Pengertian Definisi Metode Laboratorium Dalam Pengajaran

Perkembangan pendidikan dalam sistem dan cara penyampaian selalu ada perubahan. Trend yang digunakan untuk menyampaikan bahan latih diantaranya memakai teknik metode laboratorium. Tulisan kali ini membahas pengertiandan definisi Metode Laboratorium dalam Pengajaran.

Para pakar pendidikan sudah lama membuat batas-batas terkait pengertian metode laboratorium yang sebetulnya sudah usang dipakai untuk melakukan pengajaran dengan pendekatan observasi.

Metode mengajar banyak macamnya, diantaranya tata cara laboratorium. Menurut Ruseffendi, (1988 : 318) pemahaman metode laboratorium yakni :

Metode mengajar yang memberikan kesempatan terhadap siswa untuk memahami suatu objek pribadi matematika dengan jalan mengkaji, menganalisis, memperoleh secara induktif melalui diskusi, merumuskan dan mengetes hipotesis dan membuat kesimpulannya dari benda-benda konkrit atau modelnya dan dijalankan di laboratorium matematika.

Ruseffendi ( 2002 : 200 ) memastikan pula bahwa : “Metode laboratorium ialah cara mengajar yang memakai pengotak-atikan benda konkrit untuk memahami objek langsung matematika “.

Metode laboratorium mampu dikerjakan di dalam ruang laboratorium atau di ruang kelas biasa. Kegiatan mencar ilmu mengajar dengan tata cara ini lebih terpusat kepada siswa ketimbang terhadap guru. Pelaksanaannya bisa secara individu dan kalangan. Cara individu dipakai agar siswa mampu mampu berdiri diatas kaki sendiri dan cara kalangan semoga terjadi koordinasi.

Keuntungan menggunakan metode laboratorium
Kegiatan pengajaran melalui media dan tata cara laboratorium mampu membangkitkan pelajar aktif namun tidak senang terhadap pelajaran lain yang tidak memakai fasilitas laboratorium dengan alasan tidak menawan, sehingga sikapnya kepada matematika lebih konkret. Bagi siswa bodoh pun cara ini dapat meningkatkan sikap positifnya kepada pelajaran yang dianggap paling susah seperti matematika.

Metode laboratorium merupakan metode yang sungguh penting kalau kita berpedoman terhadap penyajian banyaknya yang mampu dikenang dari pelajaran lewat telinga, mata dan berbuat. Johnson dan Rising (dalam Ruseffendi, 1988 : 319) mengatakan bahwa : “Kita dapat mengenang sekitar seperlimanya dari yang kita dengar, setengahnya dari yang kita lihat dan tiga perempatnya dari yang diperbuat”.