Lima Menit yang Berarti; Cangkok Hati untuk Ayah

Hujan tumpah. Detik bersama-sama tatkala suatu ambulans masuk ke pelataran masjid Daulah Al – Ukhuwah Al-Islamiyyah, Karawang Jawa Barat, Senin (6/2/2017).

“Tolong kepanduan untuk membantu mengamankan. Diharapkan para petakziah untuk tak menyentuh atau memeluk. Karena Udep harus steril,” kata penyampai program melalui pengeras bunyi.

Udep, begitu Hudzaifah disapa, yakni anak sulung dr almarhum Muhammad Taufik Ridho. Pemuda kelahiran 1993 itu dikeluarkan dr ambulans dgn posisi berbaring di atas bangsal. Berselimut putih. Selang-selang infus menjulur ke badannya. Mulutnya tertutup oleh masker. Ia gres pulang dr Jerman, operasi untuk transplantasi hati. Separoh hatinya untuk Ayahnya, Muhammad Taufik Ridlo. Tapi Allah punya kehendak berlawanan.

Sekretaris Jenderal DPP PKS 2013-2016, Muhammad Taufik Ridlo wafat Senin (6/2/2017) dini hari, setelah menjalani perawatan semenjak akhir bulan Januari di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat.

Almarhum Taufik Ridlo dikenal selaku kader PKS yg gigih & banyak berjasa bagi pertumbuhan dakwah politik terutama di Jawa Barat. Sempat menjadi Ketua Bidang Kepemudaan DPP PKS, Taufik Ridlo kemudian diangkat menjadi Sekjen DPP menggantikan Ustadz M. Anis Matta, yg mengambil alih Luthfi Hasan Ishaaq sebagai Presiden PKS. Pada masa kepemimpinan Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman, Taufik kembali mendapat amanah selaku Sekjen PKS.

“Kepada para wartawan untuk tak wawancara,” seru pembawa acara lagi.

Udep dimasukkan ke masjid. Tak jauh dr keranda ayahnya. Ia sholat jenazah. Kacamatanya dilepaskan oleh kader. Tak ada air mata yg keluar. Lima menit kemudian Udep dibawa kembali ke ambulans. Ke rumah sakit. Udep mesti dirawat & berada di ruang steril. Dan ia masih termenung. [Paramuda/Wargamasyarakat]

  Kematian yang Tak Terduga