Mengetahui Sudutpandang Hti Terhadap Komunisme Dan Liberalisme

Tawaran Dari radikalisme : Jalan Tengah Diantara Pergulatan 2 Idiologi Global
(Analisis Gerakan Islam Transnasional Dalam Penolakan pergulatan Idiologi Liberal VS Komunisme)

#sebelumnya mesti kita pahami makna radikalisme di sini bukan merujuk pada hal yang negatif, radikalisme yang saya maksud di sini radikalisme politik . untuk mengetahui istilah radikalisme itu sendiri silahkan untuk mempelajarinya lebih lanjut, baik melalui kamus ataupun postingan yang lain.

Konsep Glopbalisasi sejatinya dapat diartikan secara sederhana sebagai sebuah proses hilangnya batasan batas-batas spasial secara tersirat. Dan menimbulkan dunia dalam sebuah ruang yang di sebut globalisasi. Sedangkan lebih jauh berdasarkan Ritzer dalam bahasannya tentang globalisasi menyampaikan bahwa : “Globalisasi ialah proses penyebaran praktek relasi, kesadaran, dan organisasi di seluruh penjuru dunia” (George Ritzer :2012)[1]. Dalam hal ini Ritzer menatap globalisasi sebagai suatu proses penyebaran yang memungkinkan suatu dominasi tertentu yang memenangkan proses penyebaran itu sendiri, biasanya diartikan oleh penduduk umum selaku persebaran nilai-nilai barat yang semakin menguasai timur. Akan tetapi sesungguhnya globalisasi itu sendiri berdasarkan Gidens adalah suatu proses dua arah dengan Amerika dan Barat juga menjadi sangat terpengaruh olehnya terutama alasannya perkembangan dan tekanan dari daerah di luar negara Eropa contohnya Tiongkok, dan India, (Gidens dalam Ritzer : 2012) . Dengan demikian mampu diartikan bahwa globalisasi bukan cuma sekedar persebaran suatu paham tertentu dari suatu penduduk tertetu menuju masyarakat yang lain dalam skala global melainkan proses saling memengaruhi dan memungkinkan untuk memunculkan suatu demam isu global yang baru. Sebuah proses intgrasi internasional yang terjadi karena pertukaran persepsi dunia, produk, pedoman, dan aspek kebudayaan lainnya
Istilah globalisasi semakin popular semenjak tahun 1980 akan tetapi jika kita telusuri wacana desain globlisasi itu sendiri telah terjadi sejak ribuan tahun yang lalu dimana sudah banyak meningalkan bukti- bukti persebaran suatu budaya yang dapat terlhat sampai dikala ini. Misalnya saja jalur sutra yang menghubungkan Asia dan eropa. Lebih jauh lagi globalisai telah di mulai sejak di mulainya ekspedisi pelayaran untuk mengenali dunia luar eropa.dan di teruskan dengan ekpansi negara- negara eropa untuk melakukan eksploitasi di luar negara mereka sebelum perang dunia 2.  Globalisasi sendiri sangat berkaitan erat dengan perkembangan teknologi dan modernisasis dimana dalam hal ini tugas teknologi membantu perkembangan globalisasi dan modrnisasi untuk berkemang sampai ketika ini, teknologi, globalisasi dan modernisasi yaitu tiga komponen yang tidak bias di lepaskan dalam kemajuan globalisasi itu sendiri. Tidak bias di pungkiri bahwa teknologi membantu globalisasi untuk meningkat dengan efektif dan di sisi lain mengembangkan sebuah tanda-tanda yang di sebut medernisasi dengan penanda globalisasi itu sendiri.
Dalam pekembangannya teknologi memerankan peranan yang begitu besar untuk berkembang kembang globalisasi hingga dikala ini, misalnya saja dengan di temukannya banyak sekali teknologi yang mempermudah proses sebuah komunikasi yang di pisahkan oleh jangkauan sepasial. Teknologi sudah memainkan perannya dalam upaya membuat sebuah penyatuan seluruh masyarakatdunia menjadi satu penduduk dunia yang tunggal (Martin Albrow 2004). Teknologi juga berperan penting dalam peroses kemajuan media dan pendidikan sebagai suatu sarana persebaran isu dan wawasan yang memungkinkan untuk sebuah konsumsi idiologi dan pemahaman tertentu, terutama dalam menciptakan suatu konstruksi pemikiran, dalam konteks tersebut media berperan penting terhadap apa yang di bawa oleh gosip globalisasi itu sendiri. Meskipun dalam Tesis Mcdonalisasi dunia, Ritzer berpandangan bahwa Globalisasi ialah suatu persebaran Kekosongan dianalogikan dengan berkembangnay suatu kedai makanan Friences yang menjual kuliner cepat saji. Akantetapi dia memandang serius globalisasi selaku suatu rancangan Elective affinity[2]. (sebuah desain yang di pinjam dari Max weber. Terkait relasi timbal balik antara dua alasannya adalah yang saling memengaruhi) yang mencerminkan semangat imperialism negara,, perusahaan dan sejenisnya dengan perwujuadan glokalisasi. Dengan artian lain globalisasi di terima oleh banyak negara sebagai suatu proses pertukaran dimana globalisasi itu berwujud kotak kososng dan akan di isi dengan glokalisasi dan kemudian di sebarkan kembali.
Globalisasi dalam beberapa kondisi tidak senantiasa di terima oleh semua suasana, bahkan beberapa melaksanakan penolakan atas perkembangan globalisasi itu sendiri dengan banyak sekali cara salahsatunta yakni gerakan fundamentalisme. Akantetapi beberapa hebat justru beropini bahwa hadirnya fundamentalisme itu sendiri merupakan sebuah hasil dari globalisasi . fundamentalisme ini berkembang dalam aneka macam bentuk, contohnya saja budaya. Dengan Glokalisasi. Fundamentalisme agama, politik dan ekonomi. Namun dalam perkembangannya yang banyak menjadi sortan para sosiolog adalah hadirnya fundamentalisme agama. Yang dalam beberapa segi menjadi sebuah fenomena yang menawan untuk di kaji lebih mendalam khususnya dengan transformasi gerakan fundamentalis yang telah menjadi suatu gerakan trans nasional.
Dalam kajian sosiologi sendiri. Gerakan fundamentalis trans nasional dianggap selaku sebuah fenomena yang perlu di kaji secara mendalam khususnya untuk para sosiolog di Indonesia, mengingat dewasa ini telah banyak bermunculan fenomena sosial berukuran nasional yang beraitan dengan gerakan fundamentalalis agam trans nasional. Dalam hal ini adalah gerakan trans nasional di agama islam. Munculnya gerakan transnasional islam ini tidak lepas semangat untuk melawan kekuatan globaliasi barat yang diangap menjinjing efek negative terutama dalam norma agama dan moralitas.
 Beberapa gerakan trans nasional yang cukup popular di indoesia adalah diantaranya yaitu yang pertama Ikhwanul muslimin pada tahun 1980 an, di muali dari gerakan kampus dan lalu meningkat sampai membentuk partai PKS sampai saat ini. Yang kedua yakni Salafi dakwah, gerakan ini timbul pada tahun 1980 yang terbentuk dari alumni LIPIA, organisasi ini bercorak wahabi dan bertujuan untuk membendung gerakan transnasional ikhwanul muslimin, mereka mengembangkan diri berbasis pesantren dan pada umumnya bertabrakan eksklusif dengan konstituen NU. Yang ketiga yaitu gerakan jamaah tablig Indonesia. Gerakan ini merupakan gerakan yang mempunyai perkmbangan yang cukup pesat. Dengan jamaah pengikut terbanyak di seluruh dunia, biasanya terdiri dari berbagai propesi, dari artis sampai mantan preman. organisasi ini banyak di minati alasannya tidak mempermasalhkan latar belakang anggotanya, banyak pengamat yang berpendapat bahwa gerakan ini akan menjadi gerakan islam trans nasional terbesar di dunia sebab perkembangannya yang sungguh pesat hingga ketika ini. Dan yang terakhir yaitu gerakan yang sekaligus akan menjadi pokok bahasan penulis adalah gerakan trans nasional Hizbuttahrir Indonesia. Atau HTI.
  Hizbutahrir Indonesia atau sering di singkat sebagai HTI. Gerakan ini lebih bersifat berangasan/ radikal secara politik alasannya adalah mengusung sebuah paham politik berlandaskan khilafah. Suatu system politik yang sempat mewarnai pemerintahan Islam paska wafatnya Rasulullah dan kemudian tumbang karna perpecahan di kubu Islam itu sendiri. Gerakan ini di awali dengan aktifitas yang terdapat di masjid-masjid kampus utamanya masjid Al- Ghifari, IPB bogor. Kemudian tersebar di seluruh Indonesia, yang juga mempunyai mantel organisasi mahasiswa berjulukan Gema Pembebasan. Secara politik HTI memproklimirkan diri pada tahun 2002 dengan diadakannya konfrnsi internasional soal Khilafah Islamiyah yang diadakan di Istora senayan pada saat itu. Namu HTI menolak tergabung dalam system politik yang di akui di Indonesia sebagai bentuk baku dari Hizbuttahrir internasional.
HTI secara terperinci telah menjadi gerakan fundamentalis agama yang menolak globalisasi barat dengan memperlihatkan sebuah system politik baru khususnya di Indonesia sebagai negara yang mengukuhkan diri untuk menjadi non-blok menghadapi pergumulan 2 idiologi besar dunia yaitu Komunisme dan liberalism. Dalam perkembangannya gerakan trans nasional ini banyak mengalami penolakan di banyak sekali negara. Salah satunya ialah Indonesia alasannya gerakan ini yang dianggap terlalu kaku bahkan sering di sebut sebagi gerakan fanatik oleh masyarakat Indonesia dan terperinci tidak cocok dengan kondisi penduduk Indonesia yang ulti kulturalg. Namun tidak bias di pungkiri bahwa gerakan ini sedikit banyak telah berpengaruh pada info-gosip politik nasional dan melatari banyak pristiwa politik yang berhubungan dengan gosip keagamaan, salahsatunya yakni pilkada Jakarta beberapa waktu lalu.  Gerakan ini cukup progresif dan aktif dalam kegiatannya memepengaruhi acuan piker masyarakat perihal system politik di Indonesia salahsatunya yakni dengan cara pembuatan bulletin jumat yang di edarkan di banyak masjid di Indonesia.
Sebenarnya penolakan kepada globalisasi utamanya yang di bawa oleh modernisme barat sudah berbarengan di tolak oleh hampir semua gerakan fundamentalisme agama, bahkan dari kubu selain agama islam itu sendiri. Tapi di satu sisi gerakan fundamentalisme itu sendiri memang terlahir balasan dari pertumbuhan globalisasi yang tidak terkendali, oleh sebab itu gerakan fundamentalis transnasional menyerupai anak yang akan mempersoalkan kehadiran orangtuanya sendiri. Penulis secara sepihak memilih HTI selaku bahan analisis utama penolakan dominasi Barat dalam globalisasi sebab beberapa pertimbangan. Diantaranya dalah gerakan ini merupakan gerakan yang secara jelas-terangan menolak semua system pemerintahan kecuali yang berlandaskan hokum islam (menurut fersi pengertian mereka). Yang kedua gerakan ini merupakan gerakan berbasis politik yang menyussup di banyak negara terasuk Indonesia, namun tidak melakukan aksi kontak fisik yang menimbulkan banyak kerugian mirip terror dan sejenisnya,  yang ketiga adalah gerakan ini merupakan gerakan yang aktif progresif melakukan kampanye dan sosialisasi. Gerakan ini juga banyak menjadi actor dalam pristiwa politik besar gres-gres ini di indoesia.sehingga penulis menjadi tertari untuk mengkaji lebih dalam bagaimana gerakan ini melakukan propaganda politik kususunya komparasi idiologi diantara 2 idiologi lebih banyak didominasi dan islam sebagai sesuatu yang di tawarkan oleh kalangan ini.
Sebelum  memesuki bahasan Islam sebagai jalan tengah diantara pergulatan idiologi global, terebih dahulu lebih baik bila kita membahas menganai pergumulan idiologi global itu sendiri. Seperti apa yang kita pahami, perang acuh taacuh antara amerika dan rusi telah usang terjadi dan dilatari oleh pergumulan idilogi, dimana dalam ini sovie (Rusia) menganut idiologi komunis sedangkan As dengan paham liberalismenya. Secar empiris komunisme di Indonesia pernah menerima posisi yang bak di dunia politik Indonesia, namun sebab sebuah keadaan yang belakangan di duga mempunyai banyak versi karena komunisme di Indonesia runtuh dan sekaligus dimanfaatkan oleh pemerintah orde gres abad itu sehinga komunisme dianggap selaku sesuatu yang di takuti oleh masyarakat awam hinga saat ini walaupun idiologi ini banyak berkembang menjadi dalam jiwa-jiwa pergerakan di Indonesia. Dampak dari kejadian itu yaitu Indonesia yang makin cenderung kepada idiologi oposisi dari komunisme idtu sendiri yakni liberalism.
Untuk memahami liberalism secara utuh kita mesti mengerti bahwa Liberalisme bangun di atas alasan John Locke dan Hobbes, Locke dengan terang menyatakan “ide kebebasan adikara menyebabkan semua orang untuk melaksanakan apapun yang disenanginya,”. Hobbes sendiri mendefinisikan keleluasaan yaitu “tiadanya rintangan eksternal untuk bergerak, dalam hal ini kebebasan itu mirip air dan sesuai kebutuhannya“.  Definisi hak alamiah manusia menurut Locke dan Hobbes menempatkan kedaulatan atas dirinya sendiri, setiap orang bebas untuk melakukan apa yang diinginkannnya. Di samping itu liberalism berkembang dengan pemaham dari Hayek yang mendasari diri pada ekonomi pasar bebas.
Hak setiap orang secara alamiah untuk hidup dan bebas, semua pemilik hak secara alamiah berhak menerima perlindungan atas hak-hak yang beliau miliki. hak alamiah tersebut mendapatkan daerah yang utama dalam rasionalisme, bahwa kemampuan berpikir secara rasional untuk mendapatkan haknya, memperjuangkan haknya dan mempertahankan hak-haknya. Pada hakikatnya semua manusia sama, walaupun seseorang itu dilahirkan dari keluarga miskin, keluarga kaya, di istana ataupun di gubuk. Kesadaran atas hak insan itu merupakan hasil dari pencerahan insan dalam memahami dirinya sendiri.liberalisme dari permulaan kemunculannya sudah banyak mengalami pertumbuhan di tandai dengan hadirnya liberalism kelasik hinggal Neoliberalisme, inti dari paham ini antara lain yaitu menguatnya kebebasan individu, lepasnya intervensi negara, dan merupakan teori relasi antarnegara, pasar individu dan penduduk dalam sistem perekonomian yang berlandaskan kapitalisme. Karena itu, paham neoliberalisme ialah metamorfosis paham liberalisme klasik.
Dalam hal ini Hizbuttahrir menatap liberalism sebagai akar dari sekularisme yang melakukan pemisahan antara agama dan negara beralawanan dengan rancangan negara yang di usung oleh organisasi ini, bagia mereka (HTI) liberalism menciptakan sebuah kebebasan yang tidak terkendali mirip apa yang telah mereka kemukakan dalam situs web nya bahwa liberalism tidak di ciptakan dari akal, melainkan jalan tengah yang di putuskan oleh tokoh gereja dan cendekiwan untuk pada kala itu. Lebih lengkap kutipannya yaitu selaku berikut[3] :
“Setelah sosialisme, ideologi sekulerisme, neo liberalisme dan kapitalisme tidak dibangun atas dasar logika, tetapi dibangun menurut jalan tengah antara tokoh-tokoh gereja dengan cendekiawan, sehabis sebelumnya terjadi pergolakan dan perbedaan pertimbangan yang sengit dan berlangsung terus-menerus selama beberapa periode di antara mereka. Jalan tengah itu yakni memisahkan agama dari kehidupan, ialah mengakui keberadaan agama secara tidak pribadi, namun dipisahkan dari kehidupan. Oleh karena itu, ideologi ini tidak dibangun atas dasar akal, tetapi dibangun atas dasar kompromi kedua belah pihak selaku jalan tengah”. ( Umar Syarifudin :2016)
Dari pernyataan tersebut kita mengetahui bahwa hizbuttahrir menolak pemikiran liberalism sebab diangap memisahkan dir dari agama yang merupakan sumber dari nilai-nilai budpekerti kebaikan. Memandang kapitalisme selaku system yang kosong dari faktor rohaniah dan menjadi system yang rakus, dalam hal ini penulis merasa sepakat baha perkemabangan kapitalisme agaknya telah menyengsarakan kalangan mayoritas dan cuma menguntungkan sebelah pihak.
Tidak hingga di situ, HTI dalam banyak artikelnya telah mengutuk kapitalisme sebagai sebuah system yang bertanggung jawab atas ketimpangan ekonomi dunia, yang mengakibatkan dominasi dunia oleh seglintir pihak dan pihak lain sebagai kaum yang di tindas, HTI juga mengganggap bahwa pemerindah dan elit politik tidak mampu untuk melakukan sebuah pergantian terhadap system tersebut sehingga mereka bersihkeras untuk mengusung desain politik kekhalifahan seperti pada kala kejayaan islam di masalalu.
Tidak berlawanan dari pandangannya perihal liberalism kapitalis. HTI memandang marxsisme atau komunisme selaku idiologi yang cacat di banyak sisi alasannya adalah terlalu mematokan diri pada sapek materialism.
Komunisme itu sendiri merupakan idiologi yang di kembangkan oleh Karl Marx dan pengikutnya. Kususnya sebagai respon dari pertumbuhan kapitalimse industry pada ketika itu, marx muda yang merasa peka terhadap kondisi sosial ekonomi kemudian mulai menimbulkan tesis wacana masyarakat sosialisme.  Marx menatap bahwa efek dari perkambangan kapitalisme menyebabkan terbaginya penduduk menjadi dua kelas adalah kelas borjuis dan kelas proletar. Kelas borjuis merupakan kelas para pemilik modal yang mempunyai fasilitas buatan dan kelas proletar yang merupakan kelas pekerja yang tidak memiliki alat buatan, dalam kacamata marxsisme kelas proletar acap kali mengalmi diskriminasi dan penindasan oleh kelas borjuis, baik itu secara sadar maupun tidak.
Tesis marxsisme sejatinya sudah banyak merangsang pertumbuhan ilmu pengetahuan sosial salahsatunya yakni sosiologi, marxsisme yakni sebuah kerangka piker yang mengajari kepekaan terhadap realitas dan mempunyai kedudukan yang niscaya dalam menentukan keberpihakan. Dalam hal ini marksisme hadir selaku upaya prlawanan dominasi dan dan diskriminasi.
Namun HTI memandang komunisme sebagai sebuah idiologi yang semrawut, berlandaskan fatwa dekonstruktif dan serupa dengan liberalism kelompok hizbuttahrir menatap Komunisme sebagai suatu paham yang tidak di bangkit dengan logika sehat melainkan terjebak dalam materialism. Dalam tulisannya Umar syarifudin[4] mengatakan :
Komunis ialah yang tidak di landaskan logika dan merupakan ideologi kehancuran, yang melakukan pekerjaan hanya berlandaskan asas bahan, hal tersebut ialah jargon klasik, tetapi karena diformulasi dengan baik, khususnya gerakan revolusi yang memiliki kaidah-kaidah dan sistem tertentu, komunis sudah menjadi rezim sosial yang mengakar dalam diri manusia.(Umar syarifudin 2016)
Pandangan ini secara terang dianggap keliru terutama oleh penulis alasannya adalah akar pemikiran marxsisme merupakan materialism dialektis, suatu cabang pemikiran filsafat yang jelas membutuhkan logika sehat dan peraduan argumentasi yang panjang.
Hijbuttahrir dalam perspektifnya sudah melihat dan menyebabkan pergulatan idiologi sebagai suatu kegagalan dan di jadikan selaku fasilitas propaganda aktif untuk menarik minat masyarakat untuk tergabung dalam organisasi tersebut dengan cara menunjukkan suatu system gres yang di janjikan dapat mengganti faktor sosial ekonomi secara lebih baik dibandingkan dengan kedua system yang mendominasi dunia. Mereka memberikan islam gaya kelasik yang berlandaskan pada romantisme sejarah dengan upaya untuk mengusung kembali berdirinya kekhalifahan.
Systetem kekalifahan sendiri merupaka system yang di terapkan para sobat pasca ajal Rasulullah. Sedangkan dalam abad hidupnya Rasulullah atau Muhammad tidak pernah menyebut system pemerintahannya adalah khilafah. System kekalifahan lalu hancur alasannya perebutan kekuasaan politik dimana islma menjadi terbelah antara suni dan syiah.
Dalam kajian secara secara Sosiologis penetrasi Hizbuttahrir yang di kerjakan di Indonesia dianggap berlawanan dengan nilai–nilai multikulturalisme. Meskipun Indonesia ialah negara dengan mayoritas muslim, namun tidak bias di pungkiri bahwa keadaan adab masyarakat Indonesia lebih menyukai kenyamanan dan kerukunan umat beragama. Meskipun sungguh potensial untuk timbulnya konflik sara bila terus di profokasi secara massif sepeti contohnya yang terjadi di ambon dan papua.
Kritik atas system yang di tawarkan HTI sendiri enurut penulis antara lain terlalu memaksakan suatu pergantian sepihak, mengabaikan aspek multikulturalisme . hizbuttahrir sendiri belakanga banyak menuai penolakan bahkan dari golongan ulama alasannya di nilai mengabaikan aspek akidah. Konsep HTI dinilai terjebak dalam romantisme sejarah dan riskan di susupi kepentinga, menimbulkan dominasi kekuasaan yang baru dan menimbulkan stratifikasi yang mungkin berpotensial menjadikan penindasan kepada agama selain islam.
Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa kemajuan globalisasi menenteng efek yang berakena ragam salahsatunya adalah persebaran idiologi dan organisasi yang mendatangkan rancangan beragam anutan salahsatunya adalah gerakan islam Trans nasional Hizbuttahrir Indonesia.  Meskipun mereka hadir sebagai gerakan Fundamentalis yang menolak desain Globalisasi, tidak dapat di sangkal bahwa mereka sendiri merupakan buah dari globalisasi dan mengusung rancangan globalisasi politik berdasarkan agama islam, akan tetapi kehadirannya di Indonesia selain di sambut baik juga menerima banyak penolakan alasannya adalah corak gerakannya yang cenderung mengabaikan aspek kemajemukan dan masih di bayangi dugaan asing oleh masyarakat Indonesia, walaupun demikian golongan HTI tetap gencar melaksanakan propaganda salahsatunya dengan banyak sekali tulisan bulletin jumat yang berisi komparasi system pemerintahan salahsatunya yakni tawarannya perihal system idiologi islam sebagai jalan tengah diantara kapitalisme dan komunisme.
Daftar Pustaka
Miftah  Toha.  (2004).  Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ritzer,  George. (2011).  Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Ritzer. George, (2012) Teori sosiologi kelasik hingga perkemangan terakhir. Di terjemahkan oleh saut pasaribu. Pustaka pelajar Yogyakarta.
Tibi. Bassam. (2005) etika politik islam.civil society, pluralism, dan pertentangan. Penerbit ICIP. Jakarta.
Ritzer. George. (2015) McDonalisasi penduduk . Penerbit. Pustaka pelajar Jakarta.
Desy.anwar 2003. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Penerbit Amelia. Surabaya.
Mulyana Rohmat. 2015. Radikalisme dan islam nusantara.pdf diakses dari https://www.kemenag.go.id/files/www/file//2016/08/14712344011544137894.pdf  pada 26 april 2017.
Noor.irfan .Jurnal. 2011. Islam trans nasional dan abad depan NKRI. Suatu filsafat politik. Diakses dari http://jurnal.iain-antasari.ac.id/index.php/ushuluddin/article/download/742/607 pada 26 april 2017
Syarifudin. Irfan 2016. The Clash Ideology : Islam vs Komunisme & Sekulerisme. Diakses dari http://hizbut-tahrir.or.id/ diakses pada 26 april 2017.
Anonym. 2014. Sejarah gerakan islam transnasional di Indonesia. Diakses dari www.kompasiana.com pada 28 april 2017.
Anonym. 2016. Membandingkan idiologi islam dengan komunisme dan kapitalisme. Diakses dari http://hizbut-tahrir.or.id/ pada 26 april 2017
Anonym. Sejarah Globalisasi. Diakses dari www. Wikipedia.co.id. pada 26 april 2017.



[1] George Rtzer. 2012 teori sosiologi dari sosiologi kelasik hingga perkembangan terakhir postmodern. Pustaka pelajar. Hal 978

[2]George Ritzer 2015. Mcdonalisasi penduduk . Pustaka pelajar.

[3] Kutipan di ambil dari postingan yang di public lewat web resmi HTI (http://hizbut-tahrir.or.id/) yang di tulis Oleh: Umar Syarifudin (Lajnah Siyasiyah DPD Hizbut Tahrir Indonesia Kota Kediri). Bagi penulis secara subjektif aliran tersebut tidak memiliki dasar yang besar lengan berkuasa untuk mengetahui liberalism.

[4] Umar syarifudin 2016. The class idiologi : islam Vs komunisme & sekularisme diakse dari http://hizbut-tahrir.or.id/.