Kekerabatan Manusiawi (Human Relations) Dalam Organisasi

Definisi human relations sebenarnya unik, alasannya adalah belum tentu setiap kekerabatan antarmanusia adalah hubungan manusiawi.

Syarat suatu relasi untuk dapat dikatakan sebagai kekerabatan manusiawi atau Human Relations menurut Praktito yaitu adanya interaksi sosial, di mana dalam interaksi tersebut terjadi proses saling menghipnotis di antara orang-orang yang melaksanakan komunikasi, juga terjadi usaha saling mengganti perilaku maupun tingkah laku yang pada karenanya akan tercipta komitmen dengan rasa puas hati pada kedua belah pihak yang melaksanakan komunikasi. Human Relations berdasarkan Praktito ini mampu terjadi pada semua bidang kehidupan sosial, kapan saja, di mana saja, tidak terikat ruang dan waktu. (Definisi human relations dalam arti luas).
Sementara itu Onong Uchjana Effendy berpendapat human relations dalam konteks komunikasi organisasi ialah komunikasi persuasif yang dijalankan oleh seseorang kepada orang lain secara tatap muka, dalam suasana kerja (work situation) dan dalam organisasi kekaryaan (work organization), dengan tujuan untuk membangkitkan kegairahan dan kegiatan melakukan pekerjaan dengan semangat kerjasama yang produktif serta perasaan bahagia dan puas hati.
Dari kedua definisi human relations berdasarkan kedua hebat tadi, mirip juga yang tadi dibilang, human relations ini unik alasannya adalah pada tiap relasi antarmanusia belum tentu terjadi hubungan manusiawi. Ciri utama human relations bukan ‘human’ dalam pengertian secara fisik yang berwujud manusia (human being), tetapi lebih memiliki arti kepada proses rohaniah yang tertuju pada faktor kejiwaan manusia, yang menyangkut sifat dasar/watak insan, perangai, kepribadian, sikap, tingkah laris, dan sebagainya. Itulah mengapa perumpamaan human relations tidak diterjemahkan selaku korelasi manusia atau kekerabatan antarmanusia, melainkan diterjemahkan selaku relasi manusiawi.
Contoh:
  • Dua orang yang mengobrol tentang pertarungan sepak bola yang siarkan malam tadi di TV. Mereka berinteraksi, terjadi komunikasi antarpribadi, tetapi tidak ada usaha saling mempengaruhi atau membujuk untuk mencari komitmen bareng . Maka korelasi tersebut tidak dapat dikatakan sebagai korelasi manusiawi (human relations).
  • Namun jikalau terjadi komunikasi antara A dan B di mana A berupaya  membujuk B untuk dapat mengambil alih posisinya selaku presenter dalam suatu presentasi alasannya adalah ada hal lebih penting yang mesti dijalankan A, kemudian terjadi akad antara A dan B di mana keduanya sama-sama merasa puas, B bersedia mengambil alih A, tanpa ada yang merasa terpaksa, maka itulah yang disebut dengan hubungan manusiawi (human relations).
Dalam konteks komunikasi organisasi, kekerabatan manusiawi hanya akan terjadi jika seseorang (baik atasan maupun bawahan) menghipnotis orang lain dengan bujukan, ajakan, atau imbauan emosional, untuk melakukan sebuah acara dalam meraih tujuan bersama yang telah disepakati/ditetapkan, dan kedua belah pihak sama-sama mengalami kepuasan batiniah.
Hubungan manusiawi merupakan pendekatan yang digunakan dalam melakukan relasi:
–          kerja baik horizontal, vertikal, maupun diagonal. Dalam korelasi kerja, terutama korelasi horizontal dari atasan kepada bawahan (downward communications) mesti diamati bahwa karyawan bukanlah robot, bukan mesin yang dapat diprogram dengan sederet aturan yang bersifat memaksa, tanpa ada sentuhan kemanusiaan sama sekali. Mereka mesti diperlakukan secara manusiawi, harus diamati faktor kejiwaannya. Penelitian membuktikan karyawan yang diperlakukan secara baik, dengan pendekatan human relations dalam tunjangan tugas-peran dan pelaksanaannya, dengan memperhatikan  kemakmuran, memberi perhatian pada keadaan psikologis mereka, ternyata memiliki produktivitas yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan karyawan yang diperlakukan seperti robot, tanpa memberi perhatian pada kondisi psikologis mereka. Kondisi psikologis ini menyangkut juga dilema pribadi karyawan, apakah ada konflik dengan rekan sekerja, dengan atasan, dengan bawahan, atau duduk perkara keluarga yang sedang dialami.
–          dengan publik eksternal organisasi, baik itu dengan pemerintah, pesaing, komunitas di sekitar lokasi organisasi, apalagi lagi bagi organisasi yang customer oriented, pendekatan human relations ini sangat penting dilakukan untuk mempertahankan relasi yang bagus dan harmonis dengan mereka.
–          Pendekatan yang dilaksanakan dalam memecahkan pertentangan yang terjadi di suatu organisasi (lebih jauh akan dibahas dalam topik “Konflik dalam Organisasi”).
Hubungan manusiawi mesti dikerjakan secara persuasif dan merupakan komunikasi yang dijalankan secara pribadi, mampu dilaksanakan secara tatap wajah atau pun bermedia namun terbatas cuma pada media yang dapat memberikan respons secara eksklusif, misalnya lewat telepon.
Seperti penjelasan tadi bahwa human relations di organisasi berkhasiat untuk melaksanakan relasi kerja baik secara horizontal, vertikal, mau pun diagonal, pendekatan human relations ini juga mampu dipraktekkan pada hubungan dengan publik eksternal organisasi, yang mampu dikategorikan sebagai komunikasi golongan. Jadi pendekatan human relations di organisasi tidak mesti dikerjakan secara perorangan/interpersonal, namun juga mampu dipraktekkan pada komunikan yang berjumlah banyak, asalkan keyword yang harus diamati yakni dilakukan secara persuasif, mengamati faktor kejiwaan insan, dan pada akibatnya menjadikan kesepakatan dengan rasa  puas hati pada semua pihak yang terlibat dalam proses komunikasi tersebut.
Bisa disertakan khusus untuk penerapan human relations bagi publik internal organisasi mampu dijalankan dengan membuka program konseling di mana semua anggota organisasi dapat menggunakan media ini untuk mengkonsultasikan segala persoalan yang mereka alami, mulai dari problem yang bekerjasama dengan pekerjaan mereka, hingga dengan masalah langsung yang mungkin berafiliasi dengan keluarga, dan sebagainya.