Dianggap Tren, Ternyata Termasuk Larangan Allah dan Rasul-Nya

Di antara bisnis yg tak akan pernah kekurangan pasar ialah bisnis masakan. Sekitar tiga kali dlm sehari, semua jenis rumah makan dr yg sederhana hingga mewah dipenuhi pembeli dr berbagai kelas masyarakat.

Khusus di tempat metropolitan, soal makanan tidaklah semudah penduduk perkampungan yg lebih sering menyantap masakan olahan sendiri. Lantaran argumentasi sibuk, gengsi, & yang lain, soalan sajian pengenyang perut ini menjadi hal lumrah yg semakin menggurita.

Tengoklah tiap jam makan siang di kawasan perkantoran atau sentra perbelanjaan. Hampir semua tempat makan dipenuhi pengunjung. Baik yg sungguh-sungguh lapar atau sekadar menikmati banyak sekali hidangan minuman.

Sekali dlm seminggu, khususnya malam Ahad, cobalah jalan untuk sekadar survei ke sentra perbelanjaan. Kita akan mendapati antrian semenjak masuk tempat parkir. Ada begitu banyak orang yg sengaja jalan untuk sekadar mengenyangkan perutnya.

Seringkali, banyak keluarga yg sengaja tak masak di tamat pekan-meski hari-hari umumpula tak masak-alasannya ingin menikmati sajian di rumah makan yg sudah diincar jauh-jauh hari sebelumnya.

Tak jarang pula, soalan kuliner ini jatuh pada langkah-langkah berlebihan. Baik dr kuantitas dgn banyak makan yg ujungnya mubadzir hingga berlebih-lebihan dlm soal kualitas. Dimana ada begitu banyak orang yg mengerahkan kemampuan terbaik untuk hal yg mubah ini hingga melupakan yg sunnah atau wajib.

Padahal, apa yg hanya mubah ini telah menjelma mubadzir (terlarang) & berubah lagi menjadi berlebih-lebihan. Dua-duanya merupakan larangan Allah Ta’ala & Rasul-Nya, meski dianggap lumrah oleh penduduk masa sekarang yg mengklaim diri sebagai gaul.

“Dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah Ta’ala tak menggemari orang yg berlebih-lebihan.” (Qs. al-An’am [6]: 141)

  Kejang Demam – Bagaimana Cara Yang Tepat Dalam Menghadapinya

“Makan, minum, & berpakaianlah tanpa berlebih-lebihan & arogan.” tutur Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam sebagaimana diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari Rahimahullahu Ta’ala dlm Shahih-nya.

Sejenak mari mengajukan pertanyaan, kenapa hal yg sekarang dianggp lumrah bahkan wah ini tergolong sesuatu yg pribadi dilarang oleh Allah Ta’ala dlm ayat-Nya & Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam dlm haditsnya?

“Maksudnya,” tutur Imam Ibnu Katsir Rahimahullahu Ta’ala menerangkan ayat ini, “janganlah kalian berlebih-lebihan dlm makan alasannya adalah mampu berbahaya bagi asumsi & tubuh.”

Nah!

Wallahu a’lam. [Pirman/wargamasyarakat]