Dulu saya pernah mengkaji salah satu dari kitab Gus Mus. Di dalam kitab itu, seingat ku, ada statement bernas Gus Mus yang tiba-tiba terlintas dibenakku saat saya asyik dialog/diskusi dengan kawanku namun kesannya menjadi monolog, alasannya aku ditinggal tidur (what a pity I’m….kacihan deh gue…..). Statement dia jikalau ndak salah begini:
“Ingatlah….Sesungguhnya apa yang tidak kamu dapatkan di lautan acap kali justru mampu kamu dapatkan di sungai. Dan apa yang tidak kau dapati dari orang yang lebih senior darimu (ustadz, dosen, kyai…etc.) seringkali justru bisa kamu jumpai dari(sesama) mu…..”
Statement bernas tersebut, mengingatkan pada kita, bahwa nasihat (kebenaran) itu ada di mana-mana. Hikmah tidak bisa dan tidak akan dimonopoli oleh siapapun. So, Mari kita berguru bersama ke pada semua orang itu, di mana, ke mana, dan kapan pun kita berada. Sayyidina Ali juga mengingatkan:
“Perhatikan essensi dari apa yang dibilang, jangan mengamati siapa yang mengatakan”.
Hal ini dipertegas oleh dawuh:
“Ambillah nasihat dari mana saja hadirnya nasihat itu, sekalipun dari kawasan sampah”.
Mengambil pesan tersirat itu menyerupai kita mengkonsumsi telur ayam. Fokus kita tertuju cuma pada essensi dan kandungan dari telur yang kaya protein, bukan pada pantat ayam, tempat keluarnya telur yang pastinya menjijikkan itu.
Akhirnya, dengan ilmulah, hidup kita terasa lebih gampang. Dengan seni, hidup kita serasa lebih indah. Dengan agama, hidup kita kian terarah. Dan dengan pesan tersirat, signal jiwa-jiwa akan kita kian cerah.
Ditulis oleh: Ahmad Syafii SJ. Ahmad Mujib Rabu, 14 Desember 2016 Inspiratif
Source Article and Picture :