Kisah Penuh Hikmah : Petaka Harta Qarun
Ada seorang yang sungguh kaya berjulukan Qarun. DIa hidup pada zaman Nabi Musa as. Harta Qarun sungguh berlimpah., rumah glamor dengan segala perabotan yang serba mahal. Perhiasan emas dan perak menyanggupi sejumlah peti tempat penyimpanan barang-barang berharga. Saking banyak dan berat, beberapa orang yang kuat harus berupaya keras untuk bisa mengangkatnya.
Sayangnya, Qarun enggan bersyukur. Dia lebih bahagia pamer dibandingkan dengan membuatkan dengan orang-orang miskin. Jangankan menunjukkan sedekah, zakat yang hukumnya wajib saja tidak pernah ia tunaikan. Anehnya beliau tidak segan-segan mengeluarkan uang banyak untuk mendukung aktivitas-acara
yang berbau maksiat.
Tidak sedikit orang yang lemah kepercayaan merasa kesengsem dengan kemewahan hidup Qarun. Mereka sungguh terpukau oleh kekayaan Qarun, bahkan berangan-angan ingin memilikinya. Ironisnya, mereka menilai kekayaan Qarun itu selaku bukti keridhaan dan kecintaan Allah.
Hanya orang-orang yang berpengaruh dogma tidak kepincut oleh kemewahan hidup Qarun. Mereka lebih memprioritaskan ketaatan Kepada Allah, meskipun tidak sedikit diantara mereka yang hidup serba kekurangan. Apalah artinya kekayaan berlimpah jika tak inginbayar zakat. Di darul baka kelak, kekayaan sebanyak apapun tidak bisa dipercaya untuk menyelamatkan pemilinya.
Dalam beberapa peluang, orang-orang beriman menegur sikap pongah Qarun. Mereka juga menasehati Qarun semoga bersedia mengeluarkan uang zakat. Namun, sedikit pun tidak berbekas dalam diri Qarun, seakan hikmah-pesan tersirat itu masuk dari telinga kiri keluar dari indera pendengaran kanan. Pernah suatuketika, beberapa orang saleh merekomendasikan Qarun untuk bersyukur kepada Allah. Mereka meminta agar Qarun mempergunakan kekayaannya untuk acara-kegiatan yang berfaedah, misalkan menyantuni fakir miskin.
Dengan ketus, Qarun menjawab,”Enak saja, Aku mampu begini alasannya jerih payahku sendiri. Kekayaanku adalah hasil keringat sendiri. Masa orang-orang mislin itu mau mencicipinya begitu saja. Kalu mau kaya, mereka mesti bekerja.”
Kehidupan Qarun kian jauh dari kebenaran. Hatinya terlupakan oleh kesenangan duniawi., yang ada dalam pikirannya cuma duit. Sikapnya pun makin congkak dan sombong. Pamer kekayaan sepertinya telah menjadi kebiasaan Qarun.
Pada sebuah hari, Qarun berjalan-jalan mengenakan busana dan perhiasan mahal yang menjadikannya menjadi pusat perhatian. Iring-iringan Qarun dan para pembantunya membuat orang-orang decak kagum.
“Andai saya bisa kaya seperti Qarun,” gumam seseorang.
“Beruntung sekali ia mempunyai rumah mewah, uang dan aksesori. Ingin rasanya hidup seberuntung Qarun,” tambah yang lain.
Lain halnya dengan orang-orang yang kuat iktikad. Pesona kekayaan Qarun sedikit pun tidak membuat mereka silau. Meraka juga menasehati orang-orang yang tergiur oleh kekayaan Qarun.
“Jangan terpedaya, kalian mampu celaka. Pahala Allah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan bederma saleh,
ujar seorang yang saleh memperlihatkan anjuran .
Kelakuan jelek Qarun makin menjadi-jadi. Sikap sombongnya telah pasti membuat Allah murka. Pada ketika yang telah ditetapkan, siksa Allah pun datang. Allah membenamkan Qarun beserta harta kekayaannya kedalam tanah yang menganga lebar. Kejadian ini disaksikan banyak orang. Mereka bargidik ngeri, tidak ada seorang pun yang mampu memberikan perlindungan.
Kejadian tersebut menyadarkan banyak orang. Mereka yang sebelumnya mengharapkan hidup seperti Qarun, cuma mampu mengelus dada.
“Alhamdulillah, tidak seperti Qarun, cuma mampu bergidik ngeri.
“Benar, satu hal yang dihentikan kita lupakan yaitu kita harus bersyukur atas karunia Allah, baik sedikit maupun banyak. Allah melapangkan rezeki siapa saja yang diinginkan-Nya dan Allah menyempitkan rezeki siapa saja yang diharapkan-Nya.
Sumber : Buku “Like Father Like Son” Penulis Mohamad Zaka Al Farisi