Penyakit Demam Berdarah Merupakan Salah Satu Efek Global Warming

demam berdarahSaat ini info global warming (pemanasan global) sering dibicarakan & menjadi bahasan yg menarik baik dlm skala kecil hingga tingkat internasional. Global warming yg terjadi tak lepas dr pengaruh banyak sekali aktivitas insan seperti industri, transportasi, agrikultur serta peternakan. Global warming telah menjadikan pergeseran iklim yg signifikan mirip yg terjadi di negara kita. Efek dr pemanasan ini sudah mengakibatkan pergeseran iklim yg ekstrim. Beberapa daerah sering terjadi hujan lebat yg menimbulkan banjir. Selain itu, pula muncul angin puting beliuang & topan.

Laporan dr Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menawarkan adanya efek-pengaruh dr perubahan iklim yg sudah ada & yg mungkin terjadi dimasa depan. WHO telah memiliki telaah tentang perkiraan pergeseran kesehatan global akhir pergantian iklim hingga tahun 2000 & sudah menciptakan asumsi resiko kesehatan hingga tahun 2030. Hasilnya menunjukkan bahwa perubahan iklim yg telah terjadi sejak pertengahan 1970-an mengakibatkan 150.000 kematian & kira-kira 5 juta kecacatan pertahun selaku akhir meningkatnya jumlah penyakit (Depkes RI 2007).

Penularan beberapa penyakit menular sangat dipengaruhi oleh faktor iklim. Parasit & vektor penyakit sangat peka kepada aspek iklim khususnya suhu, curah hujan, kelembaban, permukaan air & angin. Begitu pula dlm hal distribusi & kelimpahan dr organisme vektor & host intermediate. Penyakit yg tersebar lewat vektor (vector borne disease) seperti demam berdarah dengue (DBD) perlu diwaspadai karena penularan penyakit ini akan makin berkembangdgn pergeseran iklim. Penyakit ini merupakan penyebab kematian utama di negara-negara beriklim tropis (Ramesh et al. 2010).

Epidemiologi pergeseran vektor penyakit merupakan ancaman bagi kesehatan insan, salah satunya adalah penyakit DBD. Penyakit ini terus menyebar luas di negara tropis & subtropis. Sekitar 2,5 milyar orang (2/5 penduduk dunia) mempunyai risiko untuk terkena bisul virus dengue. Lebih dr 100 negara tropis & subtropis pernah mengalami wabah DBD. Lebih kurang 500.000 perkara setiap tahun dirawat di rumah sakit dgn ribuan orang diantaranya meninggal dunia (Depkes RI 2007).

  Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

Kasus DBD dilaporkan terjadi pada tahun 1953 di Filipina kemudian disusul negara Thailand & Vietnam. Pada dekade enam puluhan, penyakit ini mulai menyebar ke negara-negara Asia Tenggara antara lain Singapura, Malaysia, Srilanka, & Indonesia. Pada dekade tujuh puluhan, penyakit ini menyerang kawasan pasifik tergolong kepulauan Polinesia (Depkes RI 2007).

Beberapa negara di dunia seperti India, Srilangka, Pakistan, Banglades, Bolivia, Singapura & pula beberapa negara di benua Amerika pernah terjadi wabah DBD begitu juga dgn Indonesia. Jumlah perkara DBD di Indonesia terus meningkat baik dlm jumlah maupun luas wilayah yg terserang & dengan-cara sporadis selalu terjadi kejadian hebat (KLB) setiap tahun. Berdasarkan pada suasana diatas, WHO menetapkan Indonesia sebagai salah satu negara hiperendemik dgn jumlah provinsi yg terkena DBD sebanyak 32 provinsi dr 33 provinsi di Indonesia & 355 kabupaten/kota dr 444 kota terkena DBD. Setiap hari dilaporkan sebanyak 380 masalah DBD & 1-2 orang meninggal setiap hari (WHO 2009).