Abu Bakar dilahirkan dua tahun setelah Tahun Gajah yang bertepatan dengan tahun kelahiran Rasulullah Saw. nama asli Abu Bakar yaitu Abdullah, dan diberi julukan Abu Bakar (Bakr yaitu nama unta yang masih muda). Nama lengkapnya yakni Abu Bakar bin Abu Quhafah bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr.
Pada masa jahiliyah, Abu Bakar yakni sahabat erat Rasulullah Saw yang selalu gotong royong mencari Tuhan dan tetap konsisten dengan akhlak mulia. Abu Bakar sering menemani Rasulullah Saw dalam perjalanan jualan ke Negeri Syam, demikian juga dikala seorang pendeta yang memberikan gejala kenabian kepada Abu Thalib dalam sebuah perjalanan jualan ke Negeri Syam, Abu Bakar turut serta dalam rombongan tersebut.
Saat dewasa, Abu Bakar menjadi masyarakatQuraisy yang sangat banyak pengetahuannya, khususnya perihal sejarah dan peninggalan kala kemudian. Dia pun menjadi saudagar yang kaya raya, berakhlak mulia, dan senantiasa menepati komitmen.
Abu Bakar diketahui selaku orang yang cerdas, bijaksana dan lemah lembut. Sejak memasuki usia balig beliau tidak pernah menyembah berhala, Abu Bakar sungguh menyadari betapa batil dan semerawutnya kehidupan beragama di Makkah era itu. Dalam jiwanya terdapat keberanian bagai singa yang mampu menggoncang orang yang berupaya menggoyangkan keimanannya.
Ketika Rasulullah Saw dimuliakan dengan kerasulannya, Abu Bakar menjadi Assabiqunal Awwalun tanpa keragu-raguan sedikitpun dalam hatinya, hingga-hingga Rasulullah Saw berkata : “Tidaklah saya mengajak seseorang memeluk Islam melainkan dirinya dihinggapi keragu-raguan, berlawanan halnya dengan Abu Bakar”.
Ketika Rasulullah Saw diisra’kan dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsa, orang-orang mempertanyakan kebenaran peristiwa itu, bahkan banyak diantara mereka yang mendustakan Muhammad, tetapi tidak demikian dengan Abu Bakar, beliaulah orang yang pertama mempercayai insiden itu dan mengimaninya sampai dia diberi gelar Ash-Shiddiq.
Dalam peristiwa hijrah ke Madinah, Abu Bakar mendapat kehormatan menemani Rasulullah Saw dan menjadi salah seorang yang berada dalam gua. Dalam sejarah peperangan membela Islam, Abu Bakar senantiasa ikut serta, tidak ada satu peperangan pun yang tidak diikutinya.
Abu Bakar menjadi pemegang ar-rayah dalam perang Tabuk. Abu Bakar ditugaskan oleh Rasulullah Saw untuk memimpin rombongan haji pada tahun kesembilan hijriyah. Ketika Rasulullah Saw sakit, Abu Bakar diperintahkan oleh beliau menggantikannya menjadi imam sholat.
Proses Pengangkatan Abu Bakar As-Shiddiq sebagai Khalifah
Tatkala tersiar kabar wacana meninggalnya Rasulullah Saw, kaum muslimin diliputi kebimbangan perihal siapa pengganti pemimpin mereka. Banyak diantara mereka yang tidak mempercayai isu tersebut dan menganggap bahwa Rasulullah Saw belum meninggal. Dalam keadaan mirip ini Abu Bakar berseru kepada seluruh kaum muslimin dengan pidatonya:
“Wahai sekalian insan, barangsiapa yang menyembah terhadap Muhammad, maka Muhammad telah meninggal dunia. Dan barangsiapa yang menyembah Allah, maka Allah tidak pernah akan mati selamanya”. Abu Bakar kemudian membacakan firman Allah QS. Ali Imran (3) : 144.
وَمَا مُحَمَّدٌ اِلَّا رَسُوْلٌۚ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۗ اَفَا۟ىِٕنْ مَّاتَ اَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلٰٓى اَعْقَابِكُمْ ۗ وَمَنْ يَّنْقَلِبْ عَلٰى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَّضُرَّ اللّٰهَ شَيْـًٔا ۗوَسَيَجْزِى اللّٰهُ الشّٰكِرِيْنَ ١٤٤ ( اٰل عمران/3: 144)
Artinya:“Dan Muhammad hanyalah seorang Rasul; sebelumnya sudah berlalu beberapa rasul. Apakah jika beliau wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa berbalik ke belakang, maka ia tidak akan merugikan Allah sedikit pun. Allah akan memberi akibat terhadap orang yang bersyukur. (Qs. Ali Imran [3] : 144)
Dengan mendengar pidato Abu Bakar tersebut, kaum muslimin menyadari bahwa Rasulullah Saw benar sudah meninggalkan mereka, dan kalau bukan karena kebesaran jiwa Abu Bakar, mungkin kaum muslimin tidak bisa mendapatkan realita tersebut.
Kebimbangan selanjutnya yakni perihal siapakah sosok yang mampu mengambil alih kepemimpinan Rasulullah Saw. Saat itu, kaum Anshar terbagi menjadi dua kelompok besar, Aus dan Khazraj. Mereka berkumpul di Saqifah Bani Saidah (suatu Balai Irung atau daerah pertemuan) bermaksud memilih pengganti Rasulullah Saw dari kelompok mereka dengan menunjuk Saad bin Ubadah.
Kaum Anshar merasa berhak atas jabatan itu sebab merekalah yang menolong kaum muslimin dikala hijrah ke Madinah. Pertemuan di Saqifah Bani Saidah tersebut didengar oleh kaum Muhajirin. Maka Abu Bakar, Umar disertai sobat yang lainnya menuju Saqifah Bani Saidah.
Muhajirin dan Anshar merasa berhak atas kepemimpinan itu, maka Abu Bakar berkata: “Baik kami dari kelompok Muhajirin maupun kalian kalangan Ansor merupakan saudara satu agama yang senantiasa menyeru kepada kebaikan melawan kebatilan. Jika kalian menyebutkan perihal kebaikan-kebaikan yang telah kalian lakukan, memang begitulah kenyataannya”.
Saat itu Abu Bakar berencana mempersilahkan kepada kaum Muhajirin dan Anshar untuk menentukan diantara Umar bin Khathab dan Abu Ubadah menjadi pemimpin mereka, tetapi Umar bin Khathab berkata “Bukalah tanganmu Wahai Abu Bakar, bukankah Rasulullah Saw sudah menyuruhmu menjadi imam sholat bagi kaum muslimin?
Jika Rasulullah Saw telah percaya kepadamu mengenai soal agama, maka kami akan mempercayai engkau untuk permasalahan keduniaan, kami serahkan persoalan kepemimpinan ini kepada engkau, engkaulah orang kedua yang berada dalam gua waktu itu, dan engkaulah orang yang paling dicintai Rasulullah Saw dari pada kami. Kemudian Umar membai’at Abu Bakar dibarengi kaum muslimin.
Dengan demikian, akhir dan sempurnalah pemba’iatan Abu Bakar, alasannya adalah mayoritas kaum muslimin membai’atnya, dimana para sobat ternama saat itu berada di Madinah, kecuali Ali bin Abi Thalib yang sedang mengorganisir mayat Rasulullah Saw.
Abu Bakar wafat pada 21 Jumadil Akhir tahun 13 H/ 22 Agustus 634 M. sehabis menderita sakit selama kurang lebih 15 hari lamanya. lalu ia dimakamkan di kamar Aisyah, disamping makam Rasulullah Saw.
Strategi Dakwah Abu Bakar As-Shiddiq Ra.
Masa kepemimpinan Abu Bakar yang singkat banyak dihabiskan untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul akhir wafatnya Rasulullah Saw. Berbagai hal yang dilaksanakan Abu Bakar dalam kepemimpinannya tidak lain ialah ingin merealisasikan stabilitas dan membangun kembali masyarakat muslim yang bersatu. Beberapa strategi dijalankan Abu Bakar antara lain:
a. Peristiwa Riddah
Meninggalnya Rasulullah Saw banyak mengakibatkan gejolak dikalangan umat Islam, salah satunya adalah kaum murtad. Mereka menyatakan keluar dari Islam, ada juga yang masih beriman dan menjalankan sholat tetapi tidak inginmenunaikan zakat karena berasumsi bahwa meninggalnya Rasulullah Saw bermakna menggugurkan keharusan mereka untuk menunaikan zakat.
Karena itu mereka menentang Abu Bakar. Karena perilaku keras kepala dan penentangan yang dapat membahayakan agama dan pemerintahan, Abu Bakar menyelesaikan persoalan ini dengan apa yang disebut perang Riddah (perang melawan kemurtadan). Khalid bin Walid yakni jendral yang banyak berjasa dalam perang Riddah ini.
Masa pemerintahan Abu Bakar nyaris sama dengan pada masa Rasulullah Saw, bersifat sentral, kekuasaan legislative, ekskutif, dan yudikatif terpusat ditangan khalifah. Selain menjalankan roda pemerintahan, khalifah juga melaksanakan hukum. Meskipun demikian, seperti halnya Rasulullah Saw, Abu Bakar selalu mengajak sobat-sahabatnya untuk bermusyawarah.
b. Kodifikasi al-Qur’an
Munculnya perang Riddah menjadikan banyak korban termasuk para penghafal Al-Qur’an. Kenyataan ini sangat menghawatirkan dan merugikan. Oleh sebab itu Umar bin Khathab mengusulkan terhadap Abu Bakar untuk menghimpun goresan pena-tulisan Al-Qur’an menjadi satu buku. Khalifah lalu menunjuk Zaid bin Sabit untuk memimpin pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an tersebut.
Zaid bin Sabit ditunjuk karena beliau yakni sosok perjaka yang cerdas dan berpengalaman mencatat ayat-ayat Al- Qur’an. Proses kodifikasi ini berjalan hingga periode pemerintahan khalifah ketiga Usman bin Affan.
c. Perluasan Wilayah
Setelah menyelesaikan urusan perang dalam negeri, Abu Bakar berfokus merealisasikan keinginan Rasulullah Saw mengirimkan ekspedisi ke perbatasan Syiria dibawah pimpinan Usamah. Selain itu Abu Bakar menugaskan empat orang panglima yang berfokus mempersiapkan ekspedisi militer ke Syam. Beliau mengirimkan lima devisi pasukan dengan peran selaku berikut :
1. Abu Ubaidah Ibn Jarrah, teman yang dijuluki amin hadzihi al-ummah (orang terpercaya dari umat Islam) dikirimkan ke Himsh dan Humah
2. Yazid bin Abu Sufyan dikirim ke Damaskus
3. Syurahbil ibn Hasanah dikirim ke Yordania
4. Amr bin Ash diantarke Palestina
5. Ikrimah ibn Abu Jahal, pasukannya diperintahkan untuk senantiasa siap siaga menyokong keempat devisi diatas kalau membutuhkan sumbangan.
Demikian bahasan singkat tentang dongeng Abu Bakar Ash-Shiddiq Khulafaur Rasyidin yang pertama.