional’, dosen/guru dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan ilmu pengetahuan kepada pelajarnya. Sedangkan di dalam pembelajaran ‘e-learning’ konsentrasi terutama adalah mahasiswa/siswa. Mahasiswa mampu berdiri diatas kaki sendiri pada waktu tertentu dan bertanggung-jawab untuk pembelajarannya. Suasana pembelajaran ‘e-learning’ akan ‘memaksa’ mahasiswa memainkan peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya. Mahasiswa menciptakan perancangan dan mencari bahan dengan usaha, dan inisiatif sendiri.
Khoe Yao Tung (2000) menyampaikan bahwa sehabis kedatangan dosen dalam arti bahwasanya, internet akan menjadi komplemen dan komplemen dalam menjadikan wakil guru yang mewakili sumber mencar ilmu yang penting di dunia. Cisco (2001) menerangkan filosofis e learning selaku berikut.
Pertama, elearning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, training secara on-line.
Kedua, e-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional (model berguru konvensional, kajian terhadap buku teks, CD-ROM, dan pelatihan berbasis komputer) sehingga mampu menjawab tantangan pertumbuhan globalisasi.
Ketiga, e-learning tidak mempunyai arti mengambil alih model belajar konvensional di dalam kelas, namun memperkuat versi belajar tersebut melalui pengayaan content dan pengembangan teknologi pendidikan.
Keempat, Kapasitas mahasiswa amat bermacam-macam tergantung pada bentuk isi dan cara penyampaiannya. Makin baik keselarasan antar konten dan alat penyampai dengan gaya mencar ilmu, maka akan lebih baik kapasitas siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik.
Sementara itu Onno W. Purbo (2002) mensyaratkan tiga hal yang wajib dipenuhi dalam mendesain elearning, yakni : sederhana, personal, dan cepat. Sistem yang sederhana akan memudahkan peserta latih dalam memanfaatkan teknologi dan menu yang ada, dengan fasilitas pada panel yang disediakan, akan mengurangi pengenalan sistem e-learning itu sendiri, sehingga waktu berguru peserta dapat diefisienkan untuk proses mencar ilmu itu sendiri dan bukan pada belajar menggunakan metode e-learning-nya.
Syarat personal mempunyai arti pengajar dapat berinteraksi dengan baik seperti layaknya seorang guru yang berkomunikasi dengan murid di depan kelas. Dengan pendekatan dan interaksi yang lebih personal, akseptor asuh diamati kemajuannya, serta dibantu segala dilema yang dihadapinya. Hal ini akan membuat akseptor asuh betah berlama-lama di depan layar komputernya. Kemudian layanan ini ditunjang dengan kecepatan, respon yang cepat terhadap ganjalan dan kebutuhan peserta bimbing yang lain. Dengan demikian perbaikan pembelajaran mampu dilakukan secepat mungkin oleh pengajar atau pengelola.
Fungsi dan Manfaat E-Learning
Ada 3 (tiga) fungsi pembelajaran elektro terhadap acara pembelajaran di dalam kelas (classroom instruction), yakni sebagai suplemen yang sifatnya opsi/opsional, pemanis (suplemen), atau pengganti (substitusi) (Siahaan, 2002).
a. Suplemen
Dikatakan berfungsi sebagai supplemen (aksesori), jika peserta didik memiliki kebebasan menentukan, apakah akan mempergunakan materi pembelajaran elektronik atau tidak. Dalam hal ini, tidak ada keharusan/keharusan bagi pesertadidik untuk mengakses bahan pembelajaran elektronik. Sekalipun sifatnya opsional, akseptor didik yang memanfaatkannya tentu akan memiliki aksesori pengetahuan atau wawasan.
b. Komplemen (pelengkap) Dikatakan berfungsi sebagai tambahan (suplemen) kalau materi pembelajaran elektro diprogramkan untuk melengkapi bahan pembelajaran yang diterima siswa di dalam kelas (Lewis, 2002). Sebagai aksesori memiliki arti bahan pembelajaran elektro diprogramkan untuk menjadi materi reinforcement (pengayaan) atau remedial bagi penerima bimbing di dalam mengikuti aktivitas pembelajaran konvensional. Materi pembelajaran elektronika dibilang selaku enrichment, kalau kepada akseptor bimbing yang mampu dengan cepat menguasai/mengerti materi pelajaran yang disampaikan guru secara tatap tampang (fast learners) diberikan peluang untuk mengakses bahan pembelajaran elektronika yang memang secara khusus dikembangkan untuk mereka.
Tujuannya semoga makin memantapkan tingkat penguasaan akseptor bimbing terhadap materi pelajaran yang disuguhkan guru di dalam kelas.Dikatakan selaku acara remedial, kalau terhadap penerima bimbing yangmengalami kesusahan mengerti bahan pelajaran yang dihidangkan guru secara tatapmuka di kelas (slow learners) diberikan peluang untuk mempergunakan bahan pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dirancang untuk mereka. Tujuannya biar akseptor latih kian lebih mudah memahami bahan pelajaran yang disuguhkan guru di kelas.
c. Substitusi (pengganti)
Beberapa akademi tinggi di negara-negara maju menunjukkan beberapaalternatif versi kegiatan pembelajaran/perkuliahan kepada para mahasiswanya.Tujuannya semoga para mahasiswa mampu secara fleksibel mengorganisir kegiatan perkuliahannya sesuai dengan waktu dan kegiatan lain sehari-hari mahasiswa.
Ada 3 alternatif versi aktivitas pembelajaran yang dapat diseleksi akseptor bimbing, ialah:
- Sepenuhnya secara tatap muka (konvensional),
- Sebagian secara tatap paras dan sebagian lagi lewat internet, atau bahkan
- Sepenuhnya lewat internet.
Alternatif versi pembelajaran mana pun yang hendak dipilih mahasiswa tidak menjadi dilema dalam evaluasi. Karena ketiga versi penghidangan materiperkuliahan menerima akreditasi atau penilaian yang sama. Jika mahasiswadapat menuntaskan acara perkuliahannya dan lulus melalui cara konvensional atau sepenuhnya lewat internet, atau bahkan melalui perpaduan kedua model ini, maka institusi penyelenggara pendidikan akan memberikan pengukuhan yangsama. Keadaan yang sangat fleksibel ini dinilai sangat menolong mahasiswa untuk mempercepat penyelesaian perkuliahannya. Manfaat pembelajaran Elektronik Learning Menurut A. W. Bates (Bates, 1995) dan K. Wulf (Wulf, 1996) manfaat Pembelajaran elektronika Learning (e-Learning) itu terdiri atas 4 hal, yaitu:
1. Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara penerima asuh dengan guru atau instruktur (enhance interactivity). Apabila dirancang secara cermat, pembelajaran elektronik mampu mengembangkan kadar interaksi pembelajaran, baik antara penerima asuh dengan guru/instruktur, antara sesama penerima bimbing, maupun antara peserta latih dengan materi mencar ilmu (enhance interactivity). Berbeda halnya dengan pembelajaran yang bersifat konvensional. Tidak semua penerima didik dalam kegiatan pembelajaran konvensional mampu, berani atau mempunyai peluang untuk mengajukanpertanyaan ataupun memberikan pendapatnya di dalam diskusi. Hal ini disebabkan sebab pada pembelajaran yang bersifat konvensional, peluang yang ada atau yang disediakan dosen/guru/pelatih untuk berdiskusi atau mengajukan pertanyaan jawab sungguh terbatas.
2. Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapansaja (time and place flexibility). Mengingat sumber berguru yang sudah dikemas secara elektro dan tersedia untuk diakses oleh peserta didik lewat internet, maka penerima ajar dapat melakukan interaksi dengan sumber mencar ilmu ini kapan saja dan dari mana saja (Dowling, 2002). Demikian juga dengan peran-peran aktivitas pembelajaran, mampu diserahkan terhadap guru/dosen/pelatih begitu final dilakukan. Tidak perlu menunggu hingga ada komitmen untuk berjumpa dengan dosen/instruktur.
3. Menjangkau akseptor ajar dalam cakupan yang luas (potential to reach aglobal audience). Dengan keleluasaan waktu dan kawasan, maka jumlah peserta ajar yang mampu dijangkau lewat kegiatan pembelajaran elektronik kian lebih banyakatau meluas. Ruang dan tempat serta waktu tidak lagi menjadi hambatan. Siapa saja, di mana saja, dan kapan saja, seseorang dapat belajar. Interaksi dengan sumber mencar ilmu dilakukan melalui internet. Kesempatan berguru benar-benarterbuka lebar bagi semua orang yang memerlukan.
4. Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of content as well as archivable capabilities). Fasilitas yang tersedia dalam teknologi internet dan aneka macam perangkat lunak (software) yang terus berkembang turut membantu membuat lebih mudah pengembangan bahan berguru elektro. Demikian juga dengan penyempurnaan atau pemutakhiran materi berguru sesuai dengan tuntutan perkembangan bahan keilmuannya mampu dijalankan secara periodik dan gampang. Di samping itu,penyempurnaan sistem penyajian bahan pembelajaran dapat pula dilakukan, baik yang didasarkan atas umpan balik dari akseptor didik maupun atas hasil penilaian guru/dosen/ pelatih selaku penanggungjawab atau pembina materi pembelajaran itu sendiri.
Teknologi Pendukung E-learning
Dalam prakteknya e-learning membutuhkan perlindungan teknologi. Karena itu diketahui istilah: computer based learning (CBL) adalah pembelajaran yang sepenuhnya memakai komputer; dan computer assisted learning (CAL) yaitu pembelajaran yang memakai alat bantu utama komputer.
Teknologi pembelajaran terus berkembang. Namun pada prinsipnya teknologi tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: Technology based learning dan Technology based web-learning. Technology based learning ini pada prinsipnya berisikan Audio Information Technologies (radio, audio tape, voice mail telephone) dan Video Information Technologies (video tape, video text, video messaging). Sedangkan technology based web-learning intinya yaitu Data Information Technologies (bulletin board, Internet, e-mail, tele-collaboration). Dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari, yang sering ditemui adalah variasi dari teknologi yang dituliskan di atas (audio/data, video/data, audio/video).
Teknologi ini juga sering di pakai pada pendidikan jarak jauh (distance education), dimasudkan semoga komunikasi antara murid dan guru mampu terjadi dengan keunggulan teknologi e-learning ini. Di antara banyak akomodasi internet, menurut Onno W. Purbo (1997), “ada lima aplikasi patokan internet yang dapat dipakai untuk keperluan pendidikan, yaitu email, Mailing List (milis), News group, File Transfer Protocol (FTC), dan World Wide Web (WWW)”. Sedangkan Rosenberg (2001) mengkatagorikan tiga standar dasar yang ada dalam e-learning.
Pertama, e-learning bersifat jaringan, yang menjadikannya mampu memperbaiki secara cepat, menyimpan atau memunculkan kembali, mendistribusikan, dan sharing pembelajaran dan info.
Kedua, e-learning dikirimkan kepada pengguna melalui komputer dengan memakai patokan teknologi internet.
Ketiga, e-learning terfokus pada persepsi pembelajaran yang paling luas, penyelesaian pembelajaran yang menggungguli paradikma tradisional dalam training. Ada beberapa alternatif paradigma pendidikan lewat internet ini yang salah satunya yakni system “dot.com educational system” (Kardiawarman, 2000).
Paradigma ini mampu mengitegrasikan beberapa sistem mirip,
Pertama, paradigma virtual teacher resources, yang mampu menangani terbatasnya jumlah guru yang berkualitas, sehingga siswa tidak haus secara intensif membutuhkan bantuan guru, karena peranan guru maya (virtual teacher) dan sebagian besar diambil alih oleh tata cara berguru tersebut.
Kedua, virtual school system, yang mampu membuka peluang menyelenggarakan pendidikan dasar, menengah dan tinggi yang tidak membutuhkan ruang dan waktu. Keunggulan paradigma ini daya tampung mahasiswa tak terbatas. Mahasiswa mampu melakukan aktivitas berguru kapan saja, dimana saja, dan darimana saja.
Ketiga, paradigma cyber educational resources system, atau dot com leraning resources system.
Merupakan pedukung kedua paradigma di atas, dalam menolong kanal terhadap postingan atau jurnal elektronik yang tersedia secara bebas dan gratis dalam internet. Penggunaan e-learning tidak mampu dilepaskan dengan peran Internet. Menurut Williams (1999). Internet ialah ‘a large collection of computers in networks that are tied together so that many users can share their vast resources’.
Internet selaku Media Pembelajaran
Penggunaan Internet untuk kebutuhan pendidikan yang kian meluas terutama di negara-negara maju, merupakan fakta yang memperlihatkan bahwa dengan media ini memang dimungkinkan diselenggarakannya proses belajar mengajar yang lebih efektif. Hal itu terjadi alasannya adalah dengan sifat dan karakteristik Internet yang cukup khas, sehingga diperlukan bisa digunakan selaku media pembelajaran sebagaimana media lain sudah dipergunakan sebelumnya mirip radio, televisi, CD-ROM Interkatif dan lain-lain.
Gambar Jaringan internet yang mampu diakses untuk pembelajaran
Sebagai media yang diharapkan akan menjadi bab dari suatu proses berguru mengajar di sekolah, internet harus mampu memberikan tunjangan bagi terselenggaranya proses komunikasi interaktif antara guru dengan siswa sebagaimana yang dipersyaratkan dalam sebuah acara pembelajaran. Kondisi yang harus bisa didukung oleh internet tersebut khususnya berkaitan dengan strategi pembelajaran yang akan dikembangkan, yang jikalau dijabarkan secara sederhana, bisa diartikan sebagai aktivitas komunikasi yang dilaksanakan untuk mengajak siswa menjalankan peran-tugas dan menolong siswa dalam memeperoleh pengetahuan yang dibutuhkan dalam rangka mengerjakan peran-tugas tersebut (Boettcher 1999).
Strategi pembelajaran yang meliputi pengajaran, diskusi, membaca, penugasan, penyajian dan penilaian, secara lazim keterlaksanaannya tergantung dari satu atau lebih dari tiga mode dasar obrolan/komunikasi selaku berikut (Boettcher 1999):
- obrolan/komunikasi antara guru dengan siswa
- dialog/komunikasi antara siswa dengan sumber belajar
- obrolan/komunikasi di antara siswa
Apabila ketiga aspek tersebut mampu diselenggarakan dengan komposisi yang serasi, maka diharapkan akan terjadi proses pembelajaran yang optimal. Para pakar pendidikan menyatakan bahwa kesuksesan pencapaian tujuan dari pembelajaran sungguh ditentukan oleh keseimbangan antara ketiga aspek tersebut (Pelikan, 1992).
Kemudian dinyatakan pula bahwa perancangan suatu pembelajaran dengan memprioritaskan keseimbangan antara ketiga obrolan/komuniaksi tersebut sangat penting pada lingkungan pembelajaran berbasis Web (Boettcher 1999).
Yang kemudian menjadi pertanyaan yaitu, apakah Internet bisa memenuhi ketiga standar tersebut?. Sebagaimana sudah dibahas secara sepintas di bab depan, bahwasanya internet merupakan media yang bersifat multi-rupa, pada satu sisi Internet bisa digunakan-untuk berkomunikasi secara interpersonal contohnya dengan menggunakan e-mail dan chat sebagai sarana berkomunikasi antar langsung (one-to-one communications), di segi lain dengan e-mail-pun pengguna mampu melaksanakan komunikasi dengan lebih dari satu orang atau sekelompok pengguna yang lain (one-to-many communications). Bahkan sebagaimana sudah disinggung di bab depan, internet juga mempunyai kemampuan memfasilitasi aktivitas diskusi dan kerja sama oleh sekelompok orang. Di samping itu dengan kemampuannya untuk mengadakan komunikasi tatap wajah (teleconference), memungkinkan pengguna internet bisa berkomunikasi secara audiovisual sehingga dimungkinkan terselenggaranya komunikasi ekspresi maupun nonverbal secara real-time.
Dengan demikian tampakbahwa secara konkret internet memang akan bisa dipakai dalam seting pembelajaran di sekolah, alasannya mempunyai karakteristik yang khas ialah
- Sebagai media interpersonal dan juga selaku media massa yang memungkinkan terjadinya komunikasi one-to-one maupun one-to-many,
- Memiliki sifat interkatif, dan
- Memungkinkan terjadinya komunikasi secara sinkron (syncronous) maupun tertunda (asyncronous), sehingga memungkinkan terselenggaranya ketiga jenis obrolan/komunikasi yang merupakan syarat terselengaranya sebuah proses belajar mengajar.
Dengan demikian terlihat bahwa sebagaimana media lain yang selama ini sudah dipergunakan selaku media pendidikan secara luas, Internet juga memiliki kesempatan yang tak kalah besarnya dan bahkan mungkin alasannya adalah karakteristiknya yang khas maka di suatu dikala nanti Internet mampu menjadi media pembelajaran yang paling ternama dan paling dipergunakan secara luas.
Pengajaran Berbasis Web
Khan (1997) mendefinisikan pengajaran berbasis web (WBI) sebagai acara pengajaran berbasis hypermedia yang mempergunakan atribut dan sumber daya World Wide Web (Web) untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Sedangkan menurut Clark (1996), WBI adalah pengajaran perorangan yang diantarmelalui jaringan komputer biasa atau pribadi dan ditampilkan oleh web browser. Oleh alasannya itu kemajuan WBI akan terkait dengan perkembangan teknologi web (perangkat keras dan perangkat lunak) maupun perkembangan jumlah situs-website di dunia yang sangat cepat. Kemajuan perangkat keras ditandai dengan pemakaian teknologi ATM (Asynchronous Transfer Mode) dan serat optis yang memungkinkan transfer data yang besar dan cepat. Dalam bidang perangkat lunak, Java yang dikembangkan oleh Sun Microsystems bisa membuat aplikasidalam halaman web yang bersifat dinamis.
Disamping itu pertumbuhan WBI juga dipacu oleh besarnya keuntungan yang didapat jikalau dibanding denganmedia pengajaran yang lain. Pemanfaatan internet dalam WBI ini bisa mendorong kemajuan universitas terbuka atau pembelajaran jarak jauh, sebab WBI dianggap termurah dibanding CAI/CBI, siaran radio, kaset video, dan lainlainnya. Dengan WBI ini berguru tidak lagi terikat dengan waktu dan ruang pastinya. Pada kenyataannya kini ini, lewat internet memang bias mengantarvideo namun tidak mampu secepat kalau mengakses kaset video, televisi, atau CD-ROM secara langsung. Lagi pula, interaksi waktu nyata yang dijalin tidak sebaik komunikasi telepon ataupun pertemuan video.
Sedangkan isu tekstual yang diperoleh pun juga tidak sebaik dari buku atau majalah. Akan namun mengapa web demikian pesat perkembangannya?. Hal ini alasannya adalah dalam web bisa ditemukan campuran laba atas media lain tersebut. Dalam web bisa diperoleh info video dan bunyi sekaligus teks dan gambar serta dimungkinkan komunikasi interaktif dari berbagai sumber gosip di seluruh dunia. Disamping itu, berdasarkan McManus (1995) ternyata jaringan internet bukanlah semata-mata sebuah media, namun lebih dari itu juga ialah pemberi materi dan sekaligus materinya. Seorang dosen yang mengajarkan suatu topik tertentu lewat web akan dengan gampang menghubungkannya dengan situs-situs web yang berkaitan dengan topik tersebut.
Program WBI yang bagus berdasarkan Albert dan Canale (1996) mesti memiliki kesanggupan yang lebih dari pada sekedar menjalin komunikasi dua arah. Kemampuan ini mencakup:
- Penyampaian materi dalam berbagai bentuk data serta mampu dihubungkan ke berbagai sumber gosip yang lain (hypermedia)
- Pendaftaran mahasiswa secara on-line sehingga bisa dilakukan setiap ketika
- Identifikasi susukan selanjutnya bagi mahasiswa yang telah terdaftar
- Penelusuran perkembangan belajar
- Evaluasi
- Fleksibilitas kontrol terhadap alur pembelajaran dan lain-lain
Masalah evaluasi menjadi rumit dalam program WBI. Seperti halnya dalam program mencar ilmu jarak-jauh lainnya, tidak ada sebuah cara untuk menjamin bahwa orang yang duduk melakukan soal-soal di depan komputer yang letaknya jauh di pecahan bumi sana yakni mahasiswa yang telah terdaftar. Fasilitas login dengan username dan password semata-mata cuma untuk kepentingan keselamatan saluran mahasiswa dari orang lain yang tidak dikehendaki. Oleh karena itu kejujuran mahasiswa memegang peranan yang sangat penting.
Dengan perkiraan bahwa soal-soal dijalankan oleh mahasiswa yang terdaftar, maka evaluasi secara on-line mampu dilaksanakan dengan cara mengantarseluruh tanggapan soalsoalsekaligus dalam satu dokumen HTML atau setiap satu jawabansoal diantarsendirisendiri. Kerugian cara pertamaadalah bahwa umpan balik setiap satu jawaban soal tidakbisa diberikan secepatnya pada dikala pembuatan soal-soal sedang berlangsung. Kerugian cara kedua adalah bahwasetiap satu tanggapan membutuhkan identifikasi sebab setiappengiriman merupakan peristiwa yang independent. Namun halini mampu diatasi dengan field tersembunyi dan dengan”cookie”.
Tahapan perancangan WBI mencakup penentuan karakteristik penerima didik, deskripsi hasil berguru yang diperlukan, kenali bahan dan taktik penilaian,penyusunan rencana struktur dasar program, implementasi perancangan prototipe dan uji coba, merevisi dan memvalidasi,meng-install serta monitoring dan review (James, 1997).
Seorang dosen yang akan mengelola suatu mata kuliah dalam bentuk WBI perlu mencermati tahapan tersebut. Adapun penyusunan rencana yang bersifat perangkat keras serta infrasturktur yang mendukung jaringan internet bukan menjadi tanggung jawab masingmasing dosen mata kuliah, akan tetapi menjadi tanggung jawab lembaga secera keseluruhan.
E-Learning Sebagai Media Pembelajaran
Pembelajaran dengan memakai media elektronika. E-learning, mirip juga namanya “Electronic Learning” disampaikan dengan memakai media elektronika yang terhubung dengan Internet (World Wide Web yang menghubungkan semua unit komputer di seluruh dunia yang terkoneksi dengan Internet) dan Intranet (jaringan yang mampu menghubungkan semua unit komputer dalam suatu perusahaan). Jika Anda memiliki komputer yang terkoneksi dengan Internet, Anda sudah mampu berpartisipasi dalam e-learning.
Dengan cara ini, jumlah pembelajar yang mampu ikut berpartisipasi bisa jauh lebih besar dari pada cara mencar ilmu secara konvensional di ruang kelas (jumlah siswa tidak terbatas pada besarnya ruang kelas). Teknologi ini juga memungkinkan penyampaian pelajaran dengan mutu yang relatif lebih standar dari pada pembelajaran di kelas yang tergantung pada “mood” dan keadaan fisik dari pelatih. Dalam e-learning, modul-modul yang sama (gosip, penampilan, dan mutu pembelajaran) mampu diakses dalam bentuk yang serupa oleh semua siswa yang mengaksesnya, sedangkan dalam pembelajaran konvensional di kelas, sebab argumentasi kesehatan atau duduk perkara pribadi, satu instruktur pun mampu menunjukkan pelajaran di beberapa kelas dengan kualitas yang berlainan.
Pembelajaran formal vs. informal. E-learning dalam arti luas bisa mencakup pembelajaran yang dikerjakan di media elektro (internet) baik secara formal maupun informal. E-learning secara formal, misalnya ialah pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata pelajaran dan tes yang telah dikontrol dan disusun berdasarkan jadwal yang sudah disepakati pihak-pihak terkait (pengurus e-learning dan pembelajar sendiri). Pembelajaran seperti ini lazimnya tingkat interaksinya tinggi dan diwajibkan oleh perusahaan pada karyawannya, atau pembelajaran jarak jauh yang dikontrol oleh universitas dan perusahaan-perusahaan (biasanya perusahan konsultan) yang memang bergerak di bidang penyediaan jasa e-learning untuk biasa . E-learning mampu juga dikerjakan secara informal dengan interaksi yang lebih sederhana, misalnya melalui sarana mailing list, e-newsletter atau website pribadi, organisasi dan perusahaan yang ingin mensosialisasikan jasa, acara, wawasan atau keterampilan tertentu pada masyarakat luas (umumnya tanpa memungut ongkos).
Beberapa manfaat yang mampu dirasakan dari proses pembelajaran dengan e-learning, diataranya :
1. Fleksibilitas.
Jika pembelajaran konvensional di kelas mengharuskan siswa untuk hadir di kelas pada jam-jam tertentu (sering kali jam ini bentrok dengan acara berkala siswa), maka e-learning menunjukkan fleksibilitas dalam menentukan waktu dan tempat untuk mengakses pelajaran. Siswa tidak perlu mengadakan perjalanan menuju kawasan pelajaran disampaikan, e-learning bisa diakses dari mana saja yang memiliki jalan masuk ke Internet. Bahkan, dengan berkembangnya mobile technology (dengan palmtop, bahkan telepon selular jenis tertentu), makin gampang mengakses elearning. Berbagai kawasan juga telah menawarkan sambungan internet gratis (di bandara internasional dan cafe-cafe tertentu), dengan demikian dalam perjalanan pun atau pada waktu istirahat makan siang sambil menanti sajian disuguhkan, Anda bisa memanfaatkan waktu untuk mengakses e-learning.
2. Independent Learning
E-learning memperlihatkan kesempatan bagi pembelajar untuk memegang kendali atas kesuksesan belajar masing-masing, artinya pembelajar diberi kebebasan untuk memilih kapan akan mulai, kapan akan menuntaskan, dan bagian mana dalam satu modul yang ingin dipelajarinya apalagi dahulu. Ia mampu mulai dari topik-topik ataupun halaman yang mempesona minatnya terlebih dahulu, ataupun mampu melewati saja bab yang dia anggap sudah beliau kuasai. Jika ia mengalami kesusahan untuk mengerti suatu bab, beliau bisa mengulang-ulang lagi sampai dia merasa bisa mengetahui. Seandainya, sesudah diulang masih ada hal yang belum ia ketahui, pembelajar bisa menghubungi instruktur, nara sumber melalui email atau ikut obrolan interaktif pada waktu-waktu tertentu. Jika ia tidak sempat mengikuti obrolan interaktif, beliau bisa membaca hasil diskusi di message board yang tersedia di LMS (di Website pengelola). Banyak orang yang merasa cara belajar independen seperti ini lebih efektif daripada cara mencar ilmu yang lain yang memaksakannya untuk berguru dengan urutan yang telah ditetapkan.
3. Biaya
Banyak biaya yang bisa diminimalkan dari cara pembelajaran dengan e-learning. Biaya di sini tidak hanya dari segi finansial tetapi juga dari segi non-finansial. Secara finansial, biaya yang mampu diminimalkan, antara lain ongkos angkutanke daerah mencar ilmu dan akomodasi selama mencar ilmu (terutama jika daerah mencar ilmu berada di kota lain dan negara lain), biaya manajemen pengelolaan (contohnya: biaya honor dan derma selama pembinaan, biaya pelatih dan tenaga manajemen pengelola training, kuliner selama pembinaan), penyediaan fasilitas dan fasilitas fisik untuk belajar (contohnya: penyewaan ataupun penyediaan kelas, bangku, papan tulis, LCD player, OHP). Pada dasarnya cara penyampaian atau cara derma (delivery system) dari elearning, dapat digolongkan menjadi dua, adalah : komunikasi satu arah dan komunikasi dua arah. Komunikasi atau interaksi antara dosen dan mahasiswa memang sebaiknya melalui sistem dua arah. Dalam e-learning, tata cara dua arah ini juga mampu diklasifikasikan menjadi dua, yakni :
- Dilaksanakan melalui cara langsung artinya pada saat pelatih memberikan materi kuliah, akseptor didik mampu eksklusif mendengarkanya.
- Dilaksanakan lewat cara tidak langsung contohnya pesan dari instruktur direkam dulu sebelum dipakai.
Beberapa karakteristik e-learning yang mampu dijadikan media pembelajaran di Perguruan Tinggi dan disekolah antara lain :
- Memanfaatkan jasa teknologi elektro, dosen dan mahasiswa atau guru dengan siswa, siswa dengan sesama siswa atau dosen/guru dengan sesama dosen/guru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah tanpa dibatasi oleh hal-hal yang bersifat protokoler.
- Memanfaatkan kelebihan komputer (digital media dan computer networks)
- Menggunakan materi bimbing bersifat berdikari (self learning materials) disimpan dikomputer sehingga mampu diakses oleh dosen dan mahasiswa kapan saja dan dimana saja kalau yang bersangkutan memerlukan.
- Memanfaatkan jadual pembelajaran, kurikulum, hasil pertumbuhan mencar ilmu dan halhal yang berhubungan dengan administrasi pendidikan mampu dilihat setiap saat di komputer.
Pemanfaatan e-learning tidak terlepas dari jasa internet, alasannya teknik pembelajaran yang tersedia di internet begitu lengkap, dan hal ini akan menghipnotis tugas dosen dalam proses pembelajaran. Dahulu, proses berguru mengajar dominasi oleh tugas pendidik, sebab itu disebut the era of teacher. Kini, proses mencar ilmu dan mengajar, banyak didominsi oleh peran pendidik dan buku (the masa of teacher and book) dan pada abad mendatang prose belajar mengajar akan didominasi oleh peran pendidik, buku dan teknologi ( the kala of teacher, book and technology).
Dalam abad global mirip kini ini, mau atau tidak mau, suka atau membenci , kita mesti bekerjasama dengan teknologi terutama teknologi info. Hal ini disebabkan karena teknologi tersebut sudah mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Oleh karenya sebaiknya kita tidak ‘gagap’ teknologi. Banyak hasil penelitian pertanda bahwa siapa yang terlambat menguasai isu, maka terlambat pulalah memperoleh kesempatan untuk maju. Pengembangan e-learning tidak semata-mata cuma menghidangkan bahan pelajaran secar online saja, tetapi harus komunikatif dan menawan. Materi pembelajaran didesain seolah peserta asuh belajar dihadapan pengajar memalui layar komputer yang dihubungkan lewat jaringan internet.
Untuk mampu menghasilkan e-learning yang mempesona dan diminati dalam mengembangkan kualitas pembelajaran, ada tiga syarat hal yang wajib dipenuhi dalam mendesain e-learning, yakni
- Sederhana, metode yang sederhana akan membuat lebih mudah peserta ajar dalam mempergunakan teknologi dan menu yang ada, dengan kemudahan pada panel yang ditawarkan, waktu mencar ilmu peserta akan lebih efisien.
- Personal, pengajar / dosen mampu berinteraksi dengan baik dengan mahasiswanya, mirip layaknya berkomunikasi di depan kelas.Dengan pendekatan dan interaksi yang lebih personal, penerima latih diperhatikan kemajuanya, serta dibantu segala duduk perkara yang dihadapi.
- Cepat, layanan yang ditunjang dengan kecepatan, tanggapanyang cepat kepada keluhan dan keperluan penerima asuh, sehingga perbaikan pembelajaran mampu dilaksanakan secepat mungkin oleh pengajar atau pengelola.
Secara ringkas e-learning perlu diciptakan seolah-olah penerima bimbing mencar ilmu secara konvensional, hanya saja dipindahkan kedalam tata cara digital melalui internet. Karena itu e-learning perlu mengadaptasi unsur-komponen yang umum dilaksanakan dalam metode pembelajaran konvensional. Misalnya dimulai darai perumusan tujuan operasional dan mampu diukur, ada apersepsi atau pre test, menghidupkan motivasi, memakai bahasa yang komunikatif, uraian materi yang terperinci , contoh-acuan konkrit, problem solving, tanya jawab, diskusi, post test, sampai penunjukkandan kegiatan tindak lanjutnya. Oleh sebab itu mendesain e-learning perlu melibatkan pihak terkait, antara lain : pengajar, hebat bahan, hebat komunikasi, programmer, seniman dan lain-lain.
Keunggulan dan Kekurangan E-Learning Petunjuk perihal manfaat penggunaan internet, terutama dalam pendidikan terbuka dan jarak jauh (Elangoan, 1999; Soekartawi, 2002; Mulvihil, 1997; Utarini, 1997), antara lain.
Pertama, Tersedianya akomodasi e-moderating di mana dosen dan mahasiswa dapat berkomunikasi secara gampang melalui kemudahan internet secara regular atau kapan saja aktivitas berkomunikasi itu dijalankan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu.
Kedua, Dosen dan mahasiswa dapat menggunakan materi ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadual lewat internet, sehingga keduanya mampu saling menganggap hingga berapa jauh materi didik dipelajari.
Ketiga, Mahasiswa mampu belajar atau me-review bahan ajar (mata kuliaha) setiap ketika dan di mana saja kalau diharapkan mengenang materi bimbing tersimpan di komputer.
Keempat, Bila mahasiswa memerlukan aksesori gosip yang berhubungan dengan bahan yang dipelajarinya, beliau mampu melakukan susukan di internet secara lebih gampang.
Kelima, Baik doen maupun mahasiswa mampu melakukan diskusi melalui internet yang dapat dibarengi dengan jumlah penerima yang banyak, sehingga memperbesar ilmu wawasan dan pengetahuan yang lebih luas. Keenam, Berubahnya peran mahasiswa dari yang umumnya pasif menjadi aktif. Ketujuh, Relatif lebih efisien. Misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari perguruan tinggi atau sekolah konvensional. Walaupun demikian pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau e-learning juga tidak terlepas dari aneka macam kelemahan. Berbagai kritik (Bullen, 2001, Beam, 1997), antara lain. Pertama, Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri. Kurangnya interaksi ini mampu memperlambat terbentuknya values dalam proses mencar ilmu dan mengajar. Kedua, Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial. Ketiga, Proses mencar ilmu dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan. Keempat, Berubahnya tugas guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, sekarang juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT. Kelima, Siswa yang tidak memiliki motivasi mencar ilmu yang tinggi cenderung gagal. Keenam, 21 Tidak semua daerah tersedia akomodasi internet. Ketujuh, Kurangnya tenaga yang mengenali dan memiliki ketrampilan internet. Kedelapan, Kurangnya penguasaan bahasa komputer.
Metode Penelitian
Penelitian dikerjakan dengan membuat versi pembelajaran e-learning mata kuliah di Jurusan Teknik Elektro FPTK UPI dengan disokong oleh software Moodle. Salah satu media yang mendukung pembelajaran ini yaitu jaringan komputer yang memungkinkan untuk dikembangkan dalam bentuk web yang berbasis internet. Penyajian e-learning berbasis web ini bisa menjadi lebih interaktif. Informasiinformasi perkuliahan juga bisa real time. Begitu pula dengan komunikasinya, meskipun tidak secara pribadi tatapmuka, tetapi forum diskusi perkuliahan mampu dikerjakan. Sementara itu Program yang diimplementasikan untuk elearning di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK UPI ini adalah paket-paket perangkat lunak e-learning dari Moodle, walaupun masih banyak software yang mampu digunakan untuk mendukung pembelajaran interaktif dengan e-learning.
Subyek dan Obyek Penelitian
Subjek dalam observasi ini yakni mahasiswa yang mengontrak mata kuliah yang sudah diseleksi , dalam hal ini yaitu mata kuliah Gambar Teknik pada semester ganjil atau perserta biasa yang telah meregistrasi menjadi akseptor kuliah mata kuliah tersebut. Adapun objek dari penelitian ini adalah pembelajaran mata kuliah gambar teknik dengan memakai akomodasi internet atau dikenal dengan pembelajaran elektro (elearning)
Prosedur Penelitian
Hasil pengujian pembelajaran gambar teknik dengan tata cara e-learning akan menghasilkan data-data dan penghidangan bahan yang lebih simple dan mampu diakses oleh dosen dan mahasiswa tanpa terkendala oleh jarak dan waktu. Dimanapun mereka berada, ketika ada komputer yang sudah terkoneksi dengan internet, maka mereka dapat mendapatkan berita dan materi yang diperlukan.
Adapun langkah untuk menganalisis data observasi mampu dilakukan dengan beberapa langkah, diantaranya :
- Menyiapkan materi materi latih : bahan dapat disediakan dalam bentuk modul, adanaya bahan dan soal yang ditawarkan dan hasil pengerjaanya mampu ditampilkan. Hasil tersebut dapat dijadikan sebagai tolak ukur dan mahasiswa menerima apa yang diharapkan.
- Membuat Komunitas : para mahasiswa dapat mengembangkan komunitas online untuk menemukan derma dan banyak sekali gosip yang saling menguntungkan
- Menyediakan Pengajar online : Para dosen/ pengajar senantiasa online untuk menunjukkan instruksi terhadap para mahasiswa, menjawab pertanyaan dan menolong dalam diskusi.
- Kesempatan melakukan pekerjaan sama : adanya perangkat lunak yang dapat mengatur konferensi online sehingga proses mencar ilmu mengajar mampu dilakukan secara serentak atau real time tanpa kendala jarak.
- Menggunakan kemudahan Multimedia : penggunaan teknologi audia dan videa dalam penyampaian materi sehingga menarik perhatian dalam berguru.
Tinjauan Terhadap Mata Kuliah Gambar Teknik (PED) Mata Kuliah Gambar Teknik (PED) ini merupakan mata kuliah wajib dari perkuliahan pada acara Pendidikan Teknik Elektro untuk semua mahasiswa baru . Selesai mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan mempunyai pengetahuan kemampuan dasar, dalam disain elektrik secara manual maupun memakai software komputer ( Visio, Autocad, Corel Draw ). Adapun bahan kuliah dalam Perancangan Elektrik Dasar meliputi Peralatan Perencanaan dasar elektrik, Keterempilan dalam membuat : macam-macam abjad dan angka, garis dan mengaplikasikannya, gambar proyeksi Eropa dan Amerika, Simbol listrik dan elektronik, Instalasi DC, Dasar Instalasi AC, Disain Instalasi PHB, Dasar Instalasi Tenaga, Disain Instalasi Rumah Tipe 21, 36, 70, dan Bertingkat. Keterampilan ini diberikan dalam bentuk manual maupun dalam bentuk software komputer. Metode yang dipakai pada mata kuliah ini : ceramah, praktikum (manual dan komputer), diskusi dan pemecahan persoalan. Evaluasi dijalankan dengan memberikan peran-peran pada setiap pokok bahasan, dan 2 x cobaan (UTS dan UAS).
Aplikasi Moodle sebagai Virtual Learning Environment
Seiring pertumbuhan teknologi dan perubahan tren serta pola hidup manusia yang cenderung bergerak secara dinamis(mobile), keperluan akan proses berguru jarak jauh atau yang umum disebut dengan teleedukasi makin berkembangpula. E-learning selaku salah satu bab dari teleedukasi memberikan alternatif cara belajar baru. Murid dan guru tidak berada dalam ruang dan waktu yang sama. Meskipun demikian, proses mencar ilmu dan mengajar tetap mampu berlangsung dalam lingkungan virtual. Oleh karena itu, e-learning sering disebut juga dengan Virtual Learning Environment (VLE). Moodle ialah suatu nama untuk suatu acara aplikasi yang dapat merubah sebuah media pembelajaran kedalam bentuk web. Aplikasi ini memungkinkan siswa untuk masuk kedalam “ruang kelas” digital untuk mengakses bahan-bahan pembelajaran.
Dengan memakai Moodle, kita mampu menciptakan materi pembelajaran, kuis, jurnal elektronik dan lain-lain. Moodle itu sendiri yaitu abreviasi dari Modular Object Oriented Dynamic Learning Environment. Moodle merupakan sebuah aplikasi Course Management System (CMS) yang gratis mampu di-download, digunakan ataupun dimodifikasi oleh semua orang dengan lisensi secara GNU (General Public License). Anda dapat mendownload aplikasi Moodle di alamat http://www.moodle.org. yang dikembangkan oleh Martin Dougiamas. Saat ini Moodle sudah dipakai pada lebih dari 150.000 institusi di lebih dari 160 negara di dunia.
Beberapa kelebihan dan yang kita dapatkan dari membangun e-learning dengan memakai Moodle:
- Sederhana, efisien, ringan dan kompatibel dengan banyak browser.
- Praktis cara instalasinya serta mendukung banyak bahasa, tergolong Indonesia.
- Tersedianya administrasi situs untuk pengaturan situs keseluruhan, mengganti theme, menambah module, dan sebagainya.
- Tersedianya manajemen pengguna.
- Manajemen kursus, penambahan jenis kur sus, pengurangan, atau pengubahan kursus.
- Modul Chat, modul penyeleksian (polling), modul lembaga, modul untuk jurnal, modul untuk kuis, modul untuk survai dan workshop, dan masih banyak yang lain.
- Free dan open source software.
Ini sejalan dengan kebijakan pemerintah dengan IGOS-nya, Moodle bersifat free dan open source. Oleh alasannya adalah itu, Moodle sesuai dipakai di lingkungan pendidikan. Di samping itu, Moodle bisa dimodifikasi dan disesuaikan dengan kultur yang ada di Indonesia.
Kebutuhan untuk Instalasi Moodle
Moodle dikembangkan di lingkungan platform LAMP (Linux, Apache, MySQL, dan PHP) namun telah dites juga dengan data base PostgreSQL. Moodle juga pernah diuji pada lingkungan Windows XP dan Netware 6. Untuk melakukan Moodle di Linux diharapkan:
- Webserver Apache.
- PHP versi 4.1.0 ke atas, dengan setting selaku berikut: Dukungan terhadap pustaka GD diaktifkan, mendukung JPG dan PNG. Dukungan kepada pustaka zlib diaktifkan. Dukungan terhadap session diaktifkan. Dukungan terhadap upload fi le diaktifkan. Dukungan kepada Safe Mode mesti dinonaktifkan.
- Database server MySQL atau Potgre SQL. Versi Moodle berikutnya juga akan mendukung software database lainnya.
Analisis
Program yang diimplementasikan untuk e-learning di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK UPI ini yakni paket perangkat lunak e-learning dari Moodle. Moodle diseleksi selaku software yang mendukung pembelajaran ini dikarenakan acara yang o mempunyai kelengkapan modul dan akomodasi. Perangkat lunak moodle yang memiliki kelengkapan dan kesesuaian untuk diimplementasikan di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK UPI diuji cobakan dalam penelitian ini. Untuk melakukan instalasi maka terlebih dahulu mesti dipersiapkan mesin yang hendak digunakan untuk server. Untuk pengujian ini penulis menggunakan mesin Pentium IV 500 Mhz, RAM 256 MB, Hardisk 10 GB, dan Sistem Operasi Windows 2003. Selain itu untuk lainnya diinstall pula sistem operasi Windows sebagai bahan perbandingan. Sebagai web server diinstall Apache dan untuk layanan database diinstalkan pula MySQL Server.
Ujicoba Kelas Virtual
Uji coba ini dijalankan pribadi dengan melibatkan mahasiswa. Uji coba dikerjakan pada mata kuliah yang sudah diputuskan, dalam observasi ini dipilih mata kuliah gambar teknik untuk mahasiswa gres, pada semester ganjil tahun ajuran 2007/2008. Beberapa tampilan hasil uji coba tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Dari hasil pengujian pertama, sangat tampakterutama pada forum diskusi untuk keterlibatan mahasiswa dalam hal keaktifan untuk saling berinteraksi. Berikut akan ditampilkan hasil dan pembahasan modul-modul pembelajaran dan pengajaran mata kuliah Gambar Teknik
a.Tampilan Halaman pembuka dan hompage
Halaman pembuka dibuat dengan memakai Macromedia-Flash MX Pada halaman ini terdapat animasi yang bertujuan supaya halaman menjadi menarik. Halaman pembuka memiliki link ke Homepage proyek dan matakuliah. Tampilan homepage mampu dilihat pada lampiran. Pada home-page gambaran lazim model arsitektur juga ditampilkan, mirip terlihat pada gambar .
b. Modul untuk kelas e-learning
Modul kelas riil dibentuk dengan memakai MS-Powerpoint, sementara Model praktikum riil berupa dokumen format word atau pdf. Hasil pengujian tersebut terekam dalam beberapa gambar dibawah ini