Apa ada yg salah dgn poligami? Satu kata yg begitu gurih untuk diperbincangkan, dipergunjingkan dgn memberi sampel nama-nama ulama. Dikampanyekan dgn seruannya “poligami itu nista, mengakibatkan luka”. Dikampanyekan melalui bunyi riuh rendah dlm film, permintaan ramai-ramai seakan bilang “katakan tak pada poligami”. Benarkah Istana Kedua itu Surga yg Tidak Dirindukan?
Lalu usai nonton wacana riuh rendah “antipoligami” muncul formasi pertanyaan yg menyusul, yg ditujukan pada yg sepakat akan syariat.
1. Tentang “adil” dlm poligami. Kalau tentang perasaan atau hati tentu Rasulullah pula bukan orang yg adil ihwal istrinya bukan?
2. Rasulullah setia dgn Khadijah selama 28 tahun, baru kemudian poligami. Nah, kita yg pengikut? (kita?)
3. Sebenarnya bosan & jengah dgn pernyataan “bila mau poligami sono gih sama janda-janda yg renta mirip Rasulullah, bukan dgn wanita yg lebih muda & lebih manis dr istri pertama. Itu mah nafsu doang!”
4. Itu si penulis kenapa mengkoarkan yg bergotong-royong “ngga apa” dlm Islam. Padahal masih banyak permasalahan bangsa ini dr sekadar hal yg “bukan apa-apa”. Mungkin seks bebas, zina & lain sebangsanya bukan tema yg seksi.
5. Nah, ukuran poligami yg happy story seperti apa?
Baiklah, puan tuan. Semua mesti didudukkan dlm kerangka syariat saja. Kaprikornus clear & tak main perasaan.
1. Adil dlm poligami = adil yg bersifat tangible, fisik/tampak. Misalnya : membagi waktu/malam, nafkah, hadiah, etc. Soal perasaan memang tak bisa adil, tak dosa.
2. Rasulullah tak poligami masa Khadijah bukan suatu sunnah yg masyru’.
Sama halnya apakah nikah usia 25 itu sunnah. Wafat usia 63 pula sunnah. Andai itu sunnah masyru’iyyah, maka para sobat lebih dahulu mempraktikkannya. Kenyataannya? Tidak.
3. Faktanya: istri nabi ada yg manis & muda. Walau pada umumnya janda renta.
Nikah sebab nafsu?
Bukankah hadits mendorong nikah pemuda demi menjaga kemaluan & kehormatan?
Bahasa haditsnya vulgar: aghoddu lil bashor wa ahshonu lil farj. Bayangkan, soal kemaluan disebut-sebut..
4. Poligami telah lama jadi pintu tasywih yang seksi buat kaum liberalis. & feminis. Seakan mereka happy nemu “kekurangan” Islam & akan terus dieksploitasi.
5. Happy story: anak istri taat, sholeh, mujahid.
Keluarga “bahagia” tetapi tak menghasilkan anak-anak sholeh & keluarga yg taat agama apalagi mujahid ialah sia-sia belaka.
Tapi keluarga sarat dinamika mirip Asma binti Abu Bakar & Zubayr bin Awwam lebih mulia karena mereka tetap istiqomah dlm jihad & melahirkan keturunan-keturunan pejuang.
Paradigmanya beda sekali & mendasar.
Seorang mitra penulis bercerita, adik ibunya masuk kristen, suaminya dulu akal-akalan masuk Islam & balik kristen lalu berhasil menenteng istri & anak-anaknya murtad.
Metode sederhananya hanya menjadi suami yg amat penyayang keluarga & “setia”. Apakah setia itu tentang “satu”? Apakah “dua” atau “tiga” bukan setia? Jika mengangguk iya, berarti Rasulullah tak setia? Anda tahu jawabnya.
Jika pelan-pelan menggerogoti yg bantu-membantu telah terang hukumnya, bukan tak mungkin syariat lain akan dibonsai, oleh mereka yg kerdil.
Wallahua’lam. (Paramuda/Wargamasyarakat)
Tulisan hasil diskusi dgn praktisi poligami.