Secara sederhana, komunikasi organisasi didefinisikan selaku komunikasi yang terjadi di dalam organisasi. Komunikasi dalam organisasi ini meliputi semua proses mulut dan nonverbal, baik secara linier maupun transaksional. Dari definisi mengenai komunikasi organisasional, terdapat dua rancangan utama yang perlu dimengerti, ialah rancangan komunikasi dan desain organisasi.
Secara etimologis, komunikasi berasal dari bahasa latin ialah communicatio. Kata asli dari communicatio yakni communis yang memiliki arti sama (mirip halnya dalam bahasa inggris common). “sama’ di sini tujuannya sama makna dan sama arti. Komunikasi terjadi kalau terdapat kesamaan makna tentang suatu pesan yang disampaikan komunikator dan diterima komunikan. Dengan demikian komunikasi dapat diartikan selaku proses penyampaian inspirasi dari sumber terhadap penerima dengan tujuan tercapainya tujuan bareng .
Sementara itu organisasi yakni kelompok insan yang secara sengaja dibuat untuk meraih sebuah tujuan bareng tertentu. Dari definisi organisasi ini dapat dilihat beberapa hakikat organisasi, adalah : pertama, ialah bahwa organisasi merupakan suatu sistem yang stabil dan mapan, baik dari segi hukum maupun sosial. Kedua, organisasi merupakan sekumpulan orang yang melakukan kerja sama. Ketiga, dalam sebuah organisasi terdapat jenjang atau hierarki kepangkatan atau tungkatan karir. Setiap orang memiliki peran dan kewajiban sesuai dengan tingkat kepangkatannya, ada pimpinan dan ada bawahan. Dan keempat, dalam organisasi mesti ada tujuan yang mau diraih.
Selanjutnya. Sebagai sebuah bidang terapan maka komunikasi organisasi dibangun oleh banyak sekali disiplin ilmu. Disiplin ilmu yang mencoloksumbangannya bagi komunikasi organisasi yaitu psikologi, sosiologi, psikologi sosial, antropologi dan ilmu politik.
Perspektif dan Teori-teori Komunikasi Organisasional
Tiga perspektif dalam komunikasi organisasional adalah :
1. The scientific management school, pandangan mekanistik ihwal perilaku manusia dimotivasi secara ekonomi, dan akan merespon maksimum jika penghargaan bahan diberikan sesuai dengan prestasi kerjanya.
2. Human relation school, pendekatan ini meningkat selaku reaksi terhadap perhatian yang dinilai terlalu berlebihan terhadap aspek-faktor fisik dalam mengukur keberhasilan organisasi. Salah satu asumsi yang sangat prinsipil dari pendekatan ini yaitu peningkatan kepuasan kerja akan berakibat lanjut pada kenaikan produktivitas.
3. System school, perpektif ini menekankan pada fungsi integrasi dan kerjasama pada proses, baik di dalam maupun di antara organisasi. Pendekatan ini dilaksanakan dengan mengombinasikan komponen-komponen yang baik dari dua pendekatan sebelumnya.
Teori-teori komunikasi organisasi
1. Weick Theory of organizing, teori menggambarkan bagaimana suatu benda (noun) “organisasi” dijadikan kata kerja (verb) “Pengorganisasian”. Perhatian teori ini adalah pada interaksi dan simbolisme dalam proses pengorganisasian. Tiga faktor yang menjadi perhatian weick dalam konsep proses pengorganisasian yakni pemeranan (menghimpun lanjut), seleksi (memasukan seperangkat penafsiran ke dalam bagian yang dihimpun), dan retensi (penyimpanan segmen-segmen yang telah diinterpretasikan untuk pemakaian pada masa mendatang).
2. Structuration Theory, teori ini dikemukakan oleh Anthony Giddens, seorang sosiolog dari Inggris. Fokus utama structuration theory adalah bahwa relasi antara structure dan agency harus didefinisikan dalam term dualitas struktur. Konsep ini mengemukakan bahwa struktur dihasilkan oleh distributor insan tapi pada waktu yang sama menjadi media di mana agency beroperasi.
3. The theory of independent mindedness, teori ini menguji keefektifan komunikasi organisasi dengan melihat dua perspektif, adalah :
a. Ia memprediksi bahwa tenaga kerja lebih bahagia kepada supervisor yang memberikan bawahannya kebebasan untuk berekspresi dan menerima rancangan diri bawahanya.
b. Ia memprediksi bahwa tenaga kerja yang menerima perlakuan mirip ini dari supervisornya akan menunjukkan keuntungan bagi organisasi karena mereka akan menjadi lebih produktif, lebih tenteram dengan pekerjaannya, dan lebih memiliki komitmen kepada organisasi.
Teori ini mengasumsikan bahwa nilai yang dianut oleh penduduk lazim sebaiknya diterima dan dipraktekkan dalam lingkungan kerja.
a. Ia memprediksi bahwa tenaga kerja lebih bahagia kepada supervisor yang memberikan bawahannya kebebasan untuk berekspresi dan menerima rancangan diri bawahanya.
b. Ia memprediksi bahwa tenaga kerja yang menerima perlakuan mirip ini dari supervisornya akan menunjukkan keuntungan bagi organisasi karena mereka akan menjadi lebih produktif, lebih tenteram dengan pekerjaannya, dan lebih memiliki komitmen kepada organisasi.
Teori ini mengasumsikan bahwa nilai yang dianut oleh penduduk lazim sebaiknya diterima dan dipraktekkan dalam lingkungan kerja.
4. Uncertainty reduction theory, dikemukanan oleh Berger dan Calabrase pada tahun 1975, dan dilanjutkan oleh Lester pada tahun 1987. Teori ini memusatkan perhatiannya pada proses sosialisasi anggota baru organisasi.
5. A Theory of organizational Assimilation, Jablin – pakar teori ini – dan rekannya, Miller, mempresentasikan model empat tahap yang lebih memfokuskan perhatiannya pada cara tenaga kerja menghipnotis organisasi mereka, sebagaimana mereka dipengaruhi oleh organisasi. Empat tahap tersebut ialah :
a. Vocational socialization
b. Anticipatory socialization
c. Encounter
d. Metamorphosis
a. Vocational socialization
b. Anticipatory socialization
c. Encounter
d. Metamorphosis
Sumber rujukan : Jenny Ratna Suminar, Soleh Soemirat, Elvinaro Ardianto (2015). Komunikasi Organisasi (SKOM4329). Tangerang Selatan: Universitas Terbuka