“school climate as the quality and character of school life based on patterns of students’, parents’ and school personnel’s experience of school life and reflects norms, goals, values, interpersonal relationships, teaching and learning practices, and organizational structures” (iklim sekolah merupakan mutu dan karakter dari kehidupan sekolah, berdasarkan contoh perilaku siswa, orang renta dan pengalaman personil sekolah perihal kehidupan sekolah yang merefleksikan norma-norma, tujuan, nilai, relasi interpersonal, praktek belajar dan mengajar, serta struktur organisasi).
Iklim sekolah ini juga mampu diartikan selaku sebuah suasana atau kualitas dari sekolah untuk membantu individu masing-masing merasa berguna secara pribadi, bermartabat dan penting secara berbarengan dapat membantu terciptanya suatu perasaan mempunyai terhadap segala sesuatu di sekitar lingkungan sekolah (Freiberg, 2005).
Marshall (2002:2) mengemukakan bahwa: “(a) school climate can affect many areas and people within schools. For example, a positive school climate has been associated with fewer behavioral and emotional problems for students, (b) school climate in highrisk urban environments indicates that a positive, supportive, and culturally conscious school climate can significantly shape the degree of academic success experienced by urban students, (c) school climate research suggests that positive interpersonal relationships and maksimal learning opportunities for students in all demographic environments can increase achievement levels and reduce maladaptive behavior. (d) found that a positive school climate is associated with increased job satisfaction for school personnel. (e) research has shown that providing a positive and supportive school climate for students is important for a smooth and easy transition to a new school . (f) school climate, including trust, respect, mutual obligation, and concern for other’s welfare can have powerful effects on educators’ and learners’ interpersonal relationships as well as learners’ academic achievement and overall school progress”.
Pernyataan tersebut mampu diartikan: (a) iklim sekolah mampu menghipnotis banyak daerah dan orang-orang dalam sekolah. Misalnya, iklim sekolah yang nyata sudah dikaitkan dengan sedikit duduk perkara sikap dan emosional bagi siswa, (b) sekolah iklim di lingkungan perkotaan berisiko tinggi memperlihatkan bahwa iklim sekolah yang nyata, mendukung, dan budaya sadar secara signifikan mampu membentuk tingkat keberhasilan akademis yang dialami oleh siswa perkotaan, (c) iklim sekolah observasi menawarkan bahwa relasi interpersonal yang nyata dan potensi mencar ilmu yang maksimal bagi siswa di semua lingkungan demografi mampu meningkatkan tingkat prestasi dan mengurangi perilaku maladaptif. (d) mendapatkan bahwa iklim sekolah yang nyata bekerjasama dengan kepuasan kerja meningkat untuk personil sekolah. (e) observasi sudah memberikan bahwa memperlihatkan iklim sekolah yang positif dan mendukung bagi siswa yaitu penting untuk transisi dan gampang ke sekolah gres. (f) iklim sekolah, termasuk menghargai kepercayaan, keharusan bersama, dan perhatian untuk kesejahteraan lain mampu memiliki imbas berpengaruh terhadap pendidik dan akseptor latih ‘kekerabatan interpersonal serta prestasi akademik akseptor bimbing dan kemajuan sekolah secara keseluruhan.
Menurut Gilmer (dalam Hoy dan Miskel, 1991: 221) pemahaman iklim organisasi yaitu : “organizational climate as those characteristics that distinguish the organization from other organizations and that influence the behavior of peopels in the organizations” (yang dapat diartikan bahwa: iklim organisasi ialah karakteristik yang membedakan satu organisasi dengan organisasi lainnya dan mensugesti orang-orang dalam organisasi tersebut”.
Berkaitan dengan konteks sekolah, Hoy dan Miskel (1991: 221), menyatakan “school climate is a relatively enduring quality of the school environment that is experienced by participants, affects their behavior, and is based on their collective perceptions of behavior in schools” (iklim sekolah selaku mutu dari lingkungan sekolah yang terus menerus dialami oleh guru-guru, mempengaruhi tingkah laku mereka dan berdasar pada persepsi kolektif tingkah laris mereka).
Merujuk pada beberapa usulan tentang iklim sekolah yang sudah di kemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa iklim kerja sekolah ialah suasana di lingkungan sekolah yang dapat mensugesti acara kerja di sekolah.
- School policy against violence that include clear, consist and fair rules Kejelasan peraturan sekolah kepada sikap kekerasan, kejelasan ini terjadi secara konsisten dan peraturan yang adil. Meliputi pertimbangan para siswa mengenai kebijakan sekolah atau mekanisme yang mengarah pada pengurangan kekerasan.
- Teacher support of students Dukungan yang diberikan guru kepada siswa meliputi relasi guru dan siswa yang dapat mendukung siswa.
- Students participation in decision making and in the design of interventions to prevent school violence. Sejauh mana keterlibatan siswa dalam pembuatan keputusan dan desain intervensi untuk pencegahan kekerasan di sekolah. Hal ini dapat dilihat dengan mengukur perasaan responden bagaimana peran siswa dalam menyaksikan info kekerasan di sekolah