Ciri-Ciri Acara Berguru Mengajar Yang Mempekerjakan Potensi Siswa.

CIRI-CIRI KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR YANG MEMBERDAYAKAN POTENSI SISWA.
A.      Pembalikan Makna Belajar
Dalam asumsi kebanyakan praktisi pendidikan, makna dan hakikat mencar ilmu kadang kala cuma diartikan selaku penerimaan informasi dari sumber info (guru dan buku pelajaran). Akibatnya, guru masih memaknai kegiatan mengajar selaku kegiatan transfer gosip (baca: penuangan ‘air’ informasi) dari guru ke siswa. Untuk kebutuhan implementasi KBM yang bertemaKBK, guru perlu melakukanpembalikan makna dan hakikat berguru. Pada pandangan dan paradigm ini, makna dan hakikat Belajar diartikan sebagai proses membangun makna/pengertian kepada info dan/atau pengalaman. Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan pandangan, fikiran (wawasan permulaan), dan perasaan siswa. Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru. Hal ini terbukti, ialah hasil ulangan para siswa berlawanan-beda padahal menerima pengajaran yang serupa, dari guru yang sama, dan pada dikala yang serupa. Akibat logis dari pemahaman berguru di atas, maka mengajar ialah aktivitas  partisipasi  guru dalam membangun pemahaman siswa. Partisipasi tersebut dapat berwujud sebagai bertanya secara kritis, meminta kejelasan, atau menyajikan suasana yang terlihat bertentangan dengan pengertian siswa sehingga siswa ‘terdorong’ untuk memperbaiki pemahamannya. Mengingat berguru ialah kegiatan aktif siswa, yaitu membangun pemahaman, maka partisipasi guru jangan sampai merebut otoritas atau hak siswa dalam membangun gagasannya. Dengan kata lain, partisipasi guru harus senantiasa menempatkan pembangunan pengertian itu yaitu tanggung jawab siswa itu sendiri, bukan guru. Misal, jika siswa bertanya perihal sesuatu, maka pertanyaan itu mesti selalu dikembalikan dahulu terhadap siswa itu atau siswa lain, sebelum guru menawarkan santunan untuk menjawabnya. Seorang siswa bertanya, “Pak/Bu, apakah tumbuhan punya perasaan?” Guru yang baik akan mengajukan balik pertanyaan itu terhadap siswa lain sampai tidak ada seorang pun siswa dapat menjawabnya. Guru kemudian berkata, “Saya sendiri tidak tahu, tetapi bagaimana bila kita melakukan percobaan?”

B.      Berpusat pada Siswa
Siswa mempunyai perbedaan satu sama lain. Siswa berlainan dalam minat, kesanggupan, kesenangan, pengalaman, dan cara berguru. Siswa tertentu lebih mudah belajar dengan dengar-baca, siswa lain lebih mudah dengan melihat (visual), atau dengan cara kinestetika (gerak). Oleh alasannya itu acara pembelajaran, organisasi kelas, materi pembelajaran, waktu mencar ilmu, alat mencar ilmu, dan cara evaluasi perlu beragam sesuai karakteristik siswa. KBM perlu menempatkan siswa sebagai subyek belajar. Artinya KBM mengamati talenta, minat, kemampuan, cara dan taktik belajar, motivasi berguru, dan latar belakang sosial siswa. KBM perlu mendorong siswa untuk mengembangkan potensinya secara optimal.
C.      Belajar dengan Mengalami
KBM perlu menyediakan pengalaman konkret dalam kehidupan sehari- hari dan atau dunia kerja yang terkait dengan penerapan konsep, kaidah dan prinsip ilmu yang dipelajari. Karena itu, semua siswa diharapkan mendapatkan pengalaman langsung lewat pengalaman indrawi yang memungkinkan mereka menemukan informasi  dari menyaksikan, mendengar, meraba/menyentuh, mencicipi, dan mencium. Dalam hal ini, beberapa topik tidak mungkin ditawarkan pengalaman nyata, guru dapat menggantikannya dengan model atau situasi bikinan dalam wujud simulasi. Jika ini juga tidak mungkin, semestinya siswa mampu memperoleh pengalaman lewat alat  audio-visual  (dengar- pandang). Pilihan pengalaman belajar lewat kegiatan mendengar yaitu pilihan terakhir.
D.      Mengembangkan Keterampilan Sosial, Kognitif, dan Emosional
Siswa akan lebih mudah membangun pengertian jika mampu mengkomunikasikan gagasannya kepada siswa lain atau guru. Dengan kata lain, membangun pengertian akan lebih mudah melalui interaksi dengan lingkungan sosialnya. Interaksi memungkinkan terjadinya perbaikan terhadap pemahaman siswa melalui diskusi, saling bertanya, dan saling menerangkan. Interaksi dapat ditingkatkan dengan mencar ilmu kalangan. Penyampaian pemikiran oleh siswa mampu mempertajam, memperdalam, memantapkan, atau menyempurnakan ide itu alasannya adalah mendapatkan tanggapan dari siswa lain atau guru. KBM perlu mendorong siswa untuk mengkomunikasikan gagasan hasil kreasi dan temuannya terhadap siswa lain, guru atau pihak-pihak lain. Dengan demikian, KBM memungkinkan siswa bersosialisasi dengan menghargai perbedaan (pendapat, perilaku, kemampuan, prestasi) dan berlatih untuk bekerjasama. Artinya, KBM perlu mendorong siswa untuk berbagi empatinya sehingga dapat terjalin saling pengertian dengan menyelaraskan wawasan dan tindakannya.
E.       Mengembangkan Keingintahuan, Imajinasi, dan Fitrah Ber-Tuhan
Siswa dilahirkan dengan mempunyai rasa ingin tahu, imajinasi, dan fitrah ber-Tuhan. Rasa ingin tahu dan imajinasi ialah modal dasar untuk bersikap peka, kritis, mampu berdiri diatas kaki sendiri, dan kreatif. Sementara, rasa fitrah ber- Tuhan ialah embrio atau cikal bakal untuk bertaqwa kepada Tuhan. KBM perlu menimbang-nimbang rasa ingin tahu, imajinasi, dan fitrah ber-Tuhan agar setiap sesi kegiatan pembelajaran menjadi wahana untuk mempekerjakan ketiga jenis peluangini.
F.       Belajar Sepanjang Hayat
Siswa membutuhkan kemampuan belajar sepanjang hayat untuk mampu bertahan (survive) dan sukses (sukses) dalam menghadapi setiap duduk perkara sambil menjalani proses kehidupan sehari-hari. Karena itu, siswa membutuhkan fisik dan mental yang kokoh. KBM perlu mendorong siswa untuk mampu menyaksikan dirinya secara faktual, mengetahui dirinya baik kelebihan maupun kekurangannya untuk kemudian mampu mensyukuri apa yang telah dianugerahkan Tuhan YME kepadanya. Demikian pula KBM perlu membekali siswa dengan keterampilan berguru, yang meliputi pengembangan rasa yakin diri, keingintahuan, kemampuan memahami orang lain, kesanggupan berkomunikasi dan berhubungan biar mendorong dirinya untuk selalu mencar ilmu, baik secara formal di sekolah maupun secara informal di luar kelas.
G.     Perpaduan Kemandirian dan Kerjasama
Siswa perlu berkompetisi, berafiliasi, dan membuatkan solidaritasnya. KBM perlu memberikan kesempatan terhadap siswa untukmengembangka semangat bersaing sehat untuk memperoleh penghargaan, bekerjasama, dan solidaritas. KBM perlu menyediakan peran-peran yang memungkinkan siswa melakukan pekerjaan secara mampu berdiri diatas kaki sendiri.

Sumber : Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif Departemen Pendidikan Nasional 2003