10 Hal yang Didambakan Lelaki dari Seorang Wanita Saat Merencanakan Berkeluarga

Allah Yang Maha Penyayang sudah memberikan pola pada umat manusia untuk saling menyayangi, baik yg muda pada yg lebih tua, seorang anak pada orang tua, atau seorang pria pada perempuan.

Allah SWT menunjukkan rasa cinta sebagai anugerah umat insan. Perasaan cinta merupakan bukti ke-Maha Kuasa-an Allah SWT yg diberikan pada makhluq yg ahsani taqwiim. Itu bentuk kesempurnaan ciptaan yg Maha Esa. Rasa cinta sering tumbuh mengharumkan pada setiap jiwa insan & hati, begitu juga dgn perasaan cinta seorang lelaki pada seorang wanita, demikian pula sebaliknya.

Cinta yaitu fitrah manusia, makna cinta mesti sesuai tauladan Nabiyyuna Khotimul Ambiya’. Dikemas dgn akhlaq mulia, & disandarkan pada Allah Ta’ala. Sebaliknya, cinta yg diniatkan dgn kesenangan mampu menenteng pada kemaksiatan, diawali dgn kebohongan, & berakhir dgn berantakan sehingga nafsu liar pun tak terkendalikan.

Agama islam telah menjadi agama yg sempurna, di dalamnya terdapat hukum-aturan yg mengendalikan perasaan pada yg yang lain. Sehingga cinta yg kuat akan melanggengkan & membahagiakan, menghantarkan korelasi rumah tangga meraih nirwana yg dijanjikan. Oleh alasannya itu pria yg sholih tak asal menentukan perempuan kemudian menyebabkan pendamping rumah tangga.

Berikut 10 aspek dikala perasaan cinta tumbuh dr seorang laki-laki untuk memilih perempuan yg akan dijadikan pendamping hidupnya.

  1. Faktor Beraqidah Islamiyah

Sebuah keluarga menjadi madrasah utama bagi belum dewasa kita, berguru ketauhidan, menawarkan pengajaran, mendidik dgn ketaqwaan. Jika madrasah itu rapuh maka anggota keluarga yg lain pun larut dlm kerapuhan aqidah. Faktor yg sangat penting bagi seorang pria yakni menentukan pendamping yg mempunyai benteng aqidah islamiyah, kokohnya benteng mesti diketahui betul oleh wanita sholihah, ia menjadi peran & fungsi bersama suaminya mendidik anak menjadi penerus generasi islam yg beraqidah islaimiyah.

Allah menekankah hal ini dlm firmanNya, “Dan janganlah ananda menikahi wanita-perempuan musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yg mukmin lebih baik dr wanita musyrik, walaupun ia menawan hatimu. Dan janganlah ananda menikahkan orang-orang musyrik (dengan perempuan-perempuan mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yg mukmin lebih baik dr orang musyrik, walaupun ia mempesona hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke nirwana & ampunan dgn izin-Nya. Dan Allah menandakan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) pada insan supaya mereka mengambil pelajaran.” (Al-Baqarah: 221).

  1. Faktor Pengamalan Agama yg Kuat

Sebagian lelaki memiliki banyak pilihan dlm menyayangi perempuan. Ada yg condong pada kecantikan & postur tubuh, ada pula yg menentukan sebab status sosial maupun pendidikan, & tak sedikit lelaki yg menentukan karena wanita aspek kaya harta. Namun sebaliknya seorang lelaki yg memilih sebab faktor agama, mengamalkan di setiap masa, maka itulah yg diwasiatkan oleh tauladan kita, itulah perempuan sholihah menjadi dambaan lelaki sholih.

Rasulullah saw. pula memastikan, “Dunia yaitu embel-embel, & aksesori dunia yg paling baik yaitu perempuan yg shalihah.” (Muslim, Ibnu Majah, & Nasa’i).

Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda, “Wanita dinikahi alasannya adalah empat masalah: sebab hartanya, keturunannya, kecantikannya, & agamanya. Maka, ambillah wanita yg memiliki agama (perempuan shalihah), ananda akan beruntung.” (Bukhari & Muslim)

  1. Faktor nasab yg baik

Karena itu, Utsman bin Abi Al-’Ash Ats-Tsaqafi menasihatkan anak-anaknya agar menentukan benih yg baik & menyingkir dari keturunan yg buruk. “Wahai anakku, orang menikah itu laksana orang menanam. Karena itu hendaklah seseorang menyaksikan dahulu kawasan penanamannya. Keturunan yg jelek itu jarang sekali melahirkan (anak), maka seleksilah yg baik walaupun agak usang.”

“Carilah tempat-tempat yg cukup baik untuk benih kamu, karena seorang lelaki itu mungkin ibarat paman-pamannya,” begitu perintah Rasulullah saw. lagi. “Nikahilah di dlm “kamar” yg shalih, sebab perangai orang bau tanah (keturunan) itu menurun pada anak.” (Ibnu ‘Adi)

  1. Faktor Jasmani Sehat & Berkepribadian Penyayang

Sahabat Ma’qal bin Yasar berkata, “Seorang lelaki tiba menghadap Nabi saw. seraya berkata, “Sesungguhnya gue mendapati seorang perempuan yg baik & bagus, namun ia tak bisa melahirkan. Apa semestinya gue menikahinya?” Beliau menjawab, “Jangan.” Selanjutnya ia pun menghadap Nabi saw. untuk kedua kalinya, & ternyata Nabi saw. tetap mencegahnya. Kemudian ia pun datang untuk ketiga kalinya, lalu Nabi saw. bersabda, “Nikahilah perempuan yg banyak anak, alasannya bekerjsama gue akan membanggakan banyaknya jumlah kalian di hadapan umat-umat lain.” (Abu Dawud & Nasa’i).

Karena itu, Rasulullah memastikan, “Nikahilah wanita-perempuan yg subur & penyayang. Karena bantu-membantu gue besar hati dgn banyaknya kalian dr umat lain.” (Abu Daud & An-Nasa’i)

  1. Faktor Masih Gadis/Muda

Seorang gadis yg sholihah lebih mempertahankan diri & sifat-sifat perempuan telah yg masih alami. Ia penuh malu, manis bertutur, mau bermanja ria, tak akan berkhianat sebab tak pernah ada ikatan rasa cinta dlm hatinya, terkecuali oleh yg meminangnya kelak. Cinta seorang gadis tak akan pernah terbagi dgn lelaki lain, & hanya patuh taat pada suaminya.

Siapapun tahu, gadis yg belum pernah dinikahi masih punya sifat-sifat alami seorang wanita. Penuh rasa malu, manis dlm berbahasa & bertutur, manja, takut berbuat khianat, & tak pernah ada ikatan perasaan dlm hatinya. Cinta dr seorang gadis lebih murni alasannya adalah tak pernah dibagi dgn orang lain, kecuali suaminya. Menikahi gadis perawan akan melahirkan cinta yg berpengaruh & mengukuhkan pertahanan & kesucian dlm membina keluarga bareng .

Suatu saat Aisyah menanyakan pribadi pada Rasulullah saw. “Ya Rasulullah, bagaimana pendapatmu kalau kau-sekalian turun di sebuah lembah lalu pada lembah itu ada pohon yg belum pernah digembalai, & ada pula pohon yg sudah pernah digembalai; di manakah kau-sekalian akan menggembalakan untamu?” Nabi menjawab, “Pada yg belum pernah digembalai.” Lalu ‘Aisyah berkata, “Itulah aku.”

Namun, dlm keadaan tertentu menikahi janda kadang lebih baik dibandingkan dengan menikahi seorang gadis. Ini terjadi pada kasus seorang sobat Rasulullah SAW bernama Jabir.

Rasulullah saw. sepulang dr Perang Dzat al-Riqa bertanya Jabir, “Ya Jabir, apakah kamu-sekalian sudah menikah?” Jabir menjawab, “Sudah, ya Rasulullah.” Beliau mengajukan pertanyaan, “Janda atau perawan?” Jabir menjawab, “Janda.” Beliau bersabda, “Kenapa tak gadis yg kamu-sekalian dapat saling mesra bersamanya?” Jabir menjawab, “Ya Rasulullah, sebetulnya ayahku sudah gugur di medan Uhud & meninggalkan tujuh anak perempuan. Karena itu gue menikahi perempuan yg dapat mengelola mereka.” Nabi bersabda, “Engkau benar, insya Allah.”

  1. Faktor Sifat Lemah Lembut & Bertutur Kata Manis

Imam Ahmad meriwayatkan hadits dr ‘Aisyah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Wahai ‘Aisyah, bersikap lemah lembutlah, karena sebenarnya Allah itu jikalau menginginkan kebaikan pada suatu keluarga, maka Allah memperlihatkan mereka pada sifat lembah lembut ini.” Dalam riwayat lain disebutkan, “Jika Allah menginginkan suatu kebaikan pada sebuah keluarga, maka Allah memasukkan sifat lemah lembut ke dlm diri mereka.”

  1. Faktor yg dapat Menyejukkan Pandangan bagi suami

Rasulullah saw. bersabda, “Tidakkah mau gue kabarkan pada kalian ihwal sesuatu yg paling baik dr seorang perempuan? (Yaitu) wanita shalihah yaitu perempuan yg jika dilihat oleh suaminya menggembirakan, jika diperintah ia mentaatinya, & kalau suaminya meninggalkannya ia menjaga diri & harta suaminya.” (Abu daud & An-Nasa’i)

  1. Faktor yg Dapat Menolong Suami & Keluarga Selalu Bertakwa

Istri yg shalihah ialah komplemen mulia, ia mampu menggunakan kemuliaan itu selaku simpanan di hari kiamat karena membantu suami & membina bawah umur dlm ketaqwaan. Iman Tirmidzi meriwayatkan bahwa sobat Tsauban menyampaikan, “Ketika turun ayat ‘walladzina yaknizuna… (orang yg menyimpan emas & perak serta tak menafkahkannya di jalan Allah), kami sedang bareng Rasulullah saw. dlm suatu perjalanan. Lalu, sebagian dr teman berkata, “Ayat ini turun mengenai emas & perak. Andaikan kami tahu ada harta yg lebih baik, pasti akan kami ambil”. Rasulullah saw. kemudian bersabda, “Yang lebih utama lagi yakni lidah yg berdzikir, hati yg bersyukur, & istri shalihah yg akan menolong seorang mukmin untuk memelihara keimanannya.”

  1. Faktor Pribadi yg Pandai Bersyukur Terhadap Pemberian Suami

Rasulullah saw. bersabda, “Allah tak akan melihat pada seorang istri yg tak bersyukur (berterima kasih) pada suaminya, sedang ia sungguh membutuhkannya.” (An-Nasa’i).

10. Faktor Kecerdasan & Bijak Mengungkapkan Pendapat

Siapa yg tak suka dgn wanita bijak seperti Ummu Salamah? Setelah Perjanjian Hudhaibiyah ditandatangani, Rasulullah saw. memerintahkan para sobat untuk bertahallul, menyembelih kambing, & bercukur, kemudian merencanakan onta untuk kembali pulang ke Madinah. Tetapi, para sabahat tak menanggapi perintah itu alasannya adalah kecewa dgn isi perjanjian yg tampaknya merugikan pihak kaum muslimin.

Rasulullah saw. menemui Ummu Salamah & berkata, “Orang Islam sudah rusak, wahai Ummu Salamah. Aku menyuruh mereka, tetapi mereka tidak ingin mengikuti.”

Dengan kecerdasan dlm menganalisis kejadian, Ummu Salamah mengungkapkan pendapatnya dgn fasih & bijak, “Ya Rasulullah, di hadapan mereka Rasul merupakan pola & teladan yg baik. Keluarlah Rasul, jumpai mereka, sembelihlah kambing, & bercukurlah. Aku tak ragu bahwa mereka akan mengikuti Rasul & memalsukan apa yg Rasul lakukan.”

Subhanallah, Ummu Salamah benar. Rasulullah keluar, bercukur, menyembelih kambing, & melepas baju ihram. Para sobat meniru apa yg Rasulullah lakukan. Inilah berkah dr perempuan pintar lagi bijak dlm menyampaikan pendapat. Wanita seperti inilah yg patut menerima cinta dr seorang lelaki yg shalih.

Wallahu A’lam. (pm)

  Menyegerakan Tapi Tidak Terburu-Buru, Akad Nikah Bukan Ihwal Siapa Cepat Beliau Dapat