Kiat Jitu dari Buya Yahya Agar Cinta dan Dicintai Rasulullah (2)

Lanjutan dr Kiat Jitu dr Buya Yahya Agar Cinta & Dicintai Rasulullah

Shalawat Tiga Ratus Kali

Sebagai sebuah bentuk amalan, laki-laki berparas teduh dgn nama asli Yahya Zainul Maarif ini mengusulkan jamaahnya untuk membiasakan diri membaca shalawat pada Rasulullah Shallalahu ‘Alaihi wa Sallam. Sebab, Allah Ta’ala & para malaikat pun bershalawat pada Baginda Nabi.

“Dalam sehari,” didik Buya, “bacalah shalawat pada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, minimal sebanyak tiga ratus kali.” Beliau membebaskan jamaah untuk membaca jenis shalawat mana saja, yg panjang ataupun pendek.

“Jumlah tiga ratus ini enteng. Gak ada satu jam.” ujar Buya. Sarannya sampaikan kiat, “Jika belum bisa satu kali duduk, bagi menjadi tiga kali. Pagi hari, seratus kali. Siang hari, seratus kali. Sore hari, seratus kali.”

“Jika sungguh sibuk & betul-betul tak bisa, bacalah sebanyak mungkin sebelum tidur, hingga Anda tertidur dlm keadaan bersahalawat pada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa sallam.” pungkas Buya menandakan tips kedua.

Dakwah dgn Kasih Sayang

Islam yakni kasih sayang bagi alam semesta. Dakwah yg menyeru pada Islam pula mesti disampaikan dgn sarat kasih sayang, seraya berharap kebaikan dr Allah Ta’ala. Tidaklah Islam mengajarkan kekerasan, terlebih teror.

Islam itu selamat & menyelamatkan. Dai adalah sosok pembawa cahaya yg bisa menyentuh hati objek dakwahnya dgn hikmah & nasihat baik yg menyejukkan jiwa, dgn acuan & perangai yg penuh daya tarik.

  Kereta Malam Caisar

Dakwah dgn kasih sayang inilah, menurut Buya, yg kini mulai hilang dr sebagian besar kaum Muslimin, terutama para dai. Nihilnya kasih sayang ini pula yg menjadi sebab bercerai-berainya kaum Muslimin.

Dalam kajian yg dimulai bakda Isya’ & diprakarsai oleh DKM Masjid Raya al-A’zham dgn Majlis al-Bahjah Kota Tangerang yg beralamat di Jl Kiyai Haji Hasyim Asyhari Gang Jambu Buaran Indah ini, Buya banyak memperlihatkan perenungan-perenungan terkait makna cinta sejati pada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

“Kita semua,” tutur Buya, “pasti mencintai Nabi. Tapi, apakah kita pantas menerima cinta dr beliau?”

“Mari lihat rumah kita, apakah Nabi berkenan masuk ke dlm rumah kita dgn keadaan yg kini ini? Siapkah kita bila ia masuk ke dlm rumah, beranjak ke ruang tamu, kemudian meminta izin untuk membuka lemari baju putri kita? Adakah kita telah patut menerima kehormatan itu? Adakah Nabi gembira atau murka dgn keseharian & semua yg ada di rumah kita?”

Allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala ali Sayyidina Muhammad.

Wallahu a’lam. [Pirman/Wargamasyarakat]