Contoh Karya Ilmiah Bab Ii Metodologi Penelitian Pada Bidang Ilmu Komputer Dan Teknologi Gosip

Identifikasi Masalah Dan Hipotesis
Pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa metodologi merupakan sebuah pendekatan formal yang membutuhkan langkah-langkah yang sistematis. Salah satu langkah dalam pengerjaan metodologi observasi yakni penetapan masalah dan menyimpulkan hipotesis. Pada bagian ini akan diterangkan bagaimana mengidentifikasi masalah dan menyimpulkan hipotesis. 
2.1. Identifikasi Dan Perumusan Masalah 
Penelitian biasanya dikerjakan untuk menjawab pertanyaan yang belum dapat dijawab oleh seorang peneliti. Untuk menyaksikan dengan terperinci tujuan dan target penelitian, maka perlu dilaksanakan kenali duduk perkara. Masalah penelitian diseleksi menurut beberapa pendapatantara lain dilihat dari sisi waktu, ongkos, kemampuan si peneliti maupun kontribusi yang mau diberikan oleh penelitian tersebut bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu langkah pertama untuk memulai penelitian kita harus merumuskan problem yang hendak diteliti. Tahap ini merupakan tahap yang terpenting dalam observasi alasannya adalah semua jalannya penelitian akan dituntun oleh perumusan persoalan. 
Tanpa adanya urusan yang jelas, penelitian tidak akan mampu dijalankan sebab perumusan problem merupakan sumber utama dari komponen penelitian yang hendak dikerjakan. Perumusan problem ini bertujuan untuk mencari sesuatu dalam kerangka pemuasan akademis seseorang, memuaskan perhatian serta keingintahuan seseorang akan hal-hal yang baru, meletakkan dasar untuk memecahkan beberapa penemuan penelitian sebelumnya ataupun dasar untuk observasi berikutnya, memenuhi keinginan sosial dan meyediakan sesuatu yang bermanfaat. 
Setelah menetapkan berbagai aspek masalah yang dihadapi, peneliti mulai menyusun gosip tentang duduk perkara yang mau dijawab menjadi sebuah perumusan persoalan. Untuk itu, diperlukan perumusan tujuan observasi yang terperinci, yang meliputi pernyataan wacana mengapa observasi dilaksanakan, sasaran penelitian, maupun asumsi penggunaan dan dampak hasil penelitian. Dengan identifikasi yang terang peneliti akan mengetahui variabel yang akan diukur dan apakah ada alat-alat untuk mengukur variabel tersebut. Memilih masalah untuk diteliti ialah tahap yang penting dalam melakukan penelitian, alasannya pada hakikatnya seluruh proses observasi yang dilakukan yakni untuk menjawab pertanyaan yang sudah ditentukan sebelumnya. 
Suatu problem tidak harus menuntut atau mengakibatkan sebuah observasi namun observasi dijalankan alasannya adanya duduk perkara. Penentuan permasalahan (kenali persoalan) secara terang dan sederhana bermaksud untuk mentransformasikan topik kedalam sesuatu yang mampu diatur (manageable) dalam artian diadaptasi dengan kemampuan peneliti dan batasan-batas-batas sumber daya yang ada. Tanpa adanya problem, observasi tidak akan mampu dilaksanakan karena perumusan duduk perkara ialah sumber utama dari bagian observasi yang akan dilaksanakan. 
Secara lazim, perumusan masalah dapat dilihat pada gambar. Pencarian duduk perkara yang mau dikaji mampu bersumber dari bacaan, pengamatan terhadap fakta dilapangan, menurut pengalaman eksklusif, maupun dari hasil pertemuanpertemuan ilmiah mirip seminar, diskusi dan lokakarya. Permasalahan yang ingin dikaji seharusnya diuraikan mulai dari urusan secara umum hingga alhasil terbentuk sebuah persoalan yang lebih khusus dan spesifik. Dalam penelusuran topik problem ini perlu adanya pengertian terhadap objek yang ingin diteliti baik melalui fenomena-fenomena yang ada, teori, hipotesis maupun eksperimen. 
Gambar  Perumusan Masalah 
Gambaran mengenai permasalahan yang mau diteliti dapat dinyatakan dan diuraikan dalam beberapa bentuk. Ada beberapa cara untuk merumuskan problem: 
  1. Dirumuskan dalam bentuk pertanyaan (research question) yang berfokus pada dependent variable atau pada apa yang akan diteliti. 
  2. Rumusan hendaknya terang dan padat 
  3. Rumusan dilema harus berisi implikasi adanya data untuk memecahkan persoalan 
  4. Rumusan problem dasar dalam menciptakan hipotesa Berikut ini diberikan beberapa contoh perumusan duduk perkara yang dibentuk dalam bentuk research question.  
Contoh  Harini, Sri. 2005. Analisis, Permodelan dan Perbaikan Proses Bisnis pada Penerapan CRM, studi kasus: Divisi Cellular Customer Service PT Indosat, Tbk. Tesis. Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia. 
Contoh Cahyadi, Eddy. 2006. Kajian Business Continuity Plan Berdasarkan Kuantifikasi Nilai Ekonomis Sistem Aplikasi pada Industri Penerbangan: Studi kaus pada PT Garuda Indonesia. Tesis. Fakultas Ilmu Komputer. Universitas Indonesia.
Permasalahan yang bagus mempunyai tiga ciri utama, ialah: 
  1. Mempunyai nilai penelitian, dalam arti bahwa persoalan tersebut masih bersifat asli/original, menyatakan suatau korelasi dengan bidang lain, serta dapat diuji kebenarannya). 
  2. Fisible, artinya permasalah tersebut mampu dipecahkan, tersedianya data dan sistem untuk memecahkan problem, tersedianya ongkos, dan mampu tertuntaskan dalam waktu yang masuk akal). 
  3. Sesuai dengan kualifikasi peneliti, artinya bahwa persoalan yang diangkat menarik minat bagi si peneliti, serta sesuai dengan kualifikasi yang ada. 
  Acuan Makalah Pengetahuan Nusantara
Setelah memperoleh persoalan yang hendak dikaji ada baiknya jikalau dilema yang hendak diteliti dipertimbangkan kelayakannya dari sudut pandang obyektif penelitian apakah permasalahan tersebut nantinya akan menunjukkan sumbangan pada perkembangan ilmu wawasan atau tidak. Selain itu juga perlu dipertimbangkan kelayakannya dari sisi waktu yang akan digunakan, biaya yang mau dikeluarkan, sarana dan prasarana pendukung penelitian serta kesanggupan untuk menganalisanya. 
Problem atau urusan yang dikemukakan sebagai persoalan mampu juga dikemukakan selaku hipotesa. Apapun bentuknya, bagian implikasi berisikan masalah penting untuk mencari masalah dan menyebarkan problematik tertentu. Jika digolongkan secara sederhana, sumber persoalan yang mampu dijadikan sebagai topik research yakni: 
1. Penelitian Observasi 
Dengarkan secara pribadi keluhan-keluhan yang ada di lapangan dan adakan eksploratif sendiri secara singkat. 
2. Diskusi-diskusi 
Diskusi ini tergolong di dalamnya diskusi resmi atau diskusi tidak resmi. Ikuti dengan seksama diskusi tersebut dan kutip persoalan-dilema yang timbul dalam diskusi tersebut. 
3. Dosen-dosen atau jago riset 
Pada umumnya dosen menguasai sebuah bidang ilmu tertentu secara lebih baik dibandingkan dengan orang lain.
4. Bibliographi 
Sumber bibliografi yang mampu dijadikan sumber duduk perkara adalah journal, encyclopedia, review, skripsi/tesis, disertasi, buku-buku teks, majalah, buletin, research report dan lain sebagainya. 
Keempat sumber diatas merupakan sumber-sumber penting untuk menemukan dan menetapkan masalah yang disebabkan oleh dilema.
2.2. Langkah-langkah Perumusan Masalah 
Masalah yang telah ditemukan dan diidentifikasi, belum menjadi suatu jaminan bahwa dilema yang ditemukan layak untuk diteliti. Ada dua pertimbangan yang mesti diamati dalam memilih masalah yang telah dirumuskan atau diidentifikasi diantaranya mesti dilihat lagi apakah rumusan duduk perkara tersebut pantas bila dipandang dari segi objektif maupun jikalau dilihat dari nilai penelitiannya. Untuk mengidentifikasi persoalan mampu dijalankan dengan aneka macam cara, diantaranya bisa dilaksanakan dengan bacaan (buku, jurnal, tesis, dan lain sebagainya), pengamatan dilapangan, berdasarkan pengalaman pribadi, pelatihan dan lokakarya, diskusi, dan lain sebagainya. 
Selain itu juga perlu diperhatikan apakah permasalahan tersebut nantinya akan menawarkan masukan bagi pertumbuhan ilmu wawasan. Bila dilihat dari segi observasi yang akan dilaksanakan, baik berupa kelayakan waktu atau lama penelitian akan dilakukan, besarnya biaya yang akan dileluarkan, serta ada atau tidaknya fasilitas dan prasarana pendukung, teori-teori penunjang dan lain sebagainya. Permasalahan yang baik akan menawarkan nilai bantuan bagi kehidupan insan. 
Penelitian yang baik harus dapat dipecahkan atau dicari jawabannya melalui data yang telah dikumpulkan dan dibantu dengan metode pemecahan problem, selain harus menarik bagi peneliti, permsalahan tersebut juga mesti spesifik pada suatu bidang tertentu, dan hasil penelitian yang dilakukan mampu digunakan sebagai pengembangan dari teori yang sudah ada sebelumnya. Masalah perlu dirumuskan dengan tujuan supaya urusan terperinci dan tidak menjadikan kesalahan dalam menafsir kondisi yang sedang diteliti. Masalah yang diangkat ialah dasar untuk mengajukan teori dan hipotesis, pencarian dan pengumpulan data, serta penyeleksian sistem analisis dan penarikan kesimpulan. 
Dalam merumuskan persoalan perlu adanya teknik-teknik tertentu, diantaranya pertanyaan seharusnya dirumuskan dalam suatu bentuk pertanyaan yang singkat dan terperinci sehingga bisa memperlihatkan petunjuk untuk pengumpulan data serta pencarian tata cara dan analisa data yang tepat untuk pemecahan masalah tersebut. Pada gambar. dibawah ini diterangkan bagaimana bagaimana relasi antara teori, hipotesis, ilmu pengetahuan, variable, defenisi operasional dan lain sebagainya untuk mengidentifikasi suatu masalah
Gambar Hubungan Antara Komponen Untuk Mengidentifikasi Permasalahan Dalam Penelitian
Terdapat empat langkah penting yang harus dijalankan dalam menciptakan suatu perumusan masalah9 , adalah : Langkah 
  1. Tentukan fokus observasi Langkah 
  2. Cari berbagai kemungkinan dari berbagai aspek yang ada kaitannya dengan fokus observasi tersebut yang dalam hal ini dinamakan subfokus. Langkah 
  3. Diantara faktor-aspek yang terkait selenggarakan pengkajian aspek mana yang paling menarik untuk ditelaah, kemudian menetapkan aspek apa saja yang hendak dipilih. Langkah 
  4. Kaitkan secara logis faktor-faktor subfokus yang dipilih dengan konsentrasi penelitian.
  Studi Perihal Pelayanan Di Perpustakaan
2.3. Contoh Perumusan Masalah 
Dalam melakukan observasi perlu dikerjakan penentuan urusan (identifikasi persoalan) secara terang dan sederhana. Identifikasi persoalan ini bermaksud untuk mentransformasikan topik supaya mampu dikontrol (manageable) dalam artian disesuaikan dengan kemampuan peneliti dan batas-batas-batasan sumber daya yang ada. Tanpa adanya urusan, observasi tidak akan mampu dilakukan karena perumusan masalah ialah sumber utama dari unsur penelitian yang hendak dilakukan. Berikut ini ialah acuan persoalan statement observasi dalam bidang TI :
Contoh  Abstrak dengan judul “Penggunaan Cobit dan IT-IL sebagai Alat Analisa dan Cobit dan IT BSC selaku Alat Ukur Kinerja Manajemen TIPperusahaan” pada tahun 2007. 
Contoh Penetapan Problem Statement dengan judul “Analisis Transformasi Masyarakat Informasi di Indonesia Berdasarkan Target World Summit on The Information Society (WSIS) Tahun 2015” pada tahun 2007. 
Permasalahan yang ingin dikaji semestinya diuraikan mulai dari masalah secara lazim sampai akhirnya terbentuk suatu problem yang lebih khusus dan spesifik. Dalam penelusuran topik permasalahan ini perlu adanya pemahaman kepada objek yang ingin diteliti baik melaui fenomena-fenomena yang ada, teori, hipotesis maupun eksperimen. Pencarian sumber-sumber literatur yang mau mendukung pemecahan duduk perkara dapat dibuat dengan cara memecahkan duduk perkara statement menjadi bagian-bagian tertentu untuk membuat lebih mudah penelusuran topik yang diinginkan. Untuk lebih jelasnya mampu dilihat pada bagian puzzle di bawah ini.
Gambar  Pemetaan Permasalahan pada 
Contoh Dari hasil literatur review kita peroleh sebuah kerangka (fremwork) yang dibuat dari aneka macam macam postingan. Semuanya (peaces of puzzle) memperkuat duduk perkara yang kita ambil, sehingga pada dikala menulis karya ilmiah ataupu menulis usulan proyek akhirnya signifikan karena berasal dari project, atupun riset yang sebelumnya mirip yang tampakpada gambar. 
2.4. Hipotesis Penelitian 
Untuk mengawali penelitian, lazimnya senantiasa dimulai dengan menetapkan urusan. Perumusan masalah mampu dilaksanakan dengan pembuatan versi hipotesis. Hipotesis merupakan salah satu bentuk konkrit dari perumusan persoalan karena ujung dari setiap persoalan ialah adanya hipotesis yang akan kita buktikan. Dengan adanya hipotesis, pelaksanaan observasi diarahkan untuk membenarkan atau menolak hipotesis. 
Pada lazimnya hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menguraikan kekerabatan karena-akibat antara variabel bebas yang diteliti. Hipotesis merupakan tanggapan sementara kepada urusan yang sedang diteliti dimana kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis, dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang berkaitan dan belum didasarkan pada fakta-fakta yang empiris yang diperoleh lewat pengumpulan data.
Hipotesis ialah tanggapan teoritis (balasan sementara) terhadap rumusan dilema penelitian dan belum ialah tanggapan empirik dengan bantuan data-data. Dalam merangkum sebuah hipotesis, peneliti biasanya mencoba dengan membandingkan antara teori dengan data yang ada. Untuk merangkum hipotesisi tersebut maka peneliti mesti memperjelas skema persoalan yang terjadi serta melaksanakan verifikasi kekerabatan yang terjadi antara duduk perkara dengan bukti-bukti masalah disetiap masalah. Proses ini diarahkan pada pengambilan hipotesis yang dapat diuji. Hipotesis yang dirumuskan biasanya diambil menurut kumpulan teori yang cocok dengan topik penelitian serta hasil dari penelitian-penelitian terdahulu. 
Hipotesis tersebut bisa berupa hipotetical statement, contohnya IT Investment memajukan kinerja perusahaan. Selain itu juga ada statistikal hipotesis, contohnya (H0): rata-rata hadirin sebelum dan sesudahnya sama atau rata-rata jumlah customer sebelum dan sesudahnya sama. Merumuskan hipotesis harus besar lengan berkuasa dasarnya mirip riset masalah, scope of the riset, dan maksudnya. Bila rumusan hipotesis sudah berpengaruh seperti apa yang mau diuraikan dalam laporan kita utamanya pada bagian empat (hasil dan interprestasi) dan bab lima (kesimpulan dan rekomendasi), maka kesimpulan yang akan diambil didasarkan pada hipotesis dan data-data dari hasil penelitan. 
Semuanya menurut sekuat apa kita memutuskan problem. Hipotesis mempunyai peranan menawarkan arah dan tujuan pelaksanaan observasi, dan memandu ke arah penyelesaiannya secara lebih efisien. Hipotesis yang bagus akan menghindarkan penelitian tanpa tujuan, dan pengumpulan data yang tidak berkaitan. Perlu dikenang, bahwa tidak semua observasi memerlukan hipotesa. Misalnya pada penelitian yang bersifat deskriptif, penelitian eksploratif dan observasi yang bersifat kualitatif. Manfaat penggunaan hipotesa antara lain yakni: 
  1. Untuk mejelaskan persoalan yang diangkat dalam observasi 
  2. Untuk mejelaskan variabel-variabel yang mau diuji kebenarannya 
  3. Untuk menolong dalam menentukan metode analisa data 
  4. Sebagai pedoman dalam mempesona suatu kesimpulan 
  Bagian Ii(6), Makalah Administrasi Perkantoran

Hipotesa ada tiga macam yakni hipotesa penelitian ialah hipotesa yang dinyatakan dalam bentuk kalimat, hipotesa operasional ialah hipotesa yang dinyatakan dalam bentuk hipotesa nol (H0) dan Hipotesa  (H1), sedangkan hipotesa statistik ialah hipotesa yang berbentukangka-angka statistik yang cocok dengan sistem dan alat ukur yang dipilih oleh peneliti. Hipotesa yang sudah dirumuskan lalu mesti diuji kebenarannya. Pengujian ini dikerjakan untuk pertanda apakah H0 atau H1 yang mau diterima. 

Gambar Pengambilan Keputusan dalam Membuat Hipotesis 
Ada empat kombinasi jawaban berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam pengambilan keputusan untuk menolak atau menerima H0, yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 
Tabel  Empat Kombinasi Jawaban Berdasarkan Hipotesis yang Diajukan 
Dalam menciptakan hipotesis ada dua jenis kesalahan yang dapat dibuat oleh peneliti, yakni:
a) Kesalahan pertama adalah kesalahan yang dilaksanakan karena menolak hipotesis (H0) padahal sesungguhnya H0 benar atau mesti diterima. Kesalahan ini disebut selaku kesalahan alpha (α) atau lazimdisebut dengan taraf positif. 
Gambar  Grafik Tipe Kesalahan  
b) Kesalahan kedua yaitu kesalahan yang dikerjakan alasannya mendapatkan hipotesis (H0) padahal bahu-membahu H0 salah atau harus ditolak. Kesalahan ini disebut sebagai kesalahan beta (β). 
Gambar  Grafik Tipe Kesalahan
Jika keputusan yang diambil dalam hipotesis benar, maka akan tampak kekuatannya seperti pada gambar berikut ini. 
Gambar  Grafik Kekuatan Hipotesa 
Nilai alpha yang dipakai sangat tergantung dari jenis observasi yang mau dijalankan. Jika observasi yang dilaksanakan bekerjasama dengan keselamatan maka alpha yang digunakan sebesar 0.01 (1%) sedangkan observasi yang terkait dengan ilmu-ilmu sosial kebanyakan digunakan alpha 0.05 (5%). Untuk menentukan hipotesis yang akan diambil atau digunakan ialah jika nilai alpha hitung (output) lebih besar atau sama dengan alpha (5 % atau 1%) maka keputusan yang diambil ialah mendapatkan H0. Namun kalau nilai alpha hitungnya lebih kecil dari nilai alpha (5% atau 1%) maka keputusan yang diambil yaitu menolak H0. 
Gambar  The Statistical Inference Decision Matrix

KLIK DI SINI : BAB III