13 Dalil, Urutan, Dan Arti Wujud, Qidam, Baqa, Dst Lengkap (Sifat-Sifat Allah)

1. Wujud (Ada)
    Dalil yang menerangkan ihwal wujud atau eksistensi Allah Swt berbunyi sebagai berikut.
(78)وَهُوَ الَّذِي أَنشَأَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۚ قَلِيلًا مَّا تَشْكُرُونَ
(79)وَهُوَ الَّذِي ذَرَأَكُمْ فِي الْأَرْضِ وَإِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
(80)وَهُوَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ وَلَهُ اخْتِلَافُ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
Artinya: Dan Dialah yang telah menciptakan bagimu telinga, pandangan, dan hati nurani, namun sedikit sekali kamu bersyukur. Dan Dialah yang membuat dan mengembangbiakkan kau di wajah bumi ini dan terhadap-Nya lah kamu akan dikumpulkan. Dan Dialah yang menghidupkan dan mematikan, dan Dialah yang (menertibkan) pergeseran malam dan siang. Tidakkah kamu mengetahui? (Q.S. al-Mu‘minun [23]: 78–80)
Salah satu sifat Allah Swt ialah wujud. Apa arti dari wujud itu? Wujud mempunyai arti ada, lawannya yaitu tidak ada atau adam.  Keberadaan Allah Swt dapat dibuktikan dengan eksistensi makhluk-makhluk-Nya. Jika Allah Swt. tidak ada, mustahil tercipta makhluk-makhluk-Nya. Dengan demikian, Allah Swt ada dengan sendirinya dan lebih dulu sebelum eksistensi makhluk-makhluk-Nya. Allah Swt ialah zat mistik sehingga tidak mampu dilihat dengan mata. Meskipun tidak mampu dilihat dengan mata, keberadaan Allah Swt tetap tampak. Kita bisa merasakan langit, bumi, diri kita, atau makhlukmakhluk lain yang tersebar di penjuru langit dan bumi. Semua itu pasti ada yang membuat. Tidak mungkin semua itu ada dengan sendirinya. Dialah Allah Swt yang memiliki sifat wujud yang membuat seluruh makhluk.
    Melalui dalil ayat di atas, Allah membimbing manusia untuk mengetahui adanya Allah lewat tanda-tanda di alam semesta. Adanya manusia beserta keturunannya dari generasi ke generasi, adanya kelahiran dan kematian, adanya waktu siang dan malam yang berulang secara terorganisir, seluruhnya ialah bukti adanya Allah. Jika kita ketahui lebih lanjut, saban hari insan terus berkembang, ada yang gres saja lahir, ada yang meninggal, dan seluruhnya terus berganti sepanjang kala. Orang-orang yang hidup seratus tahun kemudian kini sudah mati, dan begitu pula yang kini hidup kelak akan mati. Tetapi kehidupan terus berjalan, perubahan siang dan malam terus berlangsung secara terorganisir. Tentu ada sesuatu yang mengontrol di balik insiden tersebut. Dialah Allah, yang membuat dan mengatur seisi bumi dan langit.
     Dalil yang menjelaskan tentang wujud atau keberadaan Allah Swt berbunyi sebagai berik 13 Dalil, Urutan, dan Arti Wujud, Qidam, Baqa, dst Lengkap (Sifat-Sifat Allah)
2. Qidam (Terdahulu)
    Dalil yang menerangkan tentang sifat Qidam adalah pada ayat berikut ini:
هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ ۖ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Artinya: Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.S. al-Hadid [57]:3)
Allah Swt bersifat dulu sehingga tidak mungkin baginya bersifat gres. Qidam berarti dulu, kebalikannya h.udus yang artinya baru. Keberadaan Allah Swt yakni dahulu, tidak gres saja muncul. Allah Swt yaitu yang pertama kali ada sebelum makhluk-Nya ada. Berbeda dengan makhluk, dahulunya Allah Swt tidak berproses. Coba kita amati proses perkembangan insan. Dahulunya insan yakni sosok janin yang bermetamorfosis bayi kemudian meningkat lagi menjadi belum dewasa. Usia bawah umur meningkat menjadi sosok dewasa yang berkembang hingga usianya kian tua. Setelah itu, proses kehidupan insan justru mengalami penurunan. Bahkan, tidak usang sehabis itu niscaya menghadapi ajal.
    Dahulunya Allah Swt menunjukkan Dia ada dan tidak akan musnah dan hilang hingga kapan pun. Keberadaan Allah Swt yang mengakibatkan makhluk-Nya ada. Allah Swt tidak tergantung pada waktu karena Dia yang membuat waktu. Allah Swt sudah ada sebelum terciptanya waktu itu sendiri.
    Allah memiliki sifat terdahulu (paling awal). Allah sudah ada sebelum segala sesuatu ada. Dialah yang menciptakan seisi dunia, malaikat, jin, manusia, benda-benda langit, dan semua yang ada di langit dan di bumi. Allah pulalah yang membuat rentang waktu, cahaya, fikiran dan perasaan manusia, dan segala sesuatu yang kita kenal, baik berupa benda aktual maupun abstrak. Pikiran manusia yaitu salah satu ciptaan Allah, dan manusia tidak mampu mempertimbangkan semenjak kapan Allah ada. Allah telah lama ada sebelum adanya benda-benda atau zat pertama di alam semesta ini. Allah telah lebih dulu ada sebelum detik waktu pertama diciptakan.
3. Baqa (Kekal)
    Allah Swt memiliki sifat baqa sebagaimana dalil dalam salah satu ayat yang berbunyi:
(26)كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ
(27)وَيَبْقَىٰ وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
Artinya: Semua yang ada di bumi itu akan binasa, namun paras Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap baka. (Q.S. ar-Rahman [55]:26–27)
Baqa bermakna abadi dan infinit. Kebalikan dari sifat baqa yakni fana atau rusak. Hanya Allah Swt Yang Maha kekal. Sebaliknya, makhluk-makhlukNya pasti akan menghadapi kematian dan kerusakan. Bahkan, kehidupan yang kita rasakan, pada saatnya nanti juga akan rusak. Sebagaimana dijanjikan oleh Allah Swt, pada hari akhir zaman kelak, semua makhlukmakhluk-Nya akan hancur lebur. Tidak ada yang baka kecuali Allah Swt semata sebab Dia memiliki sifat baqa. Memahami bahwa Allah Swt mempunyai sifat baqa-’ mendorong kita untuk semakin mantap dalam beribadah kepada-Nya. Hanya Allah Swt yang senantiasa hidup dan baka yang kita ibadahi dan mintai pemberian.
    Semua makhluk, baik makhluk hidup maupun benda mati, seiring berjalannya waktu akan mati atau rusak. Tetapi, Allah tetap abadi dan tidak berganti, tidak menjadi lemah, tidak berganti, tidak akan berakhir sampai kapanpun. Ketika kelak dunia mengalami kiamat pun Allah tetap kekal, karena Allah yang membuat semua itu sehingga Ia tidak akan terpengaruh sedikitpun. Ketika manusia berada di nirwana dan neraka sehabis kejadian kiamat, Allah pun tetap infinit, alasannya adalah surga dan neraka pun Allah yang menciptakan.
4. Mukhalafatu Lilhawadisi (Berbeda dengan Makhluk)
    Sifat mukhalafatu lilhawadisi menunjukkan bahwa Allah Swt berlainan dengan makhluk-Nya. Sifat Allah Swt ini sekaligus memberikan sifat mustahil-Nya untuk serupa dengan makhluk atau mumasalatu lilhawadisi. Tidak ada satu pun makhluk yang sama dengan Allah Swt. Hal ini sebagaimana dalil yang ditegaskan dalam ayat yang berbunyi:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ…
Artinya: ”. . . Tidak ada sesuatu pun yang sama dengan Dia. Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Melihat.” (Q.S. asy-Syura [42]:11)
Untuk menawarkan bahwa Allah Swt berlawanan dengan makhlukNya sangat mudah. Kita memperhatikan bahwa antara pencipta dengan yang diciptakan pasti berlainan. Dengan demikian, tidak sempurna jika Allah Swt dipersamakan dengan malaikat, terlebih dengan manusia atau hewan. Meskipun dalam ayat-ayat Al-Qur’an diterangkan bahwa Allah Swt Maha Mendengar dan Maha Melihat, kita tidak perlu memikirkan bentuk mata dan indera pendengaran Allah Swt.
    Allah berlainan dengan makhluk yang diciptakan-Nya. Allah tidak sama dengan insan, tidak sama dengan malaikat, tidak sama dengan jin, tidak sama dengan semua makhluk lainnya dalam hal sifat, tindakan, kebutuhan, kekuasaan, dan sebagainya. Semua yang ada pada makhluk selalu memiliki kekurangan sedangkan Allah tidak terbatas.
    Untuk menambah pengertian sifat Allah Swt ini kita dapat membandingkan dengan sifat insan. Meskipun manusia dapat membuat rumah, tidak mempunyai arti wujud dan bentuk insan seperti rumah. Begitu halnya dengan Allah Swt, meskipun bisa menciptakan langit, bumi serta seisinya, tidak mempunyai arti bahwa Dia seperti makhluk-makhluk tersebut.
5. Qiyamuhu Binafsihi (Berdiri Sendiri)
    Berikut ini adalah dalil yang menerangkan sifat qiyamuhu binafsihi:
اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ
Artinya: Allah, tidak ada dewa selain Dia. Yang Mahahidup, yang terusmenerus mengelola (makhluk-Nya). (Q.S. Ali Imran [3]:2)
Allah Swt bersifat qiyamuhu binafsihi yang artinya berdiri sendiri. Kebalikannya adalah sifat qiyamuhu bigairih yang memiliki arti membutuhkan pihak lain. Allah Swt yakni pencipta segala makhluk-makhluk-Nya. Kemampuan Allah Swt dalam mencipta tidak bergantung pada makhlukNya, tetapi bisa dilakukannya sendiri. Demikian halnya bila Allah Swt bergantung terhadap makhluk, memperlihatkan bahwa Allah Swt memiliki sifat lemah. Padahal, Allah Swt Mahakuasa atas segala sesuatu. Kita meyakini Allah Swt sebagai zat yang bersifat qiya-muhu binafsihi. Kita hanya memohon dan meminta tunjangan kepada Allah Swt yang mampu mandiri dan bangkit sendiri.
    Allah tidak membutuhkan pihak manapun, tidak membutuhkan santunan siapapun, tidak membutuhkan peralatan apapun. Sebelum segala sesuatu diciptakan, dikala Allah menciptakan makhluk untuk pertama kalinya, ketika kehidupan dunia terus berjalan, saat hari akhir zaman tiba, Allah tidak membutuhkan sumbangan siapapun untuk mengatur dan menciptakan itu semua.
6. Wahdaniyyah (Esa/Tunggal)
    Dalil perihal sifat Allah wahdaniyah terdapat pada surah al-Ikhlas yang berbunyi:
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
Artinya: Katakanlah (Muhammad): ”Dialah Allah Yang Maha Esa.” (Q.S.al-Ikhlas [112]:1)
Allah Swt mempunyai sifat wahdaniyyah yang artinya Maha Esa. Keesaan Allah Swt. memperlihatkan bahwa Dia tidak bersifat terhitung atau ta‘addud. Allah Swt ialah tunggal sehingga tidak ada sekutu bagi-Nya. 
    Keesaan Allah Swt juga menunjukkan bahwa Dia tidak kian banyak dan memiliki keturunan. Memahami bahwa Allah Swt memiliki anak adalah keliru. Esa zat-Nya juga bukan sebab hasil penjumlahan atau perkalian, serta perkiraan-perkiraan lainnya. Allah Swt bersifat tunggal menunjukkan bahwa tidak ada sesuatu pun yang memenangkan, mirip, terlebih serupa dengan Dia. Oleh alasannya itu, yang layak kita ibadahi yakni Allah Swt yang memiliki sifat satu.
    Allah yaitu Tuhan satu-satunya, tidak ada sesuatupun yang mempunyai kekuasaan setara dengan-Nya. Segala sesuatu berada di bawah kekuasaan Allah. Allah yaitu pencipta dan penguasa semua makhluk, termasuk manusia, jin, setan, planet, dan apapun yang ada. Allah adalah satu-satunya, tidak ada Tuhan lain, tidak ada sesuatu apapun yang setara dengan-Nya. Semua hanyalah makhluk yang bergantung kepada Allah.
7. Qudrat (Mahakuasa)
    Sifat qudrat yang Allah Swt miliki memiliki arti Dia Mahakuasa. Kekuasaan Allah Swt tidak terbatas. Kebalikan dari sifat qudrat adalah ‘ajzun yang artinya lemah. Dalil yang memberikan Allah Swt bersifat kuasa misalnya dalam ayat yang berbunyi:
إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ…
Artinya: ”. . . . Sungguh Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (Q.S. al-Baqarah [2]:20)
Kekuasaan Allah Swt berbeda dengan kekuasaan yang dimiliki manusia. Jika kekuasaan insan sungguh tergantung pada orang lain, kekuasaan Allah Swt tidak demikian. Allah Swt berkuasa karena kehendak-Nya sendiri. Kekuasaan Allah Swt juga tidak terbatas. Ia menguasai dalam kemampuan penciptaan makhluk-Nya, dalam pemeliharaan, sekaligus dalam mencabut kehidupan yang terjadi pada makhluk-makhluk-Nya. Mengimani sifat kekuasaan Allah Swt juga menyadarkan kita bahwa yang layak kita ibadahi dan sembah sujud cuma Allah Swt. Kita tidak boleh terlalu tunduk kepada manusia sampai tanpa batas.
    Allah memiliki kekuasaan yang sempurna, yang menertibkan segala kekuasaan lain. Kekuasaan Allah berbeda dengan kekuasaan makhluk. Sebagai teladan, insan yang paling berkuasa sekalipun, yang dapat menertibkan sebuah daerah kekuasaan, berada jauh di bawah kekuasaan Allah. Bahkan, kekuasaan orang tersebut sebenarnya yakni anugerah dari Allah. Apabila Allah menginginkan, kekuasaan orang tersebut dapat dicabut sewaktu-waktu.
8. Iradat (Berkehendak)
    Allah Swt bersifat iradat yang memiliki arti memiliki kehendak untuk melakukan segala sesuatu yang diharapkan-Nya. Sifat mustahilnya yakni karahah yang bermakna terpaksa. Ayat berikut ini memastikan sifat iradat Allah Swt.
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
Artinya: Sesungguhnya problem-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu cuma berkata kepadanya, ”Jadilah”, maka terjadilah sesuatu itu. (Q.S. Yasin [36]:82)
Dalam memilih segala sesuatu, Allah Swt berkehendak atas diriNya sendiri. Tidak tergantung, terlebih dipaksa oleh makhluk-makhlukNya. Jika Allah Swt berkehendak pada sesuatu cukup dengan berfirman, ”Kun”, segera jadilah yang Dia harapkan. Berbeda dengan kehendak manusia yang adakalanya tidak dapat menentukan keinginannya sendiri, namun dipengaruhi oleh orang lain. Mengetahui sifat iradat Allah Swt menyadarkan kita untuk tidak bersikap sombong kepada sesuatu. Kita mesti sadar bahwa Yang Maha Berkehendak yakni Allah Swt. Dalam menjalani hidup, manusia hendaknya senantiasa berusaha sembari memperbanyak doa. Tentang hasil yang kita peroleh, Allah Swt yang memutuskan dengan kehendak-Nya.
    Allah memiliki hasratuntuk melaksanakan segala sesuatu tanpa rekomendasi atau dorongan dari pihak lain, tanpa paksaan dari pihak lain. Hal ini berbeda dengan hasratyang dimiliki oleh seorang manusia. Sebagai contoh kita mempunyai keinginanatau inisiatif untuk membeli suatu buku. Kehendak kita dipengaruhi oleh banyak hal, adalah kita harus mempunyai uang, kita melihat ada sebuah buku yang anggun, dan sebagainya. Hal ini berbeda dengan kehendak Allah. Tidak ada satu makhluk pun yang mampu mempengaruhi, menghalangi, atau memaksa kehendak Allah.
9. Ilmu (Pandai atau Mengetahui)
    Dalil yang menjelaskan sifat ilmu mirip berikut ini:
قُلْ أَتُعَلِّمُونَ اللَّهَ بِدِينِكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۚ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Artinya: . . . padahal Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.S. al-Hujurat [49]:16)
Salah satu sifat Allah Swt lainnya yaitu akil, pintar, dan mengenali. Sifat tidak mungkin dari ilmu yaitu jahlun. Kepandaian, ilmu, dan pengetahuan Allah Swt tidak terbatas. Allah Swt mengenali atas segala sesuatu, baik yang terlihat ataupun yang mistik. Allah Swt Maha Berilmu dengan kesanggupan dari diri-Nya sendiri. Tidak akil karena belajar dari makhluk-Nya atau alasannya adalah pengalaman. Jika Allah Swt tidak memiliki ilmu tentu tidak mampu membuat alam raya ini dengan segala kesempurnaan. Allah Swt juga yang menjaganya dengan kemampuan yang Dia miliki.
    Pengetahuan dan kepandaian Allah tidak terbatas. Allah mengetahui hukum-aturan dan ilmu pengetahuan insan yang paling mutakhir sekalipun, yang dikala ini sudah diketahui maupun belum. Bahkan, kepandaian insan yang paling cerdas sekalipun jauh di bawah wawasan Allah. Apa yang kita kenal sebagi ilmu, pengetahuan, teknologi tercanggih, semua berada dalam pengetahuan Allah. Allah-lah yang menciptakan susunan syaraf otak manusia sehingga manusia mempunyai kecerdasan tertentu.
10. Hayat (Hidup)
    Sifat yang pasti dimiliki Allah Swt yaitu hayat. Hayat bermakna hidup, sifat mustahilnya yakni akhir hayat atau mati. Allah Swt hidup dan tidak akan mati selamanya. Simaklah dalil berikut ini.
….اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ
Artinya: Allah, tiada Tuhan selain Dia. Yang Mahahidup, Yang terus-menerus mengorganisir (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur . . . (Q.S. al-Baqarah [2]:255)
Jika Allah Swt bersifat maut niscaya kehidupan yang ada di alam ini akan rusak. Demikian juga dengan keteraturan tata surya yang sempurna di tempatnya, tanpa bertabrakan antara satu dengan yang lain. Allah Swt hidup abadi, Dia yang membuat manusia, menjaganya, mematikan, serta membangkitkannya pada hari akhir zaman nanti. Zat yang patut kita sembah ialah yang mempunyai sifat hayat. Hanya Allah Swt yang selalu hidup, sedangkan semua makhluk niscaya menghadapi akhir hayat. Dengan demikian, kita tidak butuhmenyembah terhadap sesuatu yang pada saatnya nanti akan rusak, hancur, dan mati. Hanya Allah Swt pula yang mampu menjamin kehidupan kita.
    Allah hidup secara terus-menerus. Hal ini berbeda dengan insan yang hidupnya diawali dengan kelahiran, tumbuh menjadi cukup umur, dan selsai dengan akhir hayat. Sifat Mahahidup Allah berlainan dengan makhluk. Allah tidak diawali dengan diciptakan atau dilahirkan, Allah tidak menjadi bau tanah, Allah tidak akan mati sampai kapanpun, bahkan sesudah dunia mengalami akhir zaman, ketika manusia masuk nirwana dan neraka, Allah tetap hidup.
11. Sama (Maha Mendengar)
    Dalil yang menjelaskan sifat sama Allah Swt selaku berikut.
وَاللَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ…
Artinya: ”. . . Dan Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (Q.S. al-Maidah [5]:76)
Allah Swt mempunyai sifat mendengar. Kemampuan mendengar-Nya tidak terbatas. Bahkan, bunyi apa pun yang timbul dari makhluk-Nya mampu didengarkan Allah Swt. Sifat mustahil dari sama‘ yaitu summun yang bermakna tuli. Kemampuan Allah Swt dalam menyimak tentu sangat berlainan dengan kemampuan yang dimiliki insan. Manusia cuma bisa mendengarkan bunyi dalam ukuran-ukuran tertentu. Oleh alasannya kekurangan yang dimiliki manusia, kerap kali tidak dapat membedakan antara bunyi yang satu dengan bunyi yang lain. Allah Swt juga bisa menyimak getaran niat dalam hati insan, persangkaan, cita-cita, atau keinginan. Jika kita memiliki niat kebaikan mempunyai arti telah didengarkan oleh Allah Swt sehingga Dia juga memberi balasan pahala. Oleh alasannya adalah itu, kita perlu menyucikan hati dan mempertahankan ekspresi agar verbal ini cuma untuk mengucapkan kebaikan.
    Allah Maha Mendengar, dan tidak ada yang membatasi-Nya. Pendengaran Allah sempurna dan tak berbatas. Hal ini berlawanan dengan pendengaran insan yang dibatasi oleh jarak dan volume suara, serta membutuhkan indera pendengaran atau alat bantu dengar. Allah mampu menyimak semua jenis suara, semua frekuensi bunyi, jauh maupun bersahabat, bunyi makhluk mistik atau kasatmata, suara seisi alam semesta secara serempak, bahkan bunyi hati sekalipun. Ketika dalam hati kita merasa mengharapkan sesuatu, Allah mendengar dan mengetahui.
12. Basar (Maha Melihat)
Dalil yang menjelaskan Allah Swt bersifat basar yaitu:
وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ…
Artinya: . . . Dan Allah Maha Melihat apa yang kau lakukan.” (Q.S. al-Hujurat [49]:18)
Sifat Allah Swt yang juga harus kita imani yakni basar. Basar artinya menyaksikan, sedangkan kebalikannya ialah sifat ‘umyun yang berarti buta. Allah Swt Maha Melihat dengan kekuasaan mampu menyaksikan semua makhluk. Entah makhluk yang besar, seperti matahari dan bumi ataukah makhluk sekecil atom, mampu dilihat Allah Swt. Bagi Allah Swt tidak ada sesuatu pun yang dapat menghalangi pengawasan-Nya. Sebagai teladan, Allah Swt bisa menyaksikan pergerakan atom walaupun terhalang oleh benda yang sangat tebal dan besar. Allah Swt juga mampu menyaksikan hamba yang bersembah sujud kepada-Nya, meskipun tidak terlihat oleh mata insan. Oleh alasannya adalah kita menyadari pada sifat bas.ar Allah Swt, hendaknya kita senantiasa menampilkan amal kebajikan dalam menjalani hidup. Tujuannya tidak untuk menerima pengawasan, pujian, dan penghormatan dari insan, namun supaya mendapatkan keridaan Allah Swt.
    Allah Maha Melihat segala sesuatu yang ada di alam semesta. Allah pasti menyaksikan apa yang kita kerjakan. Di malam hari dikala kita berada di rumah seorang diri, ketika siapa pun sudah tidur, Allah menyaksikan apa yang kita kerjakan. Oleh alasannya itu, kita tak perlu mencemaskan amal baikmu, niscaya hal itu sudah dilihat dan diperhitungkan Allah. Demikian juga perbuatan buruk atau kecurangan sekecil apapun niscaya dilihat dan dipertimbangkan Allah.  
13. Kalam (Berfirman/Berbicara)
    Berikut ini dalil yang memastikan bahwa Allah Swt memiliki sifat bukmun.
وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَىٰ تَكْلِيمًا…
Artinya: . . . Dan terhadap Musa, Allah berfirman langsung. (Q.S. an-Nisa [4]:164)
Sifat Allah Swt kalam artinya memiliki sifat berfirman atau berkata. Sifat mustahilnya adalah bukmun atau bisu. Sifat Allah Swt berfirman ditunjukkan dengan diturunkannya Al-Qur’an selaku aliran hidup bagi manusia. Dengan demikian, sangat jelas bahwa Al-Qur’an bukan produksi insan, melainkan merupakan firman Allah Swt. Cara Allah Swt berfirman tidak mampu kita ketahui alasannya adalah berada di luar jangkauan akal insan. Sebagai manusia, kita cukup untuk mengimani saja, tanpa perlu mempertimbangkan cara Allah Swt berfirman. Sifat kalam Allah Swt sekaligus memberi peneladanan terhadap kita biar mempergunakan pengecap kita untuk membahas sesuatu yang berguna.
    Kalam artinya ucapan. Kalam Allah antara lain berupa beberapa kitab suci yang diturunkan terhadap sejumlah Nabi/Rasul. Tak heran jikalau sering disebutkan bahwa kitab suci yaitu kalam Allah. Selain lewat kitab-Nya, Allah juga pernah berkalam eksklusif terhadap salah satu nabi-Nya secara eksklusif, ialah Musa a.s. di Bukit Tursina. (Sumber ref: Buku PAI)
Baca juga: Pengertian Iman Kepada Allah, Ayat Tentang Allah, dan Tanda-Tanda Kebesaran Allah 😊

Tujuh Sifat Ma‘nawiyah
    Selain sifat-sifat yang telah disebutkan di atas, masih ada tujuh sifat Allah Swt. lain yang dikenal dengan sifat ma‘nawiyah. Disebut sifat ma‘nawiyah karena bekerjasama akrab dengan sifat ma‘ani atau sifat-sifat Allah Swt. yang gampang dicerna oleh logika insan. Sifat ma‘ani ialah seperti disebutkan di atas, yakni qudrat, iradat, ilmu, hayat, sama‘, basar, dan kalam. Tujuh sifat ma‘nawiyah yaitu qadiran (Mahakuasa), muridan (Maha Berkehendak), ‘aliman (Maha Mengetahui), hayyan (Mahahidup), sami -‘an (Maha Mendengar), basiran (Maha Melihat), dan mutakalliman (Maha Berfirman).
    Kita harus mengimani Allah Swt dengan kebesaran sifat-sifat ma‘nawiyah yang mempunyai kekuasaan, kehendak, pengetahuan, hidup, kesanggupan mendengar, menyaksikan, dan berfirman yang berbeda dengan yang dimiliki makhluk. Kebesaran sifat-sifat yang dimiliki Allah Swt tersebut tidak terbatas. Dengan demikian, sebaiknya memberi kesadaran kepada insan untuk kian mendekatkan kepada-Nya.