Konsep Income Dalam Tataran Semantik, Sintaktik Dan Pragmatik

Laba merupakan suatu rancangan akuntansi yang mempunyai berbagai sudut pandang, tergantung dari siapa yang menganggap dan bagaimana tujuan penilaiannya tersebut. Oleh alasannya adalah itu, para andal dan organisasi akuntansi menunjukkan definisi berlawanan ihwal rancangan keuntungan ialah sebagai berikut :
  • Laba ialah suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang merniliki berbagai kegunaan dalam banyak sekali konteks. Laba kebanyakan dipandang selaku suatu dasar bagi perpajakan, determinan pada kebijakan pembayaran dividen, ajaran investasi, dan pengambilan keputusan, dan komponen prediksi.(Belkaoui : 1993)

  • Laba sebagai jumlah yang berasal dari penghematan harga pokok buatan, biaya lain dan kerugian dari penghasilan atau penghasilan operasi. Commite On Terminology, Sofyan Syafri H : 2004)
  • Laba yaitu pengambilan atas investasi terhadap pemilik. Hal ini mengukur nilai yang mampu diberikan oleh entitas terhadap investor dan entitas masih mempunyai kekayaan yang serupa dengan posisi mulanya.(Stice, Skousen : 2009)
  • Laba merupakan jumlah residual yang tertinggal sesudah semua beban (termasuk penyesuaian pemeliharaan modal, jikalau ada) dikurangkan pada penghasilan. Kalau beban melebihi penghasilan, maka jumlah residualnya merupakan kerugian higienis. Ikatan Akuntan Indonesia : 2007)
Konsep Income dalam Tataran Semantik
Konsep keuntungan dalam tataran semantik berhubungan dengan masalah makna yang harus dilekatkan oleh perekayasa laporan pada simbol atau elemen biaya sehingga laba bermanfat dan mempunyai arti selaku informasi.

Pada tataran ini, teori menekankan makna yang mesti dimiliki oleh konsep keuntungan, mirip teori perihal aset, realitas, atau kegiatan perusahaan yang diinterpretasikan oleh keuntungan. Laba harus mampu menawarkan berita kepada para pengguna laporan keuangan tentang aneka macam teori, contohnya peningkatan jumlah asset dan efektivitas acara bikinan perusahaan. Berbagai implementasi keuntungan dalam tataran semantik ialah :

  Menjumlah Tarif Biaya Overhead Pabrik/ Bop (Overhead Rate)
1)   Pengukur Kinerja
Laba mampu diinterpretasikan selaku pengukur efisiensi kalau dihubungkan dengan tingkat investasi alasannya adalah kedua hal tersebut secara konseptual merupakan suatu relasi. Dalam pengukuran kinerja, laba mampu mempresentasikan efisiensi kinerja tersebut dengan memilih ROI (Return on Investment) dan ROA (Return on Asset) sebagai dasar pengukuran efisiensi.
2)   Konfirmasi Harapan Investor
Kondisi pasar yang efisien atau tidak efisien akan sungguh mensugesti prediksi atau harapan penanam modal tentang keuntungan yang mau diperoleh, sehingga keputusan  yang akan diambil dalam melaksanakan suatu investasi juga akan terpengaruh. Hal ini mempunyai arti isu perihal keuntungan dapat dijadikan fasilitas untuk pengambilan keputusan investasi yang akan dikerjakan.
3)   Estimator Laba Ekonomik
Laba ekonomik ialah keuntungan dari beling mata investor yang dipakai untuk menilai investasi. Penilaian laba ekonomik harus menggunakan berita yang tersaji dalam pelaporan laba akuntansi, sehingga dharapkan keuntungan akuntansi mampu dipakai selaku perhitungan keuntungan ekonomik. Laporan keuangan diharapkan cukup menyediakan gosip laba dan fatwa kas yang pantas  serta menyerahkan analisis dan perkiraan laba kepada investor.
Konsep Income dalam Tataran Sintaktik
       Konsep laba dalam tataran sintaktik berhubungan dengan rancangan laba yang harus diungkapkan dalam bentuk kriteria dan mekanisme akuntansi yang mantap serta objektif, sehingga angka keuntungan mampu diukur dan disajikan dalam sebuah laporan keuangan. Pada tataran ini, teori menekankan bahwa makna laba secara sintaktik yaitu selisih pengukuran dan perbandingan antara pemasukan dan biaya. Pengukuran dalam arti luas meliputi saat akreditasi dan mekanisme pengukuhan. Kriteria atau pendekatan dalam pengukuran keuntungan dibagi menjadi tiga adalah :

1)   Pendekatan Transaksi (Cash Basis)

            Dalam pendekatan ini, laba diukur dan diakui pada dikala terjadinya transaksi dan kemudian terakumulasi sampai tamat periode. Pengukuran dan pengukuhan laba juga akan paralel dengan kriteria akreditasi pemasukan dan ongkos. Pengakuan laba atas dasar pendekatan ini sama dengan pengukuhan pendapatan atas dasar persyaratan terealisasi dan sama dengan pengesahan ongkos atas dasar kriteria konsumsi manfaat. Pendekatan ini memiliki berbagai keunggulan contohnya jumlah rupiah aset dan kewajiban secara otomatis tersedia pada akhir kurun serta pergantian aset dan keharusan ialah pergantian nilai yang diakui secara objektif.

2)   Pendekatan Kegiatan (Accrual Basis)
      Dalam pendekatan ini, keuntungan dianggap timbul serempak dengan berlangsungnya acara perusahaan dan bukan sebagai hasil sebuah transaksi. Pendekatan ini paralel dengan konsep penghimpunan selaku basis akrual pendapatan. Dengan konsep ini, laba dapat dinyatakan sudah terbentuk serempak dengan dilakukannya kegiatan operasi perusahaan dalam arti luas (buatan, penjualan, dan pengumpulan kas) walaupun secara realisasi belum terjadi transaksi secara real. Pendekatan ini mempunyai kelebihan dalam membantu management melakukan analisis internal mirip mengukur efisiensi dan profitabilitas setiap acara operasional perusahaaan.
3)   Pendekatan Pertahanan Kapital
         Dalam rancangan pertahanan kapital, laba ialah konsekuensi dari pengukuran kapital pada dua titik waktu yang berlawanan. Dengan konsep ini, komponen keuntungan diukur atas dasar pendekatan aset-keharusan. Dua pendekatan yang dibahas sebelumnya merupakan pendekatan pendapatan-biaya dalam pengukuran dan penilaian komponen neraca (aset dan kewajiban). Nilai aset dan keharusan ialah konsekuensi dari pengukuran pendapatan dan ongkos atas dasar rancangan perbandingan. Laba berdasarkan pendekatan ini memiliki arti perbedaan nilai kapital pada dua saat yang berlawanan atau kenaikan kapital dalam sebuah kurun.

Konsep Income dalam Tataran Pragmatik
       Konsep keuntungan dalam tataran pragmatik berkaitan dengan efek isu laba kepada pergeseran perilaku para pemakai pembukuan keuangan. Pada tataran ini, teori menekankan pada pembahasan reaksi pihak yang dituju oleh info akuntansi.

Misalnya suatu insiden pengumuman laba oleh perusahaan, dibilang mengandung info bila pesan tersebut mengakibatkan perubahan kepercayaan para pengguna laporan dan mengakibatkan adanya sebuah tindakan tertentu. Apabila tindakan tersebut dapat diyakini sebagai reaksi atas peristiwa pengumuman keuntungan tersebut, maka info laba dapat dibilang memiliki faedah.

      Bila dikaitkan dengan teori faktual-normatif, tataran sintaktik dan semantik pada umumnya bersifat normatif, sedangkan teori pragmatik akan lebih bersifat kasatmata. Teori pragmatik juga sering diklasifikasikan selaku akuntansi keperilakuan (behavioral accounting) alasannya adalah pokok bahasan pada umumnya yaitu perilaku manusia dalam kaitannya dengan info. Pendekatan dalam proses penyimpulan yang menghasilkan pernyataan atau tindakan mampu bersifat deduktif maupun induktif.

1)   Pendekatan Penalaran Deduktif
     Penalaran deduktif ialah proses penyimpulan yang berawal dari sebuah pernyataan biasa yang disepakati (premis) ke pernyataan khusus sebagai kesimpulan (konklusi). Pernyataan umum yang disepakati dan menjadi basis akal budi dapat berasal dari teori, prinsip, konsep, doktrin, atau norma yang dianggap benar, baik, dan relevan dalam kaitannya dengan tujuan penyimpulan. Penalaran deduktif dalam akuntansi digunakan untuk memberi klarifikasi dan tunjangan kepada kelayakan sebuah pernyataan akuntansi.
2)   Pendekatan Penalaran Induktif
      Penalaran induktif ialah kebalikan dari pikiran sehat deduktif. Penalaran ini berawal dari suatu pernyataan yang khusus dan rampung dengan pernyataan biasa yang ialah generalisasi dari kondisi khusus tersebut. Penalaran induktif dalam akuntansi digunakan untuk menciptakan pernyataan umum yang menjadi penjelasan atau teori terhdap gejala akuntansi tertentu.