Tahapan Antisipasi Dan Seni Manajemen Implementasi Informatika Kurikulum 2013

Bab ini dirumuskan untuk menjadi tutorial bagi guru perancang dan pengajar. Untuk penyelenggaraan pertama, bagian ini mampu menjadi bahan untuk pembinaan persiapan guru. Beberapa ungkapan spesifik yang digunakan pada bagian ini disertakan pada Lampiran B.
Pada prinsipnya, tahapan implementasi yang diuraikan pada bagian ini tidak cuma dilakukan pada dikala implementasi pertama. Setiap tahun, proses ini perlu dikerjakan untuk perbaikan berkesinambungan dan memperbarui masalah-kasus serta soal dan peran, dengan tetap mengacu ke bahan standar dan KI/KD yang sama.
1. Persiapan
Persiapan yang perlu dilakukan oleh guru yakni melakukan proses pemahaman Kurikulum 2013 dan pelaksanaannya, muatan Informatika secara menyeluruh, proses pelaksanaan, dan penilaian muatan Informatika.
Bahan-materi yang perlu dipelajari oleh guru adalah:
1.   kurikulum dan model silabus yang mampu diperoleh dari situs http://litbang.kemdikbud.go.id;
2.   bahan informatika, misalnya buku akademik untuk kuliah dasar/pengantar tingkat universitas mengenai CT, CE, NW, DA, AP, dan SOC;
3.   pedagogi, yakni patokan proses yang menampung best practices merancang silabus sekolah dan RPP;
4.   prasarana dan fasilitas , terutama kakas yang tersedia dan dapat dimanfaatkan untuk mendukung proses pembelajaran; dan
5.   alamat situs-situs terpercaya di mana guru dapat menemukan sumber belajar yang disarankan.
Dari pengertian tersebut, sebaiknya guru yang memiliki latar belakang keilmuan informatika telah bisa memposisikan diri (positioning) untuk mengetahui muatan Informatika, keadaan peserta didik, sekolah, dan lingkungannya, serta memiliki gambaran biasa tentang proses pembelajaran yang mau dijalankan.
Secara biasa , untuk mengadakan muatan/mapel Informatika, guru perlu untuk memahami alur global langkah-langkah yang digambarkan pada Gambar 6.1 selaku berikut.
Gambar 6.1 Tahapan Umum Penyelenggaraan Muatan Informatika
Persiapan penyelenggaraan muatan/mapel Informatika semestinya dikerjakan secara kolaboratif oleh tim guru informatika di tingkat sekolah maupun di tingkat KKG/MGMP kawasan. Tidak dianjurkan bahwa seorang guru membuatkan semua antisipasi secara individu, tanpa adanya proses review atau masukan dari rekan dan dari tim hebat informatika. Walaupun pengembangannya bukan individual, guru masih mempunyai ruang kreatif untuk memperlihatkan acuan-teladan masalah sesuai konteks untuk kelas/rombongan belajarnya.
2. Penjelasan Rinci Implementasi Kurikulum Informatika
Gambar 6.1 dijabarkan lebih rinci untuk menunjukkan dokumen input yang diperlukan dan dokumen output yang mesti dihasilkan pada setiap tahapan.
Gambar 6.2 Rincian Tahapan Implementasi Kurikulum Informatika
2.1 Perancangan Pembelajaran
Tujuan tahap perancangan pembelajaran adalah semoga guru memutuskan konsep dan materi yang diberikan dan bagaimana rancangan dan bahan tersebut akan disampaikan.
Hasil dari proses ini ialah blueprint perangkat pembelajaran sebagai berikut.
1.   Program pada satu tingkat pendidikan (SD/MI, SMP/MTs, Sekolah Menengan Atas/MA)  serta capaiannya.
2.   Untuk setiap kelas, dirancang:
2.1.  peta rancangan per tahun;
2.2.  acara satu tahun (prota) dan acara semester (prosem);
2.3.  draft silabus yang hendak dilakukan di sekolah; dan
2.4.  draft RPP, yang berisi planning rinci penyampaian materi dan acara pembelajaran untuk setiap unit pembelajaran yang dirancang, dengan spesifikasi materi yang lebih rinci dan telah menyebutkan topik spesifik. Jika penyampaiannya memerlukan kit praktikum atau kakas, telah harus disebutkan dalam RPP.
Secara rinci, langkah yang dilaksanakan dalam merancang implementasi muatan Informatika yang dilakukan dalam kelompok yakni sebagai berikut.
1.   Setiap guru mempelajari dan memahami kurikulum untuk tingkatan yang hendak diselenggarakan (Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, SMA) dan model silabus yang sudah dirumuskan oleh Kemendikbud dan mampu diakses pada http://litbang.kemdikbud.go.id. Setiap anggota tim mesti mempelajari dan mengetahui materi didik dengan membaca buku teks terkait dan mulai menimbang-nimbang metode yang cocok untuk mendukung proses pembelajaran. Pemahaman diwujudkan dalam sebuah bentuk peta desain wawasan yang utuh untuk satu tahun, yang distrukturkan berdasarkan versi silabus, menjadi unit pembelajaran dan capaian kompetensinya.
2.   Tim guru dalam satu sekolah bersama Kepala Sekolah mengidentifikasi fasilitas yang dibutuhkan: buku, perangkat, kemudahan lain, untuk menunjukkan kode apakah pelaksanaan lebih banyak dilaksanakan dengan memakai perangkat TIK, atau tanpa perangkat (unplugged).
3.   Tim guru perancang kurikulum menyusun peta konsep secara keseluruhan untuk satu tahun dan silabus berdasarkan versi silabus, yang mau dipraktekkan di sekolahnya.
4.   Tim guru perancang kurikulum menyusun draf rencana pembelajaran tahunan (prota) dan semesteran (prosem), model pembelajaran yang hendak dijalankan, dan contoh-contoh untuk dikembangkan oleh guru, antara lain: acuan bahan, soal ujian, dan rubrik evaluasi.
5.   Tim juga mesti mengidentifikasi resources untuk menerima materi-bahan didik.
6.   Berdasarkan langkah (1) s.d. (5) di atas, tim menciptakan draf dokumen peta rancangan, prota, prosem, silabus, dan RPP.
7.   Draf dokumen pada langkah (6) dibahas dan direview oleh tim andal bahan untuk mendapatkan perangkat pembelajaran yang cukup berbobot keilmuan dan sesuai aspek pedagoginya.
8.   Draf dokumen peta desain, prota, prosem, dan silabus yang dihasilkan pada langkah (7) disahkan oleh Kepala Sekolah, menjadi dasar pengembangan RPP.
9.   Bermodalkan pada dokumen yang telah disahkan pada langkah (8), untuk setiap unit pembelajaran, setiap guru pengajar membuatkan RPP secara lebih rinci dengan format yang telah diputuskan oleh sekolah. RPP Final mesti sesuai dengan kaidah yang telah diputuskan dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 wacana Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah dan sesuai dengan format yang ditetapkan oleh sekolah.
Langkah yang dijalankan oleh Tim guru perancang kurikulum semestinya dijalankan dalam bentuk workshop atau diskusi grup terpumpun (FGD). Dengan adanya kolaborasi tim guru perancang kurikulum Informatika untuk mengembangkan peta konsep secara lazim dan silabus, terjadi pengertian bareng di antara semua guru pengampu informatika. Tim perancang kurikulum Informatika yang dimaksud yakni mereka yang berada pada kelompok kerja guru (KKG) dan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) diikuti Kepala Sekolah atau Wakil Kepala Sekolah dari masing-masing sekolah yang terwakili pada asosiasi tersebut.
Pada dikala implementasi pertama, untuk menciptakan semua perangkat pembelajaran tersebut, dalam suatu FGD atau workshop tim guru melaksanakan brain storming, ideation, proses pengertian ulang bahan, dan penentuan kakas yang hendak dipakai. Disarankan bahwa guru berkonsultasi dengan tim jago materi untuk memilih materi dan proses yang “pas” sesuai dengan sasaran KI/KD.
Pada implementasi kedua dan berikutnya, perbaikan desain dijalankan berdasarkan rekomendasi yang ialah penilaian terhadap pelaksanaan. Rekomendasi hasil evaluasi dipakai untuk memperbaiki cara penyampaian, atau melaksanakan variasi tema atau kasus yang dipilih.
Contoh-contoh perangkat pembelajaran terkait blueprint Prota, Prosem, silabus, RPP, materi pembelajaran dipublikasi secara terpisah pada laman http://litbang.kemdikbud.go.id
Referensi perihal silabus dan RPP ada dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 wacana Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.
2.2 Pengembangan Bahan Ajar
Tujuan dari tahapan ini yakni biar guru telah memiliki sekumpulan materi pembelajaran baik dalam bentuk rancangan, teks, slide presentasi, video, dalam bentuk studi perkara, deskripsi peran/proyek atau dalam pemecahan duduk perkara yang tepat dengan konteks dan kegiatan yang dirancang.
Bahan latih harus sesuai kedalaman dan kompleksitasnya dengan KI/KD yang dirancang dalam kurikulum, serta tenteram dilaksanakan bareng oleh untuk guru dan akseptor latih. Materi sewajarnya mengakomodir konteks dan budaya lokal, serta sesuai dengan kemudahan/sarana prasarana yang ada.
Bahan bimbing juga perlu diwujudkan menjadi perangkat pembelajaran yang sesuai dengan sifat alamiah materi. Materi yang bersifat “dinamis” (mirip video pembelajaran, visualisasi eksekusi program komputer), lebih baik diwujudkan menjadi resources yang bukan dalam bentuk hardcopy. Contoh untuk praktikum, perkara, dan latihan dikumpulkan dalam repositori yang bermacam-macam kompleksitasnya serta bervariasi ketersediaan sarana prasarananya.
Secara umum, pengembangan bahan asuh dilakukan lewat mencar ilmu lebih dalam ihwal bahan, refleksi diri untuk pemahaman bahan, mendesain skenario “delivery” selama satu semester dan mempersiapkan materi-bahan yang disampaikan menurut blueprint yang telah disiapkan oleh Tim Kurikulum Sekolah.
Secara lebih rinci, langkah yang dijalankan oleh guru pengajar dalam proses pengembangan bahan ajar ialah selaku berikut.
1.   Untuk setiap unit pembelajaran, guru melaksanakan proses pengertian ulang terhadap RPP tamat yang telah disahkan oleh kepala sekolah.
2.   Guru pengajar melaksanakan resourcing untuk mencari, memilih, memilah sumber daya berguru yang ada, untuk menjadi materi yang tepat. Jika sudah pernah menyelenggarakan, mencari kombinasi semoga tidak membosankan dan tidak mengulang sama persis mirip tahun lalu, tetapi tetap setara.
3.   Guru melakukan proses bikinan atau pengembangan materi latih, deskripsi proyek, peran, dan soal latihan. Guru menyebarkan dengan memakai perangkat bantu.
4.   Guru mendesain blueprint soal cobaan/tes berdasarkan silabus, dan membuat soal cobaan/tes yang cocok dengan kompetensi yang dibutuhkan serta rubrik penilaiannya. Penilaian pembelajaran tidak terbatas kepada cobaan, melainkan pada kinerja peserta didik dalam melakukan acara proses pembelajaran atau menghasilkan karya-karya produk digital yang menjadi sasaran capain pembelajaran.
5.   Tim hebat materi mereview bahan asuh, ujian, rubrik penilaian yang dikembangkan oleh guru dan memperlihatkan masukan untuk perbaikan/penyempurnaan materi, deskripsi proyek, soal ujian dan rubrik evaluasi.
6.   Guru melaksanakan revisi bahan ajar sesuai dengan masukan tim ahli bahan atau minimal dari tim perancang kurikulum Informatika (MGMP).
7.   Koordinasi dengan Kepala Sekolah untuk merencanakan fasilitas yang dibutuhkan.
Pada implementasi yang pertama kali, disarankan supaya guru melaksanakan uji coba terhadap setiap acara untuk beberapa bahan dalam bentuk kegiatan microteaching bersama tim andal materi. Uji coba dapat dikerjakan selaku acara ekstrakurikuler, menggunakan kasus yang sama atau sungguh mirip, semoga keterukuran waktu yang dialokasikan mampu teruji. Uji coba bahan dan beberapa RPP yang dirancang dilakukan dengan tujuan supaya RPP dan materi mampu dilakukan dengan “tenteram” oleh guru bersama akseptor ajar, dalam waktu sesuai alokasi, untuk mencapai sasaran yang didefinisikan.
6.3 Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan pembelajaran, proses pembelajaran dijalankan dengan mengacu prosem dan RPP simpulan dengan menggunakan bahan ajar yang sudah dikembangkan.
Sesuai dengan praktik pelaksanaan semester, pelaksanaan dalam satu semester dibagi menjadi dua bagian dan akan dievaluasi menjadi dua tahap, yakni evaluasi setelah Ujian Tengah Semester (UTS) dan penilaian setelah Ujian Akhir Semester (UAS).
Untuk periode satu semester, kesesuaian RPP dengan bahan latih yang dikembangkan, serta ketercapaian indikator perlu diukur oleh guru, sekurang-kurangnyadalam dua tahap yakni sesudah UTS dan sehabis UAS.
1.   Pada tengah semester sehabis hasil UTS, untuk memastikan apakah:
     indikator dapat tercapai (dari hasil evaluasi) dan planning sudah dikerjakan selaku dirancang dalam RPP; atau
     perlu dikerjakan “redirection” (pergeseran minor) sebab skenario tidak berlangsung dengan baik (dengan menyertakan analisis penyebabnya).
2.   Pada akhir semester, setelah hasil UAS, guru melakukan analisis hasil pengajaran, yang menghasilkan portofolio guru, yakni berisi perjalanan pelaksanaan yang riil, menurut RPP akhir yang dirancang.
Pada akhir semester, peserta latih juga menghasilkan portofolio peserta bimbing terkait semua aktivitasnya selama satu semester di mana akseptor latih mengumpulkan semua produk hasil berguru dan hasil karyanya, serta sekurang-kurangnyamenuliskan:
1.   acara yang telah dilakukan, perangkat pembelajaran input, dan perangkat pembelajaran outputnya;
2.   outcomes yang dicapainya, apakah sesuai dengan prospeknya di permulaan semester; dan
3.   evaluasi diri, refleksi, dan mengambil hikmah dari proses pembelajaran yang dijalaninya.

Hasil pelaksanaan yang harus disimpan dalam repositori ialah:
1.   sekumpulan perangkat pembelajaran hasil pelaksanaan, yakni: Realisasi Pelaksanaan Pembelajaran (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang sudah diperbaharui/direvisi sesuai dengan pelaksanaan), silabus, dan materi yang mungkin telah dikoreksi/direvisi;
2.   portofolio guru, untuk menjadi bahan pembelajaran dan perbaikan berkelanjutan bagi dirinya, atau bagi guru lain yang akan mengajar muatan yang sama pada tahun selanjutnya; dan
3.   portofolio peserta didik, yang akan menjadi “jejak mencar ilmu” dari proses pembelajaran yang pernah dijalaninya.
6.4 Evaluasi
Setelah proses pelaksanaan selesai dilakukan, Kepala Sekolah melakukan proses penilaian terhadap pelaksanaan proses pembelajaran. Evaluasi dilaksanakan kepada semua perangkat pembelajaran dalam repositori dan dapat dilengkapi dengan kuesioner atau wawancara baik ke guru atau murid kalau dibutuhkan. Hasil dari proses penilaian ialah rekomendasi perbaikan bagi pelaksanaan pembelajaran tahun berikutnya.
STRATEGI IMPLEMENTASI
Disadari bahwa penyelenggaraan pertama memerlukan persiapan yang masak, terutama untuk antisipasi guru. Guru yang selama ini cuma mengajar TIK, datang-datang dihadapkan pada materi yang jauh lebih banyak, kompleks dan mendalam dibandingkan sebelumnya. Guru yang berlatar belakang pendidikan sarjana komputingpun harus mulai membuka bahan-bahan perkuliahan yang pernah dipelajarinya, ditambah dengan mengikuti kemajuan teknologi dan kakas di bidang informatika yang mengalami pertumbuhan pesat.
Dengan prinsip bahwa penyelenggaraan tidak wajib, sekolah perlu melaksanakan persiapan yang masak dan intensif sebelum memutuskan untuk mengadakan mapel Informatika.
1 Penyelenggaraan Tanpa Pemenuhan Prasyarat
Mengingat bahwa muatan Informatika mulai diperkenalkan pada Tahun Pelajaran 2019/2020 serta dirancang berkelanjutan, maka pada penyelenggaraan permulaan, peserta didik belum menyanggupi prasyarat. Artinya penerima didik belum menerima apa yang sebaiknya telah didapatkan pada kelas sebelumnya. Untuk itu, penyelenggaraan untuk kelas VII dan X mesti mampu dijalankan tanpa prasyarat.
Ada beberapa seni manajemen untuk menangani hal ini.
1.   Penyelenggaraan Sekolah Menengah Pertama mampu dilaksanakan dengan menyelipkan pembelajaran kemampuan pada tingkatan Sekolah Dasar pada topik-topik area pengetahuan terkait.
2.   Penyelenggaraan Sekolah Menengan Atas dapat dijalankan dengan melaksanakan salah satu alternatif berikut.
2.1.  Menjalankan muatan Informatika seperti rancangan, dengan mengubah muatan bidang Algoritme dan Pemrograman (AP) dengan muatan AP untuk SMP.
2.2.  Memampatkan materi AP Sekolah Menengah Pertama pada satu tahun di kelas X, lalu melakukan semua materi SMA dikurangi dengan bab yang beririsan selama dua tahun di kelas XI dan XII.
Karena ada beberapa alternatif inilah, kemampuan guru untuk menyusun lesson plan dan memilih materi menjadi sungguh penting.
2 Penyelenggaraan Pertama Kali
Disadari bahwa penyelenggaraan pertama kali merupakan penyelenggaraan dengan antisipasi yang berat, karena muatan perlu didekomposisi secara rinci menurut acara yang dirancang secara kreatif dan diubahsuaikan dengan keadaan masing-masing sekolah.
Pada penyelenggaraan yang pertama kali, diusulkan biar sekolah mulai menyelenggarakan mapel Informatika cuma untuk kelas awal (Kelas VII di Sekolah Menengah Pertama/MTs, Kelas X di Sekolah Menengan Atas/MA) dan merencanakan sesi khusus untuk menyanggupi prasyarat pengetahuan yang diperlukan sebagai bab dari implementasi mapel Informatika.
Penyelenggaraan tahun selanjutnya hanya diusulkan untuk peserta bimbing yang telah pernah menerima mapel Informatika pada tahun sebelumnya ialah kelas VII dan VIII di Sekolah Menengah Pertama, kelas X dan XI di SMA. Pada tahun selanjutnya, mapel Informatika diselenggarakan di semua kelas baik di Sekolah Menengah Pertama/MTs maupun di SMA/MA.
3 Pemanasan
Proses pemanasan ialah melakukan beberapa KI/KD, sebagian dari keseluruhan materi pokok yang dirancang dalam kurikulum.
Untuk penyelenggaraan yang pertama, dianjurkan agar beberapa muatan Informatika diseleksi menurut silabus spesifik yang telah dirancang untuk mengadakan aktivitas ekstrakurikuler selaku “pemanasan” biar lebih siap untuk melaksanakan pembelajaran mapel Informatika ke akseptor ajar yang tertarikke Informatika di tahun selanjutnya.
Untuk menjamin kedalaman dan kecukupan muatan keilmuan informatika, diusulkan bahwa materi yang disampaikan pada penyelenggaraan pertama direview oleh ahli materi di bidang informatika. Agar muatan disampaikan dengan kegiatan yang cocok, dilaksanakan microteaching oleh andal pedagogi.
Keberhasilan implementasi kurikulum tidak hanya tergantung terhadap rancangan kurikulum, namun khususnya ditentukan oleh sumber daya insan atau guru yang memberikan kurikulum terhadap peserta latih.
Guru informatika wajib membuatkan kemampuan mengajar secara aktif dengan mencar ilmu dari sumber-sumber yang diberikan, tidak cuma menunggu potensi untuk mengikuti training atau mendapatkan bahan asuh siap saji. Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) didorong untuk aktif berperan mengembangkan kompetensi anggotanya dan mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi yang cepat, terutama di bidang informatika.
Sebaiknya KKG dan MGMP mengadakan kegiatan berguru bareng dan berbagi pengalaman. Sangat direkomendasikan bahwa pada awal implementasi, kalangan guru mengundang narasumber yang kompeten yakni dari dosen-dosen sekolah tinggi tinggi bereputasi yang menyelenggarakan acara studi komputing.

Sumber : Pedoman Implementasi Muatan/Materi Pelajaran Informatika Kurikulum 2013


Sumber https://blogomjhon.blogspot.com/